Recent Posts

Kamis, 06 November 2014

Analisis Novel Larung karya Ayu Utami



Novel Larung

Analisis Novel “ Larung “ karya Ayu Utami


Sinopsis Novel larung
Larung, Larung Lanang namanya. Ia adalah seorang pemuda yang memiliki tubuh yang begitu ramping. Ia memiliki seorang nenek yang sudah begitu tua namun sangat kuat. Simbah Adnjani namanya.  Simbah Adnjani mengaku bahwa dirinya berasal dari kasta Ksatria Gianyar yang kawin lari dengan seorang pedagang Belanda dan kabur ke pulau Jawa untuk  menghindari kemarahan keluarganya. Namun suaminya tertangkap oleh Jepang sehingga akhirnya Simbah Adnjani pun menikah dengan seorang gerilya Republik dan melahirkan ayah dari Larung. Larung yang sering merawat simbah Adnjani setiap hari, mulai dari mendudukan tubuh ringan simbah pada kursi roda, memandikan sampai menemaninya untuk berjemur. Ia menginginkan penyakit yang diderita simbah semakin parah kemudian setelah itu meninggal. Meninggalkan ibu Larung dan juga Larung. Namun pada kenyataannya Simbah Adnjani tidak kunjung meninggal walaupun keadaan tubuhnya semakin parah. Larung pun berniat untuk membunuh neneknya.
Pada tahun 1985, Larung tiba di kota Tulungagung untuk menemui Ibu Suprihatin yang dulunya adalah sahabat dari simbah Adnjani. Ibu Suprihatin adalah seorang dukun di kota tersebut, maka dari itu Larung meminta tolong kepadanya untuk membantu membunuh Simbah Adnjani. Sebelumnya Larung telah berpetualang mencari  seseorang yang bisa membantu dirinya untuk membunuh neneknya hingga akhirnya ia menemukan alamat Ibu Suprihatin. Setelah ia menemui seseorang yang ia cari, Larung pun diajak ke sebuah gua yang begitu mengerikan. Selain bersama Ibu Suprihatin yang buta, Larung juga ditemani Muluk, pembantunya Ibu Suprihatin. Sesampainya di gua yang begitu gelap, Ibu Suprihatin melakukan ritual demi memperoleh beberapa buah cupu. Selang beberapa saat dengan suasana yang mengerikan, akhirnya Larung pun memperoleh enam buah cupu yang bisa digunakan untuk membunuh neneknya.
Sang ibu telah menyambut di ruang tamu ketiak Larung pulang dengan membawa enam buah cupu, alat untuk membunuh neneknya. Larung segera menuju ke kamar simbah lalu berusaha untuk meletakkan cupu-cupu itu daerah dada dan juga perut, membentuk garis lurus. Namun usaha itu pun selalu gagal dengan adanya berbagai halangan seperti bangunnya si simbah, jatuh dan hilangnya cupu dan sebagainya. Selang beberapa hari ia berusaha membunuh neneknya kembali.  Ketika ia ingin meletakkan cupu yang ke enam di daerah tumbuh simbah, simbah terbangun dan kemudian menceritakan masa lalu Larung. Sebenarnya Larung bukanlah cucu asli simbah Adnjani. Larung adalah anak yang dipungut dari orang tua yang punya keturunan gila. Simbah Adnjani juga menceritakan keluarganya bersama Larung, pertumbuhan Larung karena perawatan simbah, dan kebaikan-kebaikan simbah lainnya. Setelah gagal dengan cupu-cupunya, Larung pun berusaha mengeluarkan sesuatu yang ada di dalam tubuh simbah, katanya barang-barang itu yang membuat simbah bertahan hidup lebih lama. Segera ia ambil peralatan seperti pisau di dapur, lalu kemudian ia membelah tubuh simbah dengan berbagai cara atau tahapan. Namun Larung tak menemukan barang aneh yang ada di tubuh simbah, namun sayang nyawa simbah sudah tak ada karena perlakuan Larung.
1996, Cok dan Yasmin berencana ingin ke New York. Cok ingin menemani dan membantu Laila untuk bertemu dengan Sihar dan juga ingin melihat pementasan Shakuntala. Sementara itu Yasmin berencana untuk ikut dengan Cok, namun ia memiliki alasan lain pergi ke kota New York, selingkuh dengan Saman. Cok, Yasmin, Tala dan juga Laila adalah sekelompok sahabat. Selama persiapan ke kota New York, Cok dan Yasmin terlibat obrolan yang asik, tentang persahabat mereka. Tentang perkenalan Yasmin dengan Larung oleh Cok.
New York, 1 Juni 1996. Laila menanti kedatangan Sihar. Ia ingin sekali menemui Sihar. Laila menanti di apartmen Shakuntala, menanti telepon dari Sihar. Selang beberapa waktu, Tala datang bersama dengan Yasmin dan juga Cok yang baru saja tiba dari Indonesia. Mereka berempat pun berkumpul dan saling bercanda hingga akhirnya Laila pun menceritakan apa yang dirasakannya. Kemudian para sahabatnya pun membuat rencana agar Laila bisa bertemu dengan Sihar.
New York, 6 Juni 1996. Yasmin telah menghubungi Saman. Pertemuan Laila dengan Sihar pun akan segera dilaksanakan. Segala sesuatunya telah dipersiapkan oleh Laila untuk menemui Sihar. Namun apa daya, pertemuan itu begitu dingin dan menyakitkan karena Sihar menggandeng seorang wanita cantik yang merupakan istri dari Sihar. Dalam pertemuan tu sikap Sihar begitu dingin dan menyakiti hati Laila. Sampai akhirnya Laila terselamatkan dengan datangnya Saman, seseorang yang pernah ia cintai beberapa tahun lalu. Selang beberapa hari Laila mendapatkan sesuatu dari Shakuntala. Sesuatu yang diberikan kepada Laila. Sesuatu yang membuat Laila begitu nyaman.
Dalam suatu perkumpulan, sahabat Laila meninginkan agar Laila melupakan Sihar sejenak. Hal ini mungkin bia membuat Laila bisa nyaman. Suatu ketika saat Laila pergi, timbul perdebatan antar Yasmin, Cok dan juga Tala. Mereka memperdebatkan mengenai Laila. Apakah Sihar mencintai Laila? Apakah Sihar harus mencintai Laila? Apakah Laila bodoh? Haruskah kebahagiaan mempunyai alasan yang jelas? Setelah Yasmin dan juga Cok pergi, entah apa yang Laila dan Tala lakukan. Mereka menari bersama, Tala berusaha menghibur Laila. Mereka bercinta?
