Hakikat Membaca Ekstensif dan
Intensif
2.1
Membaca
Ekstensif
Menurut
Tarigan (2008:11-13), membaca dalam hati dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu
membaca ekstensif dan intensif. Pengklasifikasian tersebut menurut Harras
(1997:7) tinjau dari sudut
cakupan bahan bacaan yang dibaca, tujuan, dan waktu yang
diperlukan dalam membaca. Membaca ekstensif adalah membaca secara luas.
Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin.
Tujuan membaca ekstensif adalah untuk memahami isi yang penting dengan cepat
(Tarigan 1994:31). Membaca ekstensif adalah membaca untuk memahami
hal-hal penting dengan cepat sehingga membaca secara efisien dapat terlaksana.
Jika dilihat dari segi waktu, membaca ekstensif relatif lebih hemat karena
pembaca cukup membaca objek secara sekilas, bukan kata per kata, kalimat per
kalimat, atau paragraf per paragraf, tetapi menatap penuh bacaan untuk mencari
bagian mana yang dibutuhkan dari bacaan. Dari segi tujuan, kegiatan membaca
ekstensif adalah untuk memahami isi atau hal-hal penting dengan cepat. Dengan
membaca ekstensif, seseorang dapat mendapatkan tujuan membaca dalam waktu yang
relatif singkat.
Sebelum mulai membaca, biasanya pembaca akan
melakukan terlebih dulu apa-apa yang akan dibacanya. Pembaca menyurvei bagian
bacaan yang akan kita pelajari, yang akan ditelaah, dengan jalan: (1)
memeriksa, meneliti indes-indeks, daftar kata-kata yang terdapat dalam
bukubuku; (2) melihat-lihat, memeriksa, meneliti judul-judul bab yang terdapat
dalam buku-buku yang bersangkutan; (3) memeriksa, meneliti bagan, skema, outline
buku yang bersangkutan.
Membaca
ekstensif dalam penggunaan secara umum bisa disebut membaca cepat. Membaca
cepat adalah kemampuan membaca dengan memperhatikan dan tujuan membaca.
Kecepatan membaca harus fleksibel, artinya kecepatan itu tidak harus selalu sama,
ada kalanya diperlambat karena bahan-bahan dan tujuan kita membaca (Soedarso
2004:18). Kecepatan membaca dapat disesuaikan dengan kebutuhan membaca apabila
kata-kata dalam bacaan tergolong tidak asing, dapat dilalui dengan cepat.
Namun, apabila ada kata-kata yang tergolong asing dapat diperlambat untuk
memahami makna kata tersebut. Soedarso dengan buku Speed Reading (2002:18)
mengatakan bahwa membaca cepat adalah kemampuan membaca dengan kecepatan yang
sama. Menurutnya kecepatan membaca harus fleksibel. Artinya, kecepatan itu
tidak harus sama, ada kalanya diperlambat karena bahan dan tujuan kita membaca.
Membaca
cepat adalah kegitan merespon lambang-lambang cetak atau lambang tulis dengan
pengertian dengan pengertian yang tepat dan cepat (Hemowo 2005:9). Nurhadi
(2005:3 1) mengungkapkan membaca cepat dan efektif yaitu jenis membaca yang
mengutamakan kecepatan, dengan tidak meninggalkan pemahaman terhadap aspek
bacaanya. Dengan demikian seseorang dengan membaca tidak hanya kecepatannya
yang menjadi patokan namun juga disertai pamahaman dan bacaan.
Memba
cepat merupakan sistem membaca dengan memperhitungkan waktu baca dan tingkat
pemahaman terhadap bahan yang dibacanya (Suyoto 2008). Apabila seseorang dapat
membaca dengan waktu yang sedikit dan pemahaman yang tinggi maka seseorang
tersebut dapat dikatakan pembaca cepat.
Dan
beberapa pengertian diatas dapat diambil simpulan membaca cepat adalah proses
membaca bacaan untuk memahami isi-isi bacaan dengan cepat. Membaca cepat
memberi kesempatan unutk membaca secara luas, bagian-bagian yang sudah sangat
dikenal atau dipahami tidak dihiraukan. Perhatian dapat difokuskan pada
bagian-bagian yang baru atau bagian-bagian yang belum dikenal. Dengan membaca
cepat dapat diperoleh pengetahuan yang luas tentang apa yang dibacanya.
