Pemilihan
Umum Raya
Beberapa
minggu yang lalu himpunan mahasiswa
Bahasa dan Sastra Indonesia baru saja menyelesaikan program kerja mereka yaitu
pemilihan umum raya atau yang sering disebut dengan Pemira . Pemira merupakan
sebuah kegiatan pemilihan umum ketua himpunan mahasiswa . Namun di dalam
kegiatan tersebut , kepengurusan yang berkecimpung di dalamnya bukanlah para
anggota dari himpunan mahasiswa itu sendiri , melainkan diambilkan dari
mahasiswa semester satu . Hal itu dilakukan karena mengingat bahwa mahasiswa
semester tiga atau para anggota dari himpunan mahasiswa itu sendiri memiliki peluang besar untuk mencalonkan diri menjadi
ketua himpunan mahasiswa selanjutnya . Di dalam kepengurusan tersebut semua
anggota dikelompokkan menjadi tiga
kepanitiaan besar yaitu KPU , PPU dan juga PANWASLU . Di masing-masing
kepanitiaan besar tersebut terdapat beberapa seksi di dalamnya , seperti
pengurus harian , seksi acara , seksi pubdekdok , seksi pemungutan suara ,
seksi kampanye , seksi humas , seksi perlengkapan , seksi konsumsi dan
sebagainya .
Di dalam
kegiatan pemilihan umum raya tersebut , terdapat enam bakal calon yang
mendaftarkan diri sebagai pemimpin di kepengurusan himpunan mahasiswa Bahasa
dan sastra Indonesia . Di tahap penilitian khusus yang dilaksanakan pada
tanggal 11 desember 2013 , enam bakal calon tersebut diseleksi sehingga
terpilihlah tiga calon yang akan meneruskan perjuangannya di tahap selanjutnya
. Tiga calon terpilih tersebut ialah Devinta Eka Wulansari , mahasiswi semester
tiga dari prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia . Ia mendapatkan nomor urut satu di pemilihan tersebut . Lalu
ada Yusuf syaiful Amin , mahasiswa semester tiga dari prodi Sastra Indonesia
yang mendapatkan nomor urut dua . Lalu
yang terakhir yaitu Laelatul Mafiyah , mahasiswi semester tiga dari prodi yang
sama dengan Yusuf Syaiful Amin . Ia mendapatkan nomor urut tiga dari pemilihan
tersebut .
Setelah melewati tahap seleksi , ketiga calon
ketua diberi kesempatan untuk mempromosikan diri selama lima hari . Promosi itu
dilakukan dengan dua cara yaitu dengan kampanye tertulis maupun kampanye
dialogis . Di kampanye tertulis para calon diberi hak untuk menyampaikan visi
misi calon secara tertulis . Baik itu lewat selebaran ataupun lewat jejaring
sosial . Sementara di kampanye dialogis
para calon diberi kesempatan untuk mempromosikan diri kepada warga Bahasa dan
sastra Indonesia . Setelah itu barulah
para calon menunggu hasil pemilihan umum pada hari selanjutnya .
Pagi itu jam
masih menunjukan pukul 05.30 WIB . Matahari masih enggan memancarkan sinarnya
secara penuh . Suasana di kampus Fakultas bahasa dan Seni , Universitas Negeri
Semarang tepatnya di gedung b1 masih
belum begitu ramai . Seorang ibu berkerudung biru dengan jaket yang masih lekat
di tubuhnya sedang sibuk membersihkan sampah di teras gedung tersebut . Tak jauh dari ibu berdiri , tampak dua orang laki-laki yang sedang
sibuk memasang sebuah papan bertuliskan
“ Obrok Owok-Owok Ebrek Ewek-Ewek “ tepat di samping pintu masuk laboratorium
Usmar Ismail . Di taman depan gedung B1 tampak seorang laki-laki berambut
gondrong yang sedang menikmati sebungkus roti
. Lalu di sebelah gedung B1 bagian timur , tepatnya di gazebo b8
terlihat beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang sedang sibuk menyiapkan
keperluan tempat pemungutan suara . Mereka adalah para mahasiswa Bahasa dan
Sastra Indonesia yang tergabung di dalam kepanitiaan pemilihan umum raya . Bukan hanya di tempat itu saja , para panitia yang
lain juga mempersiapkan keperluan tempat pemungutan suara di lantai dua dan
juga lantai tiga gedung B1 . Bisa dibilang pada hari itu warga Bahasa dan
Sastra Indonesia sedang mempunyai gawe
besar . Hari itu adalah puncak dari kegiatan pemilihan umum raya . Hari yang
ditunggu-tunggu para calon ketua himpunan mahasiswa maupun warga Bahasa dan
Sastra Indonesia Sendiri .