New York, 25 Juli 1996. Saman sedang disibukkan dengan email-email yang datang kepadanya, email dari Yasmin, email dari Larung. Email-email yang mengisahkan tentang keadaan di Indonesia pada saat itu yang mungkin telah berbeda ketika Saman masih berada di Indonesia. Ia  begitu kaget dengan keadaan yang ada di Indonesia. Ia merasa mengeluh, merasa tertinggal, tapi juga mengeluh karena suasana di Indonesia yang semakin represif. Ia pun mulai memeriksa surat-surat. Suatu malam ia bermimpi aneh, bermimpi tentang kejadian yang kurang mengenakan pada Yasmin. Yasmin berada di mulut Komodo, sepasang tungkai Yasmin tersisa, lemas, sedikit kotor oleh darah, menyembul dari moncong seekor komodo besar. Dan Saman pun akhirnya mengerti bahwa monster yang memakan kekasihnya itu adalah Larung@komodo. Ternyata Larung itu Komodo.
New York, 5 Agustus 1996. Hari kesepuluh sejak penyerbuan, juga sejak mimpi itu. Saman mendapatkan surat dari Yasmin. Yasmin berkata bahwa dirinya dan yang lainnya menyembunyikan tiga aktivis yang sedang diburu militer. Mereka dituduh mendalangi kerusuhan 27 Juli, bersama PRD. Mereka dijerat pasal Subversi. Padahal mereka adalah anggota Solidarlit (Solidaritas pada Wong Alit). Mereka memperjuangkan buruh dan pembantu rumah tangga. Mereka adalah Wayan Togog, Bilung dan juga Koba. Yasmin simpati dengan hal itu, makanya ia bersama dengan yang lainnya memutuskan untuk melarikan merek ke luar Indonesia secepatnya. Yasmin dan yang lainnya sudah merancang perjalanan dan membutuhkan satu orang yang sudah berada di luar negeri, yaitu Saman yang barangkali bersedia. Perjalanan di dalam negeri akan dikerjakan oleh Larung.  
Selat Phillip, 12 Agustus 1996. Saman dan Anson sedang menjalankan misi itu. Misi untuk melarikan anggota Solidarlit ke luar ndonesia. Perjalanan mengarungi dareah perairan dengan disertai perbuatan pencurian yang dilakukan oleh Anson. Hingga akhirnya mereka sampai di Pulau Mapur, Indonesia pada pukul 5:10. Saman begitu senang ketika ia sampai di tanah Indonesia setelah sekitar dua tahun ia meninggalkan tanag negaranya itu. Namun di tanah itu ia tidak akan pulang, ia tidak akan menemui Yasmin namun ia akan melarikan Wayan Togog, Bilung dan juga Koba dari Indonesia.
Kijang, 12 Agustus 1996. Larung, Wayan Togog, Bilng dan juga Koba sudah berada di sebuah kapal di pelabuhan Pelni dan akan menuju ke pulau Bintan. Dalam perjalanan tersebut, suasana tidak mengenakkan terjadi pada Wayan Togog. Ia selalu diserang dengan perkataan yang santai oleh Larung Ketika ia membantah atau tidak satu argumen dengan Larung. Ia tidak yakin bahwa ia dan dua temannya akan diselamatkan oleh Larung. Wayan Togog menganggap bahwa Larung adalah seorang intel. Sampai-sampai Ia mengecek tas atau barang-barang yang dibawa oleh Laarung selama perjalanan tersebut. Pulau Bintan pun tiba dan mereka memutuskan untuk menginap palin laa tiga malam. Wayan Togog masih penasaran dengan Larung dan menceritakan hal itu kepada Bilung dan juga Koba. Sampai akhirnya Koba pun hendak tidur satu kamar dengan Larung demi menyelidiki Larung. Di kamar, Koba menanyakan barang-barang yang dibawa oleh Larung yang akhirnya dijawab. Koba pun menyadari , Larung tak pernah mengajukan ide apapun. Ia hanya menyerang. Ia menyerang semua. Sapakah dia sesungguhnya?
Koba beranggapan bahwa Larung bukanlah intel dan menceritakan semua kejadiannya bersama Larung kepada teman-temannya. Dan kini giliran Bilung yang mencoba mencari tahu tentang Larung. Ia membuntuti pada saat Larung mencoba menjual barang-barangnya, ia menyamar menjadi pedagang. Setelah mereka bertiga berkumpul lagi, Wayan Togog berniat untuk membunuh Larung, karena baginya dia akan membahayakan pelariannya bersama teman-temannya. Namun yang lainnya masih penasaran, siapakah Larung?
Saman pun akhirnya sampai di Kijang, dan kemudian bertemu dengan Larung. Setelah itu mereka bercakap-cakap sambil menikmati kopi di suatu Warung  yang tidak jauh dari Wisma Saleh tempat anggota Solidarlit itu berada. Pada saat itu juga terdapat dua orang yang bertubuh tegap turun di Wisma Saleh dan kemungkinan akan menangkap ketiga anggota Solidarlit. Kejadian itu diketahui oleh Larung dan juga Saman. Akhirnya mereka pun berpisah. Larung berusaha melarikan Wayan Togog, Bilung dan juga Koba sedangkan Saman berusaha menemui orang yang bertubuh tegap agar proses penangkapan berlangsung lama.
Akhirnya Larung dan ketiga anggota Solidarlit itu berhasil meloloskan diri dan segera menemui Saman dan juga Anson, Setelah semuanya berkumpul mereka hendak pergi dengna menggunakan pongpong. Namun ketika di tengah-tengah perjalanan ada sebuah kapal yang menangkap mereka, mereka dikumpulkan dengan tahanan yang lain. Mata mereka kemudian ditutup dan ada juga yang disiksa. Kemudian setelah itu datang sekelompok orang yang membuat mereka berenam berpisah. Wayan Togog, Koba dan juga Bilung dilarikan dalam satu perahu sedangkan Larung, Saman dan juga Anson dalam perahu yang lain. Di perahu kecil tersebut, suara Larung berhenti bersama suara letupan yang redam. Saman mendengar tubuh itu jatuh di dekat sisinya. Kemudian Saman mendengar kedap letupan sekali lagi. Ia ingin pamit pada Yasmin, setelah itu ia diam, diam yang tak lagi menunda. 