Tujuan membaca
cepat adalah untuk memperoleh banyak pemahaman dari bacaan. Tidak ada gunanya
dapat membaca cepat tetapi tidak dapat memahami bacaan secara memadai. Tetapi
apabila kita dapat memahami dengan pemahaman sepenuhnya tetapi kacapatan bacanya
sangat lambat, tidak dapat dikatakan membaca secara efisien. Memang kita harus
mencapai keseimbangan yang baik antara kecepatan dan pemahaman membacanya.
Dengan latihan yang tekun dan terus menerus, kita akan mampu membaca cepat
sekaligus mampu memahami isi bacaan. Apabila kita dalam membaca tidak
menanggapi kata demi kata melainkan
menanggapi gagasan yang ada maka dengan sendirinya kecapata membaca kita
akan meningkat.
Hal terahir yang perlu kita ingat dalam perihal
kecapatan membaca ialah tidak ada kecepatan membaca yang merupakan kecepatan
terbaik untuk tiap jenis bacaan cerpen dan biografi, misalnya tidak perlu baca
dengan kecepatan yang sama. Dalam sebuah buku pelajaran pun, meteri-materinya
tidak perlu dibaca dengan kecepatan yang sama, kita perlu menesuaikan kecepatan
baca kita dengan tingkat kesukaran bahan dan tngkat pemahaman yang hendak kita
capai (Widyamartaya 1992:29).
Dengan membaca cepat kita bias hendajnya bias
mendapatkan informasi yang aptual, dengan membaca bias menembah pngetahuan yang
nantinya bias mengubah kita menjai orang yang berpengetahuan tinggi atau
intelektual. Jadi ngan membaca cepat kita akan mampu membaca cepat sekaligus
mampu memahami isi bacaan.
Orang-orang
yang tidak mendapatkan bimbingan latihan khususn membaca cepat, sering mudah
lelah dalam membaca karena lamban membacanya, tidak ada gairah membaca, tidak
terbiasa membaca buku da butuh waktu lama untuk menyelesaikan buku yang tipis
sekalipun. Untuk dapat membaca dengan cepat hal-hal yang dapat menghambat
kelancaran atau kecepatan membaca harus dihilangkan.
Membaca
cepat bagi orang awam atau seseorang
yang tidak mendapatkan latihan khusus membuat mereka berasa lelah dalam
membaca karena lamban dalam membaca. Hal tersebut dapat diperkuat dengan adanya
kebiasaan-kebiasaan buruk dalam membaca. Soedarso (2004:5) hal-hal yang
menghambat membaca cepat adalah (1) vokalisasi; (2) gerakan bibir; (3) gerakan
kepala; (4) menunjuk dengan jari; (5) regresi; dan (6) subvokalisasi. Lebih
lanjut Nurhadi (2005b:3 1) menyampaikan mengenai hambatan membaca cepat antara
lain (1) menyuarakan apa yang dibaca; (2) membaca kata demi kata; (3) membantu
melihat/menelusuri baris-baris bacaan dengan alat-alat tertentu (ujung pensil,
ujung jan); (4) menggerak-gerakkan kaki atau anggota tubuh yang lain; (5)
konsentrasi berpikir terpecah dengan hal-hal lain di luar bacaan; (6)
bergumam-gumam atau bersenandung; (7) kebiasaan berhenti lama di awal kalimat,
paragraf, sub-sub bab, bahkan di tengah-tengah kalimat; (8) kebiasaan
mengulang-ulang unit-unit bacaan yang telah dibaca.
Harjasujana
(1997) faktor yang mempengaruhi membaca menurutnya, sekurang-kurangnya ada lima
hal pokok yang dapat mempengaruhi proses pemahaman sebuah wacana antara lain
(1) latar belakang pengalaman; (2) kemampuan berbahasa; (3) kemampuan berpikir;
(4) tujuan membaca; dan (5) berbagai afeksi seperti motivasi, sikap, minat,
keyakinan, dan perasaan.
