Recent Posts

Kamis, 13 November 2014

Contoh karangan Narasi



Pemilihan Umum Raya

Beberapa minggu yang  lalu himpunan mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia baru saja menyelesaikan program kerja mereka yaitu pemilihan umum raya atau yang sering disebut dengan Pemira . Pemira merupakan sebuah kegiatan pemilihan umum ketua himpunan mahasiswa . Namun di dalam kegiatan tersebut , kepengurusan yang berkecimpung di dalamnya bukanlah para anggota dari himpunan mahasiswa itu sendiri , melainkan diambilkan dari mahasiswa semester satu . Hal itu dilakukan karena mengingat bahwa mahasiswa semester tiga atau para anggota dari himpunan mahasiswa itu sendiri  memiliki peluang besar untuk mencalonkan diri menjadi ketua himpunan mahasiswa selanjutnya . Di dalam kepengurusan tersebut semua anggota dikelompokkan menjadi  tiga kepanitiaan besar yaitu KPU , PPU dan juga PANWASLU . Di masing-masing kepanitiaan besar tersebut terdapat beberapa seksi di dalamnya , seperti pengurus harian , seksi acara , seksi pubdekdok , seksi pemungutan suara , seksi kampanye , seksi humas , seksi perlengkapan , seksi konsumsi dan sebagainya .