Unsur Intrinsik
Alur
1. Alur : Maju
Di kisah ini menurut saya alur yang digunakan adalah alaur maju. Karena jelas di setiap bab atau awal seri selalu tertulis tanggal atau tahun. Dan tanggal-tangga itu selalu menunjukan peningkatan. Sehingga jelas bahwa alur di novel ini menggunakan alur maju. Memang ada kisah-kisah yang berbalik ke tahun-tahun sebelumnya, namun kisah itu sifatnya hanya pembayangan, pengisahan-pengisahan pada masa lalu dan tidak runtut atau tidak menimbulkan alur yang baru. 
Terdapat dalam kutipan :
Kisah ini diawali dengan Larung yang hendak membunuh neneknya yang ternyata bukan nenek kandung Larung, simbah Adnjani namanya. Kisah ini terjadi pada tahun 1985 ketika Larung masih luayan muda. Lalu kisah ini dilanjutkan dengan rencana Cok dan Yasmin yang hendak menemani Laila untuk bertemu dengan Sihar dan juga hendak menonton pertunjukan Shakuntala, sahabatnya pada tahun 1996. Lalu kisah ini berlanjut pada tanggal 1 Juni 1996, empat sahabat yang dipertemukan di New York. Cok, Yasmin, Laila dan juga Shakuntala. Kemudian lima hari selanjutnya pada tanggal 6 Juni 1996 yang menceritakan kisah Laila pada saat ia menemui Sihar seseorang yang dicintainya bersama para sahabatnya, juga dengan Saman, seseorang yang juga pernah Laila sayangi. Namun di pertemuan itu timbul rasa sedih pada diri Laila, karena perilaku Sihar yang kurang mengenakan bagi Laila. Hal itu pun yang menimbulkan pertanyaan atau juga perdebatan antara sahabat-sahabat Laila. Kemudian alur ini dilanjutkan oleh kisah Saman yang diserbu oleh banyak email dari Indonesia. Email dari Yasmin kekasihnya, juga email dari Larung atau juga yang lainnya. Email-email itu berisi tentang keadaan Indonesia yang penuh dengan kekacauan. Saman juga bermimpi tentang Yasmin yang berada di pihak Larung. Kejadian-kejadian yang ada pada diri Saman itu terjadi pada tanggal 25 Juli 1996. Sampai akhirnya Saman menerima surat dari Yasmin yang berisi  permohonan Yasmin untuk melarikan anggota Solidarlit keluar Indonesia pada tanggal 5 Agustus 1996. Kemudian kisah dilanjutkan di Selat Phillip pada tanggal 12 agustus 1996, Saman dan Anson yang hendak melarikan tiga aktivis yaitu Wayan Togog, Bilung dan juga Koba dengan bantuan Larung. Hingga akhirnya misi itu berhasil dilakukan dan hanya sampai di titik laut. Di akhir kisah ini Mereka berenam, Larung, Saman, Anson, Wayan Togog, Koba juga Bilung tertangkap di laut lepas.  Saman ingin pamit pada Yasmin. Setelah itu diam, diam yang tak lagi menunda.