Selain
faktor-faktor di atas, kecepatan membaca juga dipengaruhi oleh faktor kebiasaan
buruk dalam membaca antara lain (1) membaca dengan vokalisasi (suara nyaring);
(2) membaca dengan gerakan bibir; (3) membaca dengan gerakan kepala; (4)
membaca dengan menunjuk baris bacaan dengan jari, pena, atau alat lainnya; (5)
membaca dengan mengulang kata, atau baris bacaan (regresi); (6) membaca
dengan subvokalisasi (melafalkan bacaan dalam batin atau pikiran); (7) membaca
kata demi kata; (8) membaca dengan konsentrasi yang tidak sempurna; (9) membaca
hanya jika perlur ditugasi/dipaksa saja (insidental).
Lebih
lanjut Pearson (dalam Pamungkas 2008) faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan
membaca adalah faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal). Faktor
dalam (internal) meliputi kompetensi bahasa, minat dan motivasi, sikap dan
kebiasaan, dan kemampuan membaca. Faktor luar (eksternal) dibagi lagi menjadi
dua kategori, yaitu (a) unsur dalam bacaan, dan (b) sifat-sifat lingkungan
baca. Unsur dalam bacaan berkaitan dengan keterbacaan dan faktor organisasi
teks. Sifat lingkungan baca berkenaan dengan fasilitas, guru, model pengajaran,
dan lain-lain.
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas, hambatan-hambatan dalam membaca cepat antara lain
(1) vokalisasi; (2) gerakan bibir; (3) gerakan kepala; (4) menunjuk dengn jar
pena, atau alat lainnya; (5) regresi; (6) subvokalisasi; dan (7) minat
dan motivasi.
Soedarso
(2004:19) menguraikan cara meningkatkan kecepatan membaca antara lain (1)
melihat dengan otak karena otak menyerap apa yang dilihat mata serta persepsi
dan interpretasi otak terhadap tulisan yang dilihat oleh mata dapat
mempengaruhi pemahaman tediadap bacaan; (2) menggerakkan mata terarah (fixed)
pada suatti sasaran (kata) dan melompat ke sasaran berikutnya; (3)
melebarkan jangkauan matadan lompatan mata yaitu satu fiksasi meliputi dua atau
tiga kata; (4) membaca satu fiksasi untuk satu unit pengertian; dan (5) meningkatkan konsentrasi
karena dengan konsentrasi, pembaca menjadi cepat mengerti dan memahami bacaan.
Nurhadi
(2005b:30-32) lebih detail menguraikan cara meningkatkan kecepatan membaca
yaitu (1) menerapkan metode dan teknik membaca; (2) memilih aspek tertentu saja
yang dibutuhkan dalam bacaan sesuai dengan tujuan membaca; (3) membiasakan
untuk membaca pada kelompok-kelompok kata; (4) jangan mengulang kalimat yang
telah dibaca; (5) jangan selalu berhenti lama di awal bans atau kalimat;
(6) cari kata-kata kunci yang menjadi tanda awal dan adanya gagasan utama
sebuah kalimat; (7) abaikan kata-kata tugas yang berulang-ulang seperti yang,
di, dari, pada dan sebagainya; (8) jika penulisan dalam bentuk kolom, arahkan
gerak mata ke bawah lurus (vertikal).
Wainwright
(2007:33) beberapa cara untuk meningkatkan kecepatan membaca antara tam (1)
menghilangkan regresi karena regresi dapat memperlambat kecepatan membaca; (2)
mengembangkan ritme, cara ini dilakukan untuk menghindari regresi; (3)
meningkatkan daya jangkauan pandang mata dapat dilakukan dengan melihat
kata-kata sekaligus, mengenali kumpulan kata, dan mengubah cara kerja otak
dalam menerima informasi; (4) latihan tachistoscopic atau sering disebut
flashing, latihan ini menggunakan perangkat antiregresi.