Waktu pun
berlalu . Para panitia Pemira pun sudah selesai menyiapkan segala keperluan
untuk kegiatan pemilu pada hari itu . Meja
presensi , meja untuk tinta , bilik suara dan juga kotak suara sudah tertata
rapi di masing-masing TPS . Tidak lupa panitia juga menyertakan tempat menulis
sebagai wadah apresiasi para mahasiswa setelah mereka memilih calon ketua
Himpunan Mahasiswa selanjutnya . Tempat itu ditujukan untuk para mahasiswa yang
hendak memberi komentar atau saran mengenai acara tersebut . Atau bisa juga
memberi semangat kepada para calon ketua himpunan mahasiswa . Setelah itu para
panitia pun menuju ke pusat kegiatan mahasiswa atau PKM yang merupakan markas
dari kepanitiaan tersebut . Beberapa
panitia yang lain bertugas menjaga tempat pemungutan suara . Di pusat kegiatan mahasiswa , para panitia mendapatkan pengarahan dari
seksi acara dan juga ketua panitia . Seksi acara dengan semangat memberi
penjelasan mengenai pekerajaan yang harus dilakukan oleh masing-masing panitia . Para panitia yang lain pun begitu
antusias mendengarkan pengarahan dari seksi acara . Setelah selesai , mereka
pun bersiap-siap untuk menempati jobdesknya masing-masing yang sudah dibentuk
sebelumnya . Sebelum mereka meninggalkan tempat itu , mereka berdoa bersama
lalu menyorakkan jargon sebagai tanda
penyemangat .
Pagi itu jarum
jam sudah menunjukan pukul 08.00 WIB . Matahari pun sudah tak enggan lagi memancarkan
sinarnya . Suasana di lingkungan gedung B1 juga sudah mulai ramai . Di
taman-taman atau di teras gedung pun sudah dipenuhi para mahasiswa dan
mahasiswi yang hendak kuliah atau hanya sekedar mengumpulkan tugas akhir
semester . Pemilihan umum pun juga sudah dibuka . Para panitia sudah menempati jobdesknya masing-masing . Panitia yang tergabung di dalam seksi
kampanye begitu bersemangat mengajak atau membujuk para mahasiswa maupun mahasiswi Bahasa
Indonesia agar segera memilih calon ketua himpunan mahasiswa . Panitia yang
menjaga presensi pun tak segan-segan untuk menanyakan Kartu Tanda Mahasiswa
kepada setiap pemilih . Untuk menarik para pemilih , panitia telah menyediakan sticker untuk dua puluh pemilih pertama
di setiap TPS .
Tiga jam pun
berlalu . Kuliah tahap kedua pun baru saja selesai . Para seksi kampanye dan
panitia yang lain pun mulai bersemangat menggencarkan
acara mereka . Mereka merayu para mahasiswa maupun mahasiswi yang baru saja
selesai kuliah agar berpartisipasi dalam acara tersebut . Hal itu dilakukan
karena mengingat empat jam setelah itu acara pemilihan ketua himpunan mahasiswa
selesai . Dengan demikian pemilih pun
bertambah banyak . Bahkan ada tempat pemungutan suara yang penuh , sehingga para pemilih harus
antri terlebih dahulu . Sembari pemilihan suara berlangsung , panitia yang tergabung di
dalam seksi perlengkapan maupun seksi pubdekdok mulai mempersiapkan dekorasi
untuk penghitungan suara . Mereka
mempersiapkan segala peralatan mulai dari kain hitam , kursi ,meja , bunga , wireless dan sebagainya .