Tahapan Alur
Menurut saya di nvel ini terdapat beberapa kisah yang dikemass menjadi satu, seperti kisah pembunuhan simbah Adnjani, kisah cinta Laila dan misi pelarian aktivsi mahasiswa. Jadi di sini saya tidak hanya menuliskan satu tahapan alur.
1. Perkenalan
a. Tentang simbah Adnjani dan juga perjalanan Larung dalam mencari alamat ibu Suprihatin.
Terdapat dalam kutipan  :
1.      “ Inilah nenekku: ia sudah begitu tua. Seperti sudah bukan manusia bukan perempuan bukan laki-laki, seperti bekas manusia,...” ( Larung: 8 )
2.      “ Keretaku berhenti di Stasiun Tulungagung. Aku datang untuk membunuh nenekku...” (Larung: 3 )
b. Rencana Cok dan Yasmin pergi ke New York dan berkumpulnya empat sahabat.
 Terdapat dalam kutipan  :
1.      “ Emang kamu pikir apa yang bikin kita berencana ke New York nengok si Shakuntala?...” (Larung: 87 )
2.       “ Tiga menit kemudian kami sudah bersama di ruang duduk, membuka koper-koper Yasmin dan juga Cok,....” ( Larung: 113 )
c. Saman mendapatkan banyak email, baik itu dari Yasmin atau dari Larung juga yang lainnya.
Terdapat dalam kutipan:
1.      “ Juga suara feminim komputer yang tipa kali memberitahu,...” (Larung: 190)
2. Konflik
a. Simbah Adnjani yang sudah begitu tua namun tidak mati-mati juga, Larung menginginkan simbahnya cepat mati.
Terdapat dalam kutipan:
1.      “ Nak, simbahmu tak bisa mati sebelum susuk dan  gotri itu keluar dari badannya,...” (Larung: 17)
2.      “ Apakah aku juga yang harus membunuh simbah , ibu? ” & “ Ibu aku ingin membunuh simbah dan aku bisa ” ( Larung: 18 )
b. Laila ingin bertemu dengan Sihar dan itu begitu susah.
Terdapat dalam kutipan:
1.      “ Seharusnya kita bisa bersama betapapun sementara. Tetapi kau disini juga dibuntuti istrimu “ ( Larung: 110)
c. Wayan togog yang tidak percaya dengan kebaikan Larung.
1.      “ Ia curiga pada Larung, karena itu ia ingin membongkar bagasi pria itu,...”
( Larung: 242 )
3. Komplikasi
a. Ketika Larung hendak membunuh simbahnya namun selalu gagal dan ia tahu bahwa dirinya bukanlah cucu kandung dari simbah Adnjani.
Terdapat dalam kutipan:
1.      “... dengan sesal dan sesak, namun lebih baik gagal...” (Larung: 67)
2.      “ Kau bukan cucuku Larung. Kau adalah anak yang dipungut dari orang tua yang punya keturunan gila” ( Larung: 68)
b. Ketika Laila bertemu dengan Sihar, dan Sihar menggandeng istrinya. Sikap Sihar juga dingin kepada Laila.
Terdapat dalam kutipan:
1.      “ Tapi kamu datang bersama seorang perempuan “ ( Larung: 138)
2.      “ Tak ada nada kikuk pada wicara Sihar. begitu dinginkah kamu? “ (Larung: 140)
c. ketiga aktivis mahasiwa yang hendak keluar dari Indonesia dengan bantuan Larung, Saman dan juga Anson terlibat menjadi buronan. Mereka terlibat dalam pelarian.
1.      “ Bangsat. Kita ketahuan.” & “anak-anak itu ada di dalam,...” ( Larung: 275 & 276 )
2.      “ Dua intel polisi itu tidak membawa senjata. Mereka tidak menembak ketika dua buron melarikan motor mereka” ( Larung: 282 )
4. Klimaks
a. Larung hendak mencari gotri maupun susuk pada tubuh simbahnya, ketika itu ia mencabik-cabik tubuh simbahnya, seketika itu ia membunuh.
 Terdapat dalam kutipan:
1.      “ Setelah satu per satu potongan kulit kuangkat, wajah maupun anggota badan,..” & “Selamat tinggal Simbah,...” ( Larung: 84)
b. Keenam rombongan itu, Larung, Saman, Anson, dan tiga anggota Solidarlit tertangkap di laut lepas.
Terdapat dalam kutipan:
1.      “ ... dari mulut Larung sesaat menjelang tangan mereka diborgol bergabung dengan yang lain,...” ( Larung: 285)
5.  Resolusi
a. Larung membereskan barang-barang yang baru saja berada di kamar setelah ia membunuh simbahnya.
Terdapat dalam kutipan:
1.      “Aku begitu lelah ketika telah selesai kubereskan semuanya. Sprei telah kumasukkan ke dalam mesin cuci dan air limbahnya begitu merah dan anyir” ( Larung: 84 )
b.  Laila merasa nyaman berada di dekat Shakuntala.
Terdapat dalam kutipan:
1.      “ Tapi dari matamu aku tahu kamu ingin membenamkan wajahmu di tubuhku yang telentang. Dengan mataku kukatakan lakukanlah,...”  ( Larung: 172 )
2.      “ Kupeluk kamu, aku mengelus di punggung dan mencium di kening. Dan aku tidak pergi,...” ( Larung: 173 )
c. Hidup Saman berakhir di laut lepas bersama dengan Larung dan juga Anson.
Terdapat dalam kutipan:
1.      “ Tapi ia mendengar kedap letupan sekali lagi. Dalam sepertiga detik itu yang ia inginkan hanyalah pamit pada Yasmin. Setelah itu ia diam. Diam yang tak lagi menunda “ ( Larung: 295 )