Secara
teoretis, kecepatan membaca dapat ditingkatkan menjadi dua sampai tiga kali
lipat dan kecepatan semula. Dengan mengetahui metode dan teknik mengembangkan
kecepatn membaca, diikuti latihan yang intensif, menghilangkan
kebiasaan-kebiasaan buruk ketika membaca, dan membiasakan din membaca dengan
cepat maka dalam beberapa mingu kecepatan membaca dapat meningkat.
Membaca ekstensif mempunyai teknik yang berbeda
dengan membaca intensif, karena membaca ekstensif hanya diarahkan pada
pemahaman keseluruhan terhadap masalah atau inti dari isi bacaan yang dibaca,
bukan kepada detail-detail bahasa maupun isi cerita yang terperinci sampai
sekebil-kecilnya. Membaca ekstensif dibagi menjadi tiga
jenis yaitu membaca survei (survey reading), membaca sekilas (skimming), membaca dangkal (superficial
reading).
Karakteristik
Membaca Ekstensif
Membaca Ekstensif memiliki beberapa karakteristik.
Dalam Adityarini Kusumaningtyas (2011) disebutkan bahwa karakteristik membaca
ekstensif meliputi :
1.
Membaca sebanyak-banyaknya wacana tulis,
2.
Topik dan bentuk
wacana bervariasi,
3.
Pembaca memilih
apa yang ingin dibaca,
4.
Tujuan pembaca
berkaitan dengan kesenangan,
5.
Dalam membaca
ekstensif akan terjadi penguatan diri sendiri,
6.
Pembaca membuat jurnal apa yang telah dibaca
dan bagaimana komentar terhadap yang dibaca,
7.
Bersifat individual dan bersifat membaca
senyap (dalam hati),
8.
Aspek kebahasaan
tidak menjadi penghalang pemahaman,
9.
Kecepatan
membaca sedang (tidak cepat dan tidak lambat),
10. Menggunakan teks yang tidak terlalu sulit,
11. Pembaca tidak diberi tes setelah membaca, tetapi hanya
memberikan respon personal (komentar) terhadap apa yang dibaca,
12. Membaca ekstensif membantu pembaca untuk mengenali
beberapa fungsi teks dan cara pengorganisasian teks.
Nampaknya
pandangan tersebut tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan Day dan Bamford
(dalam Muakibatul dkk, 2011) yang menyebutkan bahwa membaca ekstensif memiliki
beberapa karakteristik sebagai berikut.
1.
Siswa membaca sebanyak-banyaknya bacaan.
Ini bisa dilakukan di luar kelas.
2.
Materi bacaan
bervariasi, misalnya tingkat keluasan topiknya, sehingga akan menuntut adanya
alasan dan cara yang berbeda dalam membacanya.
3.
Siswa dapat
memilih bacaan yang diinginkan dan mereka memiliki kebebasan untuk berhenti
membaca sehingga akan memperoleh kesenangan dalam membaca.
4.
Tujuan membaca
selalu dikaitkan dengan kesenangan, informasi, dan pemahaman umum. Tujuan
membaca ditentukan oleh hakikat materi dan kesenangan siswa.
5.
Membaca adalah
kepuasan untuk diri sendiri. Boleh diikuti atau tidak diikuti adanya
latihan-latihan sebagai tindak lanjut setelah membaca.
6.
Materi bacaan
sebaiknya tidak melebihi kompetensi linguistik siswa, terutama hal yang
berkaitan dengan istilah-istilah kosakata dan tatabahasa. Kosakata yang jarang
digunakan dalam bacaan akan mengakibatkan anak-anak berhenti membaca dan
membuat kecepatan membacanya terganggu.
7.
Kegiatan membaca
dilakukan secara individual dan diam, dilakukan sendiri, biasanya di luar
kelas, dan siswa berhak menentukan kapan dan dimana harus membaca.
8.
Kecepatan
membaca diperlukan dalam membaca ekstensif.
9.
Guru
berorientasi pada siswa untuk menentukan tujuan program membacanya, menjelaskan
metodologi, mengikuti setiap kegiatan membaca siswa, dan membantu siswa untuk
mencapai program yang telah mereka tentukan sendiri.