Tidak
terasa hari sudah semakin sore . Hujan
baru saja selesai mengguyur area Universitas Negeri Semarang . Namun hal itu
tetap tidak menyurutkan semangat para panitia yang tergabung di dalam pemilihan
umum raya . Di masing-masing TPS sudah
mulai sepi dari para pemilih . Kotak-kotak suara di masing-masing TPS juga
sudah terisi surat suara. Papan tulis pun juga sudah penuh dengan
coretan-coretan tangan mahasiswa atau mahasiswi
Bahasa dan Sastra Indonesia . Entah itu berupa komentar mengenai acara
Pemira itu sendiri , saran , pesan atau dukungan kepada calon kandidat . Dan
akhirnya pemilihan suara pun ditutup . Panitia pun segera membawa kotak suara
ke tempat penghitungan suara .
Waktu yang
ditunggu-tunggu pun tiba . Penghitungan suara pun akan segera dimulai. Kursi
untuk calon kandidat sudah tertata rapi . Begitu juga kursi untuk para saksi
yang ada di belakang kursi calon kandidat . Kotak suara yang ada di depan pun
sudah terkumpul menjadi satu barisan dan masih tersegel . Dekorasi panggung
untuk penghitungan suara juga sudah tertata secara apik . Beberapa saat setelah itu , gazebo b8 yang
tadinya sepi menjadi ramai oleh para warga Bahasa dan Sastra Indonesia yang
ingin menyaksikan penghitungan suara . Selain itu mereka juga ingin mendukung
calon kandidat pilihan mereka . Kursi yang tadinya kosong , sudah dipenuhi oleh
ketiga calon kandidat , para saksi dan
juga tim sukses dari ketiga calon kandidat tersebut .
Setelah semuanya
berkumpul acara penghitungan suara pun dimulai . Seluruh kotak suara yang
tadinya disegel akhirnya dibuka oleh Bapak Ahmad selaku pembina himpunan
mahasiswa . Setelah semuanya terbuka , satu surat suara dari masing-masing
kotak dibuka oleh bapak Ahmad selaku perwakilan dosen , Ibu Sumartini selaku
Sekretaris jurusan dan Zaenudin selaku Ketua himpunan mahasiswa . Dan setelah
itu barulah panitia yang tergabung di dalam seksi pemungutan suara yang
melanjutkan penghitungan tersebut .
Penghitungan
suara pun berlangsung dengan suasana yang begitu menegangkan . Para saksi begitu antusias mengikuti
penghitungan suara tersebut . Dan kini tinggal satu kotak suara yang masih
terpenuhi oleh surat suara . Para saksi , penonton , dan calon kandidat begitu
penasaran dengan hasil selanjutnya ,
begitu pun dengan para panitia . Suara demi suara pun tertulis di papan putih .
Hari pun
sudah semakin sore . Dan akhirnya penghitungan suara pun selesai . Ketua KPU
pun mengumumkan bahwa pemenang dari penghitungan suara pada sore hari itu
adalah Devinta Eka Wulansari . Ia memperoleh seratus lima puluh satu suara yang
kemudian disusul oleh Yusuf Syaiful Amin yang memperoleh seratus lima puluh
suara . Sementara Lailatul Mafiyah hanya memperoleh sembilan puluh lima suara .
Sorak sorai pun pecah dari para penonton , terlebih tim sukses dari kubu
pemenang . Dan akhirnya warga Bahasa dan Sastra Indonesia menemukan ketua
himpunan mahasiswa yang baru . Yang akan menggantikan sosok Zaenudin dalam
mewujudkan Indonesia yang lebih baik J
0 komentar:
Posting Komentar