Tokoh atau penokohan
1. Larung
1.      Teledor: Buku alamat larung ketinggalan pada saat ia berada di stasiun Tulungagung.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Aku mengutuki keteledoranku. Tapi itu bukan sekadar alamat” ( Larung: 4 )
2.      Perhatian: Larung yang merawat neneknya setiap hari.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Aku yang merawatnya. Inilah yang kukerjakan saban pagi. Mendudukan tubuh ringannya, ...” ( Larung: 8)
3.      Nekat: Larung nekat hendak membunuh simbahnya.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Ibu aku ingin membunuh Simbah dan aku bisa ”
( Larung: 18 )
4.      Pengecut: Larung hendak membunuh simbahnya secara diam-diam.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Sebab kau mau membunuhnya diam-diam. Pengecut” (Larung: 58 )
5.      Tega: Larung begitu tega mencari sesuatu di dalam tubuh simbahnya dengan mencabik-cabik. Ia membunuh Simbahnya.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Letakkan sebuah balok menyangga leher. Tetapi tak ada kayu,...” ( Larung: 83 )
2. Simbah Adnjani
1.      Keji: Keji dalam hal perkataan , terkadang kata-katanya melukai.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Lalu aku melihat, kata-kata kotor muntah dari perutnya, dan hatinya yang telah mati,...” ( Larung: 13 )
2.      Kuat, cerewet, pemberani: Ia masih melahirkan pada usia lima puluh tahun.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Ia adalah wanita yang kuat, cerewet dan pongah. Ia luar biasa berani dan tak pernah merasa salah” ( Larung: 15 )
3.      Baik hati dan pendidik: Ia yang merawat Larung dari kecil sampai besar dan ia juga yang sering mengajari berbagai hal kepada Larung.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Masih ingatkah engkau pada senja ketika aku mengajarimu memakan serangga,...” ( Larung: 69 )
4.      Pemberani: Ia begitu berani mengusir orang-orang yang hendak mengambil keluarganya.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Simbah mengusir orang-orang yang datang kembali untuk mengambil kami semua” ( Larung: 69 )
3. Ibu Suprihatin
1.      Pemberani: Ia begitu berani pada saat melakukan ritual di dalam gua yang begitu gelap.
·         Terdapat dalam kutipan: “...ia tidak terdiam melainkan melafalkan suatu gumam panjang-panjang dalam suara krura,...” & “ Aku merasakan alam beruba, sebuah rasa yang janggal,...” ( Larung: 49 )
4. Cok
1.      Bringas: Ia begitu bringas dalam menghadapi laki-laki yang memang ia inginkan.
·         Terdapat dalam kutipan: “...kenapa aku harus menderita untuk menjaga selaput daraku sementara pacarku mendapat kenikmatan?... bodo amat, ah, udah tanggung...” ( Larung: 94 )
2.      Bosenan: Dia sering bosan dengan hanya satu laki-laki saja.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Aku bosenan kali. Tapi aku nggak mau hipokrit dan berkhianat kayak elu.” ( Larung: 101 )
3.      Penolong: Cok membantu Laila untuk pergi ke New York dalam hal biaya.
·         Terdapat dalam kutipan: “ aku tahu Laila nggak banyak duit. Karena itu aku mau membantunya. “ ( Larung: 102 )
5. Yasmin
1.      Cerdas, beragama, berpendidikan moral pancasila: Seperti yang pernah disebutkan oleh Cok dalam buku diarynya.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Lihatlah temanku Yasmin Moningka. Wanita sempurna. Cantik, cerdas, kaya, beragama, berpendidikan moral pancasila,...” ( Larung: 88)
2.      Mata keranjang: Ia selingkuh dengan Saman, padahal ia sudah bersuami.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Bahkan kini, perselingkuhannya dengan Saman hanya dia akui padaku. “ ( Saman: 89 )
3.      Munafik: Seperti yang pernah disebutkan oleh Cok dalam buku diarynya.
·         Terdapat dalam kutipan: “...itulah. Dia munafik. Dia selalu tampil kalem dan sopan,...Tapi gue yakin, di dasar hatinya yang paling dalam dia sama dengan aku. Binal.” ( Larung: 90 )
4.      Penolong, simpati: Ia ingin menolong tiga aktivis mahasiswa yang sedang diburu militer
·         Terdapat dalam kutipan: “ Saya simpati, sebab tak banyak yang memperhatikan pembantu...” & “ Kami memutuskan untuk melarikan Wayan Togog, Bilung, dan Koba keluar Indonesia secepatnya.” ( Larung: 207 & 209 ) 
6. Laila
1.      Ikhlas: Ia tidak meminta apapun dari Sihar, walaupun ia mencintai Sihar.
·         Terdapat dalam kutipan: “Sihar, kalaupun saya jatuh cinta, saya tidak meminta apa-apa. “ Tidak bisakah kamu biarkan perasaan-perasaan kita mengalir?” ( Larung: 111) 
2.      Pemaaf: Ia selalu memaafkan Sihar, walaupun ia marah dan terluka.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Sihar, pernahkah kamu tak kumaafkan? Selalu saya marah dan terluka , tapi selalu saya sanggup...” ( Larung: 144 )

7. Shakuntala
1. Aktif, lincah: Ia selalu aktif dan lincah, apalagi dalam hal menari.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Tiba-tiba ia mulai bergerak, berputar, berkelit, mengayun dan kembali melipat tangan di belakang pinggang, seperti seorang penakluk binatang buas”  ( Larung: 148 )
2.      Perhatian: Ia begitu perhatian kepada Laila yang pada saat itu sedang dilanda kesedihan.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Kupeluk kamu. Aku mengelus di punggung dan mencium di kening. Dan aku tidak pergi,...” ( Larung: 173 )
8. Saman
1.      Pemarah: Ia begitu marah pada Anson saat Anson melakukan tindakan perampokan pada sebuah kapal.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Mereka telah kembali diam. Ia telah teramat marah.”  (Larung: 223 )
9. Anson
1.      Cekatan: Ia cekatan dalam melakukan sesuatu , seperti contohnya pada saat ia merampok.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Dengan cekatan lelaki itu memutar ke arah kapal besar, merapatkan perahu pada dinding lambung” ( Larung: 220 )
10. Wayan Togog
1.      Emosional: Ia tidak bisa berselisih dengan hati yang dingin.
·         Terdapat dalam kutipan: “...Wayan Togog memang tak biasa berselisih dengan hati dingin. Ia selalu terlibat secara emosional...” ( Larung: 238 )
2.      Penuh Semangat: Ia akan semangat apabila sedang berurusan dengan masalah, juga ketika sedang berselisih.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Sisi ini menyebabkan semangatnya tak pernah padam. Garis rautnya yang keras ...” ( Larung: 238 )
3.      Mudah tersinggung: Seperti yang pernah dikatakan temannya, Koba.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Ia tahu betul Wayan Togog peka jika berhadapan dengan kawan sehingga mudah tersinggung dan menjauhi.” ( Larung: 245 )
11. Bilung
1.      Tidak pemikir: Bilung bukanlah orang yang rakus pemikiran.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Ia bukan orang yang rakus pemikiran, dan tak pernah berlagak filsafati” ( Larung: 256 )
2.      Periang: Ia selalu riang dan penuh canda.
·         Terdapat dalam kutipan: “ ...Bilung nyengir.” & “Ia selalu riang dan penuh canda, meski orang lain tak selalu tertawa.” ( Larung: 263 )
12. Koba
1.      Kalem: Suaranya selalu tenang, hampir seperti bijaksana.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Koba berbeda. Ia kalem meski suka berdebat. Suaranya selalu tenang,...” ( Larung: 245 )
13. Ibu Larung
1.      Perhatian: Ia memberikan makan untuk anaknya, Larung.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Rawonnya sudah panas, nak. Nasinya juga.”
( Larung: 60)
14. Sihar
1.      Bertanggung Jawab: Ia tidak ingin Laila hamil di luar nikah, maka dari itu ia tidak ingin meniduri Laila.
·         Terdapat dalam kutipan: “ ... Itu berarti dia lelaki yang bertanggung jawab,...”
( Larung: 115)
2.      Pembual: Ia bilang kepada istrinya seolah-olah Laila yang tergila-gila kepada Sihar.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Telah kamu bualkan pada istrimu seolah-olah saya gila padamu sementara kamu memandang sebelah mata saja” ( Larung: 140 )