Di dalam kegiatan pemilihan umum raya tersebut , terdapat enam bakal calon yang mendaftarkan diri sebagai pemimpin di kepengurusan himpunan mahasiswa Bahasa dan sastra Indonesia . Di tahap penilitian khusus yang dilaksanakan pada tanggal 11 desember 2013 , enam bakal calon tersebut diseleksi sehingga terpilihlah tiga calon yang akan meneruskan perjuangannya di tahap selanjutnya . Tiga calon terpilih tersebut ialah Devinta Eka Wulansari , mahasiswi semester tiga dari prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia . Ia mendapatkan  nomor urut satu di pemilihan tersebut . Lalu ada Yusuf syaiful Amin , mahasiswa semester tiga dari prodi Sastra Indonesia yang mendapatkan  nomor urut dua . Lalu yang terakhir yaitu Laelatul Mafiyah , mahasiswi semester tiga dari prodi yang sama dengan Yusuf Syaiful Amin . Ia mendapatkan nomor urut tiga dari pemilihan tersebut  .
 Setelah melewati tahap seleksi , ketiga calon ketua diberi kesempatan untuk mempromosikan diri selama lima hari . Promosi itu dilakukan dengan dua cara yaitu dengan kampanye tertulis maupun kampanye dialogis . Di kampanye tertulis para calon diberi hak untuk menyampaikan visi misi calon secara tertulis . Baik itu lewat selebaran ataupun lewat jejaring sosial  . Sementara di kampanye dialogis para calon diberi kesempatan untuk mempromosikan diri kepada warga Bahasa dan sastra Indonesia .  Setelah itu barulah para calon menunggu hasil pemilihan umum pada hari selanjutnya .
Pagi itu jam masih menunjukan pukul 05.30 WIB . Matahari masih enggan memancarkan sinarnya secara penuh . Suasana di kampus Fakultas bahasa dan Seni , Universitas Negeri Semarang  tepatnya di gedung b1 masih belum begitu ramai . Seorang ibu berkerudung biru dengan jaket yang masih lekat di tubuhnya sedang sibuk membersihkan sampah di teras gedung tersebut  . Tak jauh dari ibu berdiri  , tampak dua orang laki-laki yang sedang sibuk memasang sebuah papan  bertuliskan “ Obrok Owok-Owok Ebrek Ewek-Ewek “  tepat di samping pintu masuk laboratorium Usmar Ismail . Di taman depan gedung B1 tampak seorang laki-laki berambut gondrong yang sedang menikmati sebungkus roti  . Lalu di sebelah gedung B1 bagian timur , tepatnya di gazebo b8 terlihat beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang sedang sibuk menyiapkan keperluan tempat pemungutan suara . Mereka adalah para mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia yang tergabung di dalam kepanitiaan pemilihan umum raya .  Bukan hanya di tempat itu saja , para panitia yang lain juga mempersiapkan keperluan tempat pemungutan suara di lantai dua dan juga lantai tiga gedung B1 . Bisa dibilang pada hari itu warga Bahasa dan Sastra  Indonesia sedang mempunyai  gawe besar . Hari itu adalah puncak dari kegiatan pemilihan umum raya . Hari yang ditunggu-tunggu para calon ketua himpunan mahasiswa maupun warga Bahasa dan Sastra Indonesia Sendiri .
Waktu pun berlalu . Para panitia Pemira pun sudah selesai menyiapkan segala keperluan untuk kegiatan pemilu  pada hari itu . Meja presensi , meja untuk tinta , bilik suara dan juga kotak suara sudah tertata rapi di masing-masing TPS . Tidak lupa panitia juga menyertakan tempat menulis sebagai wadah apresiasi para mahasiswa setelah mereka memilih calon ketua Himpunan Mahasiswa selanjutnya . Tempat itu ditujukan untuk para mahasiswa yang hendak memberi komentar atau saran mengenai acara tersebut . Atau bisa juga memberi semangat kepada para calon ketua himpunan mahasiswa . Setelah itu para panitia pun menuju ke pusat kegiatan mahasiswa atau PKM yang merupakan markas dari kepanitiaan tersebut  . Beberapa panitia yang lain bertugas menjaga tempat pemungutan suara .  Di pusat kegiatan mahasiswa  , para panitia mendapatkan pengarahan dari seksi acara dan juga ketua panitia . Seksi acara dengan semangat memberi penjelasan mengenai pekerajaan yang harus dilakukan oleh masing-masing  panitia . Para panitia yang lain pun begitu antusias mendengarkan pengarahan dari seksi acara . Setelah selesai , mereka pun bersiap-siap untuk menempati  jobdesknya  masing-masing yang sudah dibentuk sebelumnya . Sebelum mereka meninggalkan tempat itu , mereka berdoa bersama lalu menyorakkan jargon sebagai tanda penyemangat .