10. Guru berperan sebagai model untuk siswa dalam membaca
dengan menghidupkan suasana kelas menjadi komunitas baca, demonstrasi kegiatan
membaca sehingga dapat menjadikan model siswa sebagai pembaca, dan berikan
reward bagi mereka yang membaca.
Dari beberapa pendapat
di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik membaca ekstensif meliputi :
1.
Membaca sebanyak-banyaknya bacaan,
2.
Materi bacaan
bervariasi,
3.
Pembaca bebas
memilih bacaan,
4.
Pembaca
memperoleh kesenangan dan kepuasan diri,
5.
Bersifat
individual dan membaca di dalam hati,
6.
Diperlukan
kecepatan dalam membaca,
7.
Pembaca tidak
akan diberi tes setelah membaca, tetapi hanya memberikan komentar terhadap apa
yang telah dibaca.
Tujuan Membaca Ekstensif
(1) Untuk
memahami isi yang penting dengan cepat, dengan demikian membaca efektif dapat terlaksana.
(2) Untuk
memahami isi buku secara cepat atau garis besarnya saja.
(3) Untuk
memperoleh kesan umum dari suatu buku atau artikel.
(4) Untuk
memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran.
(5) Memperoleh
banyak pemahaman dari bacaan.
(6) Memperoleh
kesan umum dalam buku, artikel, atau pun tulisan singkat.
(7) Mengenali
topik bacaan.
(8) Mendapatkan
bagian-bagian terpenting dari bacaan
(9) Menemukan
atau menentukan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan.
Manfaat Membaca Ekstensif
(1) Memahami
bagian bacaan yang penting.
(2) Mengetahui
gambaran umum isi buku.
(3) Mengetahui
isi buku secara cepat.
(4) Memperoleh
pemahaman secara dangkal.
(5) Memperoleh
hal-hal
yang baru.
(6) Memperoleh bahan yang diperlukan secara cepat.
(7) Untuk
mencari informasi yang kita perlukan dari sebuah bacaan secara cepat dan
efektif.
(8) Dalam
waktu yang singkat dapat menelusuri bahan halaman buku atau bacaan.
(9) Tidak
banyak waktu yang terbuang karena tidak perlu memperhatikan atau membaca bagian
yang tidak diperlukan.
(10)
Mampu menumbuhkan minat membaca.
Jenis-jenis membaca Ekstensif
Membaca Survai
Yang
dimaksud survai adalah meninjau, meneliti, mengkaji, dan cara membaca
bagian-bagian tertentu dari sebuah buku. Bagian-bagian buku yang disurvai
adalah bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal (preliminaries)
yang disurvai meliputi halaman judul, kata pengarang, daftar isi, daftar tabel,
daftar gambar, dan abstrak (bila ada). Pada halaman judul yang disurvai adalah
judul buku, pengarang, penerbit, tempat terbit, dan tahun terbit. Bagian isi
yang disurvai meliputi judul tiap bab, subjudul, bagan, diagram, grafik, dan
tabel (bila ada). Bagian akhir buku yang disurvai meliputi simpulan, daftar
pustaka, dan indeks (bila ada). Cara mensurvai bagian-bagian tersebut adalah
dengan membuka-buka bagian-bagian tersebut secara cepat dan menyeluruh dalam
sekali pandang. Bagian-bagian buku yang disurvai dibaca dengan teknik baca
layap (skimming,) yaitu membaca secepat mungkin halaman demi halaman.
Survai dilakukan dalam waktu beberapa menit saja dan merupakan kegiatan awal
dari penerapan metode ini.
Tujuan
dilakukannya survai adalah untuk mengetahui anatomi buku, mutu buku, dan
gambaran umum isi buku. Anatomi buku merupakan bagian-bagian dari sebuah buku
yang umumnya meliputi bagian pendahuluan, isi, dan penutup. Tahap mensurvai
buku diperlukan untuk tahap berikutnya. Jika tidak melakukan survai, pembaca
tidak akan bisa membuat pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan isi buku.