Latar Waktu
1. Stasiun Tulungagung
v  Terdapat dalam kutipan:  “Keretaku berhenti di stasiun Tulungagung. Aku datang untuk membunuh nenekku” ( Larung: 3 )
2. Desa Lebuh, kecamatan Watu angkara.
v  Terdapat dalam kutipan: “..., maka aku menyewa motor ojek untuk mengantarku. Dukuh Lemah Tulis, Desa Lebuh, kecamatan Watu Angkara,...” ( Larung: 25 )
3. Rumah simbah Adnjani juga Ibu Larung.
v  Terdapat dalam kutipan: “ Ibuku menyambut di ruang tamu dan bertanya dengan gelisah apakah aku bertemu seekor  Trenggiling” ( Larung: 54 )
4. New York
v  Terdapat dalam kutipan: “ Di luar jendela udara jeda, dan turis-turis dengan kaki letihberhenti sepanjang Time Square”  & “ Mungkin kamu pergi juga ke sudut tenggara Central Park, dekat Sirkel Columbus...” ( Larung: 109 & 110 )
5. Selat Phillip
v  Terdapat dalam kutipan: “ Saman hampir-hampir tak mendengar apapun selain bising mesin dan tamparan ombak”  ( Larung: 217 )
6. Pulau Mapur
v  Terdapat dalam kutipan: “ Ia telentang pada pasir yang memisahkan pantai dari daratan, laut di sisi kanannya, hutan kelapa di kirinya” ( Larung: 226 )
 7. Kijang
v  Terdapat dalam kutipan: “ Pelabuhan Pelni itu tak pernah terlalu padat. Bola matahari muncul dari balik pulau-pulau kecil di muka bandar, pulau Buton...” ( Larung: 233 )

Latar Waktu
1. Pada tahun 1985
v  Terdapat dalam kutipan: “ Tahun 1985. Pukul 5:12. Siapakah yang menentukan jam kematian seseorang? Selalu ada aroma perjalanan pada rel dan subuh.” (Larung: 1)
2.  Pada tahun1996
v  Terdapat dalam kutipan: “ New York, 1 Juni 1996. Di luar tidak ada daun-daun gugur. Di luar tidak ada hujan lebur, tak ada yang menggenang membentuk rumah-rumah udara pada permukaan tanah” ( Larung: 109 )
v  Terdapat dalam kutipan: “ Selat Phillip, 12 Agustus 1996. Pukul 00.30. Lampu suar telah menjauh...”  ( Larung: 217 )

Suasana
1. Mengharukan
v  Terdapat dalam kutipan: “ Aku punya pita suara, tulisnya, namun istriku tidak. Begitu pula anak-anakku yang empat belas orang”  & “ Karena itu aku melupakan pita suaraku dan membangun sebuah negeri yang penghuninya tidak berlisan melainkan bertulisan” ( Larung: 33)
2. Menyeramkan
v  Terdapat dalam kutipan: “ Gemuruh, gemrutuk. Kelelawar berpusar-pusar memasuki lorong-lorong keluar, menciptakan angin yang sengit...” ( Larung: 50 )
v  Terdapat dalam kutipan: “ Menyebabkan pulau-pulau kecil menjelma bayang-bayang kelabu besar. Seram dan sayu.” ( Larung: 284 )
 3. Menegangkan
v  Terdapat dalam kutipan: “ Pejam matanya tiba-tiba menjadi teror, gelombangnya mengguncang lenganku dalam tremor yang tak terkontrol...” ( Larung: 66 )
v  Terdapat dalam kutipan: “ Tapi semua lewat. Ia semakin gelisah. Ia pijit nomor telepon genggam Usdek, abangnya yang bekerja di perkebunan kayu.” ( larung: 262 )
v  Terdapat dalam kutipan: “ Bunyi radio panggil terdengar di telinga mereka sebagai jeritan. Alarm yang seketika menakutkan.” ( Larung: 268)
 4. Menyedihkan
v  Terdapat dalam kutipan: “...menghardik begitu keras seperti salak senjata.Seperti tiada lagi rasa hormat pada orang tua, ia bawa putraku pergi tanpa alas kaki...”
( Larung: 77 )
v  Terdapat dalam kutipan: “Kulihat mereka menanggalkan seragamnya dan menggantung anakku...” ( Larung: 78 )
v  Terdapat dalam kutipan: “ Mungkin saya sedang terpukul atas kedatangan istri Sihar...” & “ ..., dekat lehernya, sekonyong saya ingin menangis...” ( Larung: 142 )
v  Terdapat dalam kutipan: “ Dalam sepertiga detik itu yang ia inginkan hanyalah pamit pada Yasmin. Setelah itu ia diam. Diam yang tak lagi menunda.” ( Larung: 295 )

5. Mengerikan
v  Terdapat dalam kutipan: “ Maafkanlah, telah aku acak-acak tubuhmudan parasmu tetapi tak kutemukan juga benda-benda sihir itu” (Larung: 84 )
6. Sunyi
v  Terdapat dalam kutipan: “ Sepi mencapai puncaknya. Saman merasa sebagai sebuah noktah di tengah samudra yang tak berbatas dengan langit.” ( Larung: 218)
7. Mencekam
v  Terdapat dalam kutipan: “ Suasana mencekam itu datang lagi. Tengkuknya menjadi dingin. Anson menoleh padanya..." ( Larung: 220 )

Amanat
1. Selingkuh itu tidak baik, janganlah kamu melakukannya.
2. Janganlah kamu berjuang atau bersusah payah dengan tujuan yang tidak baik atau mencelakakan orang lain
3. Janganlah kamu berburuk sangka sebelum benar-benar terbukti.