Pagi itu jarum jam sudah menunjukan pukul 08.00 WIB . Matahari pun sudah tak enggan lagi memancarkan sinarnya . Suasana di lingkungan gedung B1 juga sudah mulai ramai . Di taman-taman atau di teras gedung pun sudah dipenuhi para mahasiswa dan mahasiswi yang hendak kuliah atau hanya sekedar mengumpulkan tugas akhir semester . Pemilihan umum pun juga sudah dibuka . Para panitia sudah menempati jobdesknya masing-masing  . Panitia yang tergabung di dalam seksi kampanye begitu bersemangat mengajak atau membujuk  para mahasiswa maupun mahasiswi Bahasa Indonesia agar segera memilih calon ketua himpunan mahasiswa . Panitia yang menjaga presensi pun tak segan-segan untuk menanyakan Kartu Tanda Mahasiswa kepada setiap pemilih . Untuk menarik para pemilih , panitia telah menyediakan sticker untuk dua puluh pemilih pertama di setiap TPS .
Tiga jam pun berlalu . Kuliah tahap kedua pun baru saja selesai . Para seksi kampanye dan panitia yang lain pun mulai bersemangat  menggencarkan acara mereka . Mereka merayu para mahasiswa maupun mahasiswi yang baru saja selesai kuliah agar  berpartisipasi  dalam acara tersebut . Hal itu dilakukan karena mengingat empat jam setelah itu acara pemilihan ketua himpunan mahasiswa  selesai . Dengan demikian pemilih pun bertambah banyak . Bahkan ada tempat pemungutan  suara yang penuh , sehingga para pemilih harus antri terlebih dahulu . Sembari pemilihan  suara berlangsung , panitia yang tergabung di dalam seksi perlengkapan maupun seksi pubdekdok mulai mempersiapkan dekorasi untuk penghitungan  suara . Mereka mempersiapkan segala peralatan mulai dari kain hitam , kursi ,meja , bunga  ,  wireless dan sebagainya .
            Tidak terasa hari sudah semakin sore .  Hujan baru saja selesai mengguyur area Universitas Negeri Semarang . Namun hal itu tetap tidak menyurutkan semangat para panitia yang tergabung di dalam pemilihan umum raya . Di masing-masing TPS  sudah mulai sepi dari para pemilih . Kotak-kotak suara di masing-masing TPS juga sudah terisi surat suara. Papan tulis pun juga sudah penuh dengan coretan-coretan tangan mahasiswa atau mahasiswi  Bahasa dan Sastra Indonesia . Entah itu berupa komentar mengenai acara Pemira itu sendiri , saran , pesan atau dukungan kepada calon kandidat . Dan akhirnya pemilihan suara pun ditutup . Panitia pun segera membawa kotak suara ke tempat penghitungan suara .
Waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba . Penghitungan suara pun akan segera dimulai. Kursi untuk calon kandidat sudah tertata rapi . Begitu juga kursi untuk para saksi yang ada di belakang kursi calon kandidat . Kotak suara yang ada di depan pun sudah terkumpul menjadi satu barisan dan masih tersegel . Dekorasi panggung untuk penghitungan suara juga sudah tertata secara apik  . Beberapa saat setelah itu , gazebo b8 yang tadinya sepi menjadi ramai oleh para warga Bahasa dan Sastra Indonesia yang ingin menyaksikan penghitungan suara . Selain itu mereka juga ingin mendukung calon kandidat pilihan mereka . Kursi yang tadinya kosong , sudah dipenuhi oleh ketiga calon kandidat  , para saksi dan juga tim sukses dari ketiga calon kandidat tersebut .
Setelah semuanya berkumpul acara penghitungan suara pun dimulai . Seluruh kotak suara yang tadinya disegel akhirnya dibuka oleh Bapak Ahmad selaku pembina himpunan mahasiswa . Setelah semuanya terbuka , satu surat suara dari masing-masing kotak dibuka oleh bapak Ahmad selaku perwakilan dosen , Ibu Sumartini selaku Sekretaris jurusan dan Zaenudin selaku Ketua himpunan mahasiswa . Dan setelah itu barulah panitia yang tergabung di dalam seksi pemungutan suara yang melanjutkan penghitungan tersebut .
Penghitungan suara pun berlangsung dengan suasana yang begitu menegangkan  . Para saksi begitu antusias mengikuti penghitungan suara tersebut . Dan kini tinggal satu kotak suara yang masih terpenuhi oleh surat suara . Para saksi , penonton , dan calon kandidat begitu penasaran dengan hasil selanjutnya  , begitu pun dengan para panitia . Suara demi suara pun tertulis di papan putih .
Hari pun sudah semakin sore . Dan akhirnya penghitungan suara pun selesai . Ketua KPU pun mengumumkan bahwa pemenang dari penghitungan suara pada sore hari itu adalah Devinta Eka Wulansari . Ia memperoleh seratus lima puluh satu suara yang kemudian disusul oleh Yusuf Syaiful Amin yang memperoleh seratus lima puluh suara . Sementara Lailatul Mafiyah hanya memperoleh sembilan puluh lima suara . Sorak sorai pun pecah dari para penonton , terlebih tim sukses dari kubu pemenang . Dan akhirnya warga Bahasa dan Sastra Indonesia menemukan ketua himpunan mahasiswa yang baru . Yang akan menggantikan sosok Zaenudin dalam mewujudkan Indonesia yang lebih baik J




0 komentar:

Posting Komentar