ABU
B. Soelarto
Tuan X adalah seorang lelaki
berusia 48 tahun. Memiliki seorang istri yang masih sangat muda dan juga
seorang pelayan wanita berumur 27 tahun. Sepulang kerja, Tuan X dikejutkan oleh
sebuah bungkusan yang diberikan oleh pelayannya. Bukan bungkusan tanpa pengirim
itu saja yang membuatnya terkejut, tetapi juga isi dari bungkusan itu yang
hanya terdiri dari abu. Dengan kesal dibuangnya abu dalam bungkusan tersebut,
dan seketika itu pula muncul Ruh.
Ruh adalah sesosok arwah
romusha. Dia datang menghantui Tuan X untuk menagih janji-janji masa lalunya.
Kedatangan Ruh meruntuhkan kejiwaan Tuan X karena mau tidak mau dia harus
membuka lagi kejahatan diwaktu lampaunya. Tuan X adalah seorang penyokong
imperialisme Jepang yang ketika itu memekikkan banyak propaganda yang membius
kalangan rakyat Indonesia. Salah satu kejahatan terkejinya adalah perekrutan
romusha. Dimasa lalu, Tuan X dan koloninya mengumbar beragam berita palsu bahwa
para romusha mati, pecah sebagai ratna. Padahal sebelumnya pun mereka sudah
berubah menjadi kerangka hidup lantas kemudian mati diujung tombak atau
bayonet. Istri-istri mereka pun diseret secara paksa ke ladang gula-gula para
serdadu Jepang dan akhirnya mati karena penyakit kotor. Tuan X dan sekutunya
dulu juga menjanjikan bahwa para romusha akan dikuburkan secara terhormat
dengan batu nisan dan segala bentuk tugu kenangan. Namun janji tinggal janji,
dan kunjungan Ruh kali ini adalah untuk mengingatkannya.
Entah karena ucapan Ruh, atau memang kejadian itu
sangat mengguncang jiwa Tuan X, laki-laki itu kemudian mengalami kemunduran
otak. Ketika istri dan pelayan datang menengoknya, ia hanya memaki keras pada
Ruh yang berdiri di belakang mereka. Sang istri yang cemas langsung
berinisiatif untuk memanggil dokter jiwa.
Beberapa hari setelah Tuan X dinyatakan gila dan harus
menginap di “kandang gila”, istrinya meminta sang dokter untuk membuatkannya
surat keterangan terkait keadaan suaminya. Sama seperti tingkah suaminya yang
korup, watak sang istri ternyata juga culas, serong. Dia berencana untuk
menuntut cerai dengan alasan suaminya telah gila, sehingga seluruh kekayaan
laknat suaminya akan jatuh ke tangannya. Tepat disaat dia membicarakan
impiannya itu, Tuan X ternyata berdiri didepannya. Tentu dengan seragam khusus
penghuni kandang gila. Sambil tersenyum sinis, dia mengambil pistol di salah
satu laci meja kerjanya dan dengan kasar dia mendesak istrinya. Karena
ketakutan sang istri lari dan langkahnya dihentikan oleh beberapa kali tembakan
pistol. Pelor timah itu menembus badannya, mati.
Tuan X tertawa menggila lalu membakar seluruh hartanya.
Dia lantas menembuskan pelor timah itu ke otaknya. Seluruh jiwa dan hartanya
kembali ke neraka jahanam dalam bentuk: ABU.
Analisis Drama ABU
1.
Plot
a.
Eksposisi
Drama ABU diawali
dengan penggambaran tokoh dan setting tempat, yaitu Tuan X yang sedang berada
dalam sebuah ruang kamar kerja, lengkap dengan segala bentuk perabotannya yang
mewah. Rupanya Tuan X baru saja pulang dari kerja, dan ia mendapati pelayannya
menyerahkan sebuah bungkusan kecil berisi abu.
b.
Konflik
Situasi konflik
dimulai ketika Tuan X mulai merasa kesal dengan bungkusan tanpa alamat dan
tanpa pengirim yang hanya berisi abu melulu. Ketika Tuan X mengibas-ngibaskan
abu tersebut, seketika itu pula Ruh muncul.
c.
Komplikasi
Kedatangan Ruh ternyata
sangat mengguncang kejiwaan Tuan X karena ia diingatkan kembali pada dosa-dosa
masa lalunya yang mengumbar janji tanpa bukti kepada para korban romusha.
Pikiran Tuan X terus didesak mundur bahkan setelah Ruh menghilang. Akhirnya
Nyonya X, istri Tuan X, meminta seorang dokter untuk merawat Tuan X di rumah
sakit jiwa.
d.
Klimaks
Nyonya X meminta
dokternya untuk membuat keterangan tentang kondisi Tuan X. Jelas dia
menginginkan perceraian dengan suaminya yang terpaut usia duapuluh tahunan
lebih dengannya. Tanpa diduga, ternyata Tuan X begitu saja menampakkan diri di
hadapan istrinya ketika baru saja sedetik lalu ia berbicara sendiri
mengungkapkan keinginan busuknya. Dengan penuh dendam, Tuan X mendekati
istrinya. Karena ketakutan, istrinya berlari dan langkahnya dihentikan oleh
beberapa tembakan pelor timah yang dilontarkan oleh Tuan X. Dia tergeletak
mati.
e.
Resolusi atau Falling Action
Tuan X meringkaskan
seluruh hartanya dalam bentuk abu. Lalu ia menembuskan pelor timah itu ke
otaknya, menyusul istrinya.
2.
Klasifikasi Tokoh
a.
Tokoh Protagonis : Ruh
b.
Tokoh Antagonis : Tuan X, Nyonya X
c.
Tokoh Tritagonis : Dokter, Pelayan
a.
Tokoh Sentral
: Tuan X
b.
Tokoh Utama
: Nyonya X, Ruh
c.
Tokoh Pembantu : Dokter, Pelayan
3.
Watak Tokoh
a.
Keadaan fisik (fisikologis)
·
Tuan X :
pria berusia 48 tahun, mengenakan seragam kerja dan berdasi.
·
Nyonya X : wanita manis berusia 25 tahun
·
Ruh : arwah
romusha, lelaki berusia 30 tahun
·
Dokter : lelaki
berusia 36 tahun
·
Pelayan :
wanita berusia 27 tahun
b.
Keadaan psikis (psikologis)
·
Tuan X : serakah, korup, pembual
·
Nyonya X : culas, serong, gila harta
·
Ruh : bijaksana
·
Dokter : cekatan
·
Pelayan : mudah panik
c.
Keadaan sosial (sosiologis)
·
Tuan X : penyokong imperialis Jepang
·
Nyonya X : materialistis, mengikuti kursus kecantikan
·
Ruh : pekerja paksa zaman Jepang
·
Dokter : penyedia jasa
·
Pelayan : pembantu
4.
Setting
a.
Setting Tempat : ruang kerja Tuan X, rumah Tuan X
b.
Setting Waktu : malam hari, beberapa waktu pasca kekuasaan
fasis Jepang
c.
Setting Ruang : menakutkan
5.
Tema atau Nada Dasar Cerita
Tuntutan para korban
romusha.
2 komentar:
materinya lengkap, terima kasih sudah berbagi.
Terima kasih kak, sama-sama. Selamat menyimak postingan-postingannya, semangat :)
Posting Komentar