Sarana Cerita
1. Judul                       : Larung
2. Sudut pandang        :
·         Sudut pandang orang pertama: Karena pengarang seolah-olah menjadi tokoh di dalam novel tersebut. Ia seolah-olah menceritakan diri sendiri. Menggunakan kata ganti aku.
§  Terdapat dalam kutipan: “ Namaku hanya satu: Shakuntala. Tapi sering aku merasa ada dua dalam diriku. “ ( Larung: 150 )
§  Terdapat dalam kutipan: “ Aku tak bisa ingat lagi kapan terakhir aku di sini. Kabupaten pasti telah memerintahkan pengecatan...” ( Larung: 3 )
·         Sudut pandang orang ketiga serba tahu: Karena pengarang berada di luar cerita dan mengetahui semua peristiwa yang terjadi dalam cerita tersebut, menggunakan nama orang atau nama ganti orang ketiga.
§  Terdapat dalam kutipan: “...dan ia telah merapikan rambut dengan sisa butir-butir keringat. Mereka telah bersetubuh dengan rasa bersalah...” (Larung: 185)
3. Gaya bahasa: Pengarang menggunakan bahasa sehari-hari untuk menciptakan karya novel  ini, terkadang uga menggunakan bahasa yang santai atu kurang baku. Di dalam novel ini juga terdapat sedikit penggunaan bahasa Jawa.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Dari kaca jendela terpantul cahaya stasiun kecil itu, terpendar dalam serat-serat gelas yang melingkar. “ (Larung: 3)
·         Terdapat dalam kutipan: “ Ah, nggak apa, dong. Gue, semuanya gue ceritain sama elu.” (Larung: 97 )
·         Terdapat dalam kutipan: “ Dalemipun Ibu Suprihatin?” (Larung: 29 )
4. Nada                       :
·         Kritik: Kritikan Wayan Togog terhadap Larung.
§  Terdapat dalam kutipan: “ Orang yang akan menyelamatkan kami tapi tak sedikit pun menaruh hormat pada cita-cita kami? Bedebah ini mengatakan: Sosialisme adalah sekadar vaksin kapitalisme.” ( Larung: 241 )
·         Sedih: Kesedihan Laila menghadapi perilaku Sihar.
§  Terdapat dalam kutipan: “ Selalu saya marah dan terluka, tapi selalu saya sanggup membayangkan bahwa ini...” ( Larung: 144 )
·         Marah: Kebencian, kemarahan Yasmin terhadap polisi.
§  “ Aku geram sekali hingga badanku gemetar ketika mendengarkan pengakuannya. Betapa aku membenci para polisi yang sewenang-wenang, dunia yang patriarkal ini.” ( Larung: 182 )
·         Romantis: Keromantisan antara Laila dan Tala.
§  Terdapat dalam kutipan: “ Lalu musik berhenti. Telah satu jam. Telah satu jam kami berdansa. Kami saling melepas pelukan.” ( Larung: 149 )
5. Tema:
·         Percintaan: Kisah percintaan antara Yasmin dan Saman, Laila dan Sihar dan sebagainya.
§  Terdapat dalam kutipan: “  Tapi ada sisi lain yang tidak menyesal, bahkan bersyukur, atas cinta kita. Sebab cinta bukanlah hal yang direncanakan seperti perkawinan.”      ( Larung: 175 )
·         Kritik Sosial: Kejadian-kajadian yang ricuh yang ada di Jakarta.
§  Terdapat dalam kutipan: “... dan menggelar mimbar bebas, pasukan rezim Orde Baru akhirnya menyerbu.” (Larung: 197 )

Pendekatan
1. Pendekatan Emotif
1.      Ketika seorang ayah kuat tidak menggunakan pita suaranya untuk bicara dalam hidunya demi keluarganya.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Aku punya pita suara, tulisnya, namun istriku tidak. Begitu pula anak-anakku yang empat belas orang” & “ Karena itu aku melupakan pita suaraku dan membangun sebuah negeri yang penghuninya tidak berlisan melainkan bertulisan.”
        ( Larung: 33 )
2.      Ketika Laila terluka gara-gara tingkah laku Sihar, namun ia begitu tegar dan selalu memaafkan kesalahan-kesalahan Sihar.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Selalu saya merah dan terluka, tapi selalu saya sanggup membayangkan bahwa ini pun bukan perkara gampang bagi kamu. Panggilan darimu, biar apapun, membuat saya merasa bahwa kesedihan ini juga menjadi bagian dirimu.”
       (Larung: 144 )

2. Pendekatan Analisis
1.      Di dalam novel Larung tersebut terdapat unsur intrinsik yang meliputi : alur, sudut pandang, tema, tokoh dan penokohan, setting, amanat dan unsur ekstrinsik yang berupa biografi pengarang.
3. Pendekatan Historis
1.      Cerita rakyat mengenai kerajaan Kedhiri
·         Terdapat dalam kutipan: “... di wilayah Dhaha sesaat sebelum kerajaan itu terpecah menjadi dua, Kedhiri di barat dan Jenggala di timur.” (Larung: 41 )
4. Pendekatan Sosio-psikologis
2.      Kebudayaan pembakaran mayat yang ada di Bali.
·         Trdapat dalam kutipan: ”...Di Bali. Dalam upacara Ngaben famili jauh. Ada enam orang yang diupacarakan ketika itu. Salah satunya menjadi gunjingan orang banyak.” ( Larung: 104)

Suspens
1.      Ketegangan Larung yang hendak membunuh neneknya, namun selalu gagal.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Pejam matanya tiba-tiba menjadi teror, gelombangnya mengguncang lenganku dalam tremor yang tak terkontrol...” ( Larung: 66 )
2.      Ketegangan Bilung pada saat menelpon keluarganya, dan hal itu merupakan kesalahan besar karena itu merupakan larangan.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Tapi semua lewat. Ia semakin gelisah. Ia pijit nomor telepon genggam Usdek, abangnya yang bekerja di perkebunan kayu.” ( larung: 262 )
3.      Ketegangan antara Bilung, Wayan Togog dan juga Koba pada saat ia diserang dengan berbagai pesan-pesan aneh.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Bunyi radio panggil terdengar di telinga mereka sebagai jeritan. Alarm yang seketika menakutkan.” ( Larung: 268)

Surprise
1. Ketika Larung handak membunuh simbahnya, tiba-tiba simbahnya bangun dan berkata bahwa dirinya bukanlah nenek kandungnya.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Kau bukan cucuku Larung. Kau adalah anak yang dipungut dari orang tua yang punya keturunan gila.” ( Larung:  68 )
2. Ketika Shakuntala sangat perhatian dengan Laila, ternyata Shakuntala adalah seorang biseksual.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Ia baru tahu Shakuntala tumbuh menjadi biseksual. Yasmin bercerita kepadanya dengna marah karena Shakuntala tidur dengn Laila.” (Larung: 189 )
Plausibility
1. Hubungan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan
·         Terdapat dalam kutipan: “ Karena itu pria akan memimpin dan wanita akan mengasihi. Pria membangun dan wanita memelihara. Pria membikin anak dan wanita melahirkan.”
(Larung: 154 )
2. Sebuah perjalanan menjadi seorang panglima.
·         Terdapat dalam kutipan: “ Sebelum menjadi Panglima, seorang prajurit akan menjaddi pengintai di menara. Maka wahai Satria, jadikanlah pohon kelapa ini menaramu, tempat kamu melindungi adik-adikmu perempuan dari para raksasa yang mengendus di kejauhan hutan.” (Larung: 154 dan 155)

Unsur Ekstrinsik
1. Biografi pengarang
Justina Ayu Utami atau hanya Ayu Utami (lahir di Bogor, Jawa Barat, 21 November 1968; umur 45 tahun) adalah aktivis jurnalis dan novelis Indonesia, ia besar di Jakarta dan menamatkan kuliah di Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Ia pernah menjadi wartawan di majalah Humor, Matra, Forum Keadilan, dan D&R. Tak lama setelah penutupan Tempo, Editor danDetik pada masa Orde Baru, ia ikut mendirikan Aliansi Jurnalis Independen yang memprotes pembredelan. Kini ia bekerja di jurnal kebudayaan Kalam dan di Teater Utan Kayu. Novelnya yang pertama, Saman, mendapatkan sambutan dari berbagai kritikus dan dianggap memberikan warna baru dalam sastra Indonesia.
Ayu dikenal sebagai novelis sejak novelnya Saman memenangi sayembara penulisan roman Dewan Kesenian Jakarta 1998. Dalam waktu tiga tahun Saman terjual 55 ribu eksemplar. Berkat Saman pula, Ayu mendapat Prince Claus Award 2000 dari Prince Claus Fund, sebuah yayasan yang bermarkas di Den Haag, yang mempunyai misi mendukung dan memajukan kegiatan di bidang budaya dan pembangunan. Akhir 2001, ia meluncurkan novel Larung.

2. Pandangan pengarang
Pandangan Ayu Utami dalam novel ini mungkin adalah bahwa di Indonesia ini masih begitu banyak ketidakadilan sehingga Ayu Utami menuliskan kisah pelarian ketiga aktivis mahasiswa yaitu Wayan Togog, Koba dan juga Bilung. Masih banyak juga kisah-kisah perselingkuhan dan sebagainya.


3. Latar Belakang
Latar belakang Ayu Utami menulis Novel Larung ini adalah mungkin ia merasa bahwa di Indonesia ini begitu banyak kejadian-kejadian yang sangat meresahkan masyarakat Indonesia seperti kerusuhan-kerusuhan pada masa Orde Baru, ketidakadilan, penyalahan orang lain, kisah-kisah perselingkuhan, kesedihan-kesedihan dan hancurnya hati  para perempuan karena perilaku laki-laki, sampai pada bebasnya pergaulan pada masa itu.
4. Pragmatik
·         Nilai agama yang terkandung di novel ini adalah bahwa selingkuh itu tidak baik, janganlah kamu melakukannya, hal ini dibuktikan dengan perselingkuhan antara Yasmin dengan Saman.
·         Nilai moral terkandung di novel ini adalah bahwa janganlah kamu berjuang atau bersusah payah dengan tujuan yang tidak baik atau mencelakakan orang lain, hal ini dibuktikan dengan perjuangan Larung yang hendak membunuh neneknya.
·         Nilai moral yang terkandung di novel ini adalah bahwa janganlah kamu berburuk sangka sebelum benar-benar terbukti, hal ini dibuktikan dengan sikap Wayan Togog yang selalu curiga dengan niat baik Larung.
5. Sosiologis
Kehidupan sosial pengarang disini mungkin mengalami atau ikut merasakan kejadian kejadian yang ada di Indonesia tepatnya di Jakarta. Pada saat Orde Baru banyak sekali kerusuhan-kerusuhan yang ada di Indonesia. Contohnya saja pada tahun 1996, para pendukung Kongres IV Medan, Kongres yang menolak Megawati dan mengangkat Soerjadi sebagai ketua umum partai, dengan membawa batu serta pentung kayu sepanjang satu meter. Selain itu mungkin pada masa tersebut banyak sekali pergaulan bebas yang menyebar ke banyak pemuda pemudi di Indonesia, seperti halnya kisah empat sahabat yang penuh dengan dunia seks bebas yaitu Yasmin, Cok, Shakuntala.

































1 komentar:

feliz_linda mengatakan...

wahhh begitu sangat luar biasa ya kk cerita tarung sangat bermanfaat. izin kkk pakai untuk memenuhi tugas kampus untuk menjadi refresing tugas

Posting Komentar