Survai juga digunakan untuk mengetahui mutu buku. Buku yang bermutu baik akan
mengandung bagian-bagian buku yang lengkap. Bagian awal dari sebuah buku yang
lengkap terdiri atas halaman judul, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel,
daftar gambar, dan sari. Bagian isi dari sebuah buku yang baik adalah terdapat
bab, sub-sub bab, ringkasan yang tersusun secara sistematis. Bagian akhir dari
sebuah buku yang bermutu meliputi simpulan, daftar pustaka, dan indeks. Tujuan
lain dari mensurvai adalah untuk mengetahui gambaran umum sebuah buku secara
cepat. Dalam waktu yang singkat pembaca sudah dapat mengetahui buku yang
disurvai itu cocok atau tidak, mengandung informasi-informasi yang dibutuhkan
atau tidak. Jika jawabannya tidak, pembaca tidak perlu meneruskan ke tahap
berikutnya. Jika jawabannya ya, pembaca akan meneruskan kegiatan
membacanya pada tahap berikutnya.
Yang dilakukan seseorang ketika membaca
survei antara lain:
(1) Memeriksa judul bacaan/buku, kata
pengantar, daftar isi
(2) Memeriksa bagian terakhir dari isi
(kesimpulan) jika ada
(3) Memeriksa indeks jika ada.
Membaca survei adalah kegiatan mensurvei
bahan bacaan sebelum kita telaah atau yang akan kita pelajari.
Tata cara membaca survei:
- memerikasa, meneliti indeks-indeks, daftar kata-kata yang terdapat dalam buku;
- Melihat-lihat, memeriksa, meneliti judul-judul bab yang terdapat dalam buku-buku yang bersangkutan;
- memeriksa, meneliti bagan, skema, outline buku yang bersangkutan.
d.
. Membaca Survai (Survey Reading)
e.
Membaca survai adalah kegiatan membaca untuk mengetahui
secara sekilas terhadap bahan bacaan yang akan dibaca lebih mendalam. Kegiatan
membaca survai merupakan pendahuluan dalam membaca ekstensif.
Membaca Sekilas
Membaca sekilas diistilahkan
dengan membaca skimming. Skimming berasal dari bahasa Inggris to skim
yang berarti mengambil kepala susu atau krim dengan sendok atau menyendok
kepala susu. Kepala susu merupakan bagian yang mengental yang berada di atas
setelah semangkok susu yang dipanaskan didinginkan. Kepala susu adalah intisari
atau bagian yang banyak mengandung gizi. Skimming dalam bidang membaca
merupakan sebuah istilah salah satu teknik membaca ekstensif. Istilah lain dari
skimming adalah baca layap (Harjasujana dan Mulyati 1997:64), sekilas
(Tarigan 1994:30), dan selintas (Widyamartaya, 2004:44).
Sebenarnya
pengertian dasar skimming adalah terbang halaman demi halaman atau
menjelajahi halaman demi halaman bacaan secara cepat. Berdasarkan pengertian
tersebut skimming adalah teknik membaca dengan menjelajahi atau menyapu
bacaan dengan cepat untuk memahami atau menemukan hal-hal yang penting. Seorang
pembaca yang menggunakan teknik ini tidak lagi membaca kata demi kata, kalimat
demi kalimat, dan paragraf demi paragraf, tetapi semua bagian bacaan yang ada
pada sebuah halaman, ditatap secara cepat.
Dalam
menskim tidak hanya menjelajahi halaman
demi halaman secara cepat, tetapi juga ada yang dicari. Hal yang dicari
adalah hal-hal yang pokok atau penting, yaitu ide-ide pokok. Ide pokok tidak
selalu diawal paragraf, tetapi dapat juga terdapat ditengah, diakhir, atau
diawal dan diakhir. Untuk mencari ide-ide pokok pembaca tidak diperbolehkan
membuang-buang waktu. Ia diharapkan butuh waktu beberapa detik atau menit untuk
menskim. Dalam membaca dengan teknik skimming ada falsafah kerja yang
dianut, yaitu “Peras santannya, buang ampasnya atau petik intinya,
tinggalkan yang lainnya” (Karlin 1980:40).
Berdasarkan uraian tersebut, skimming merupakan
teknik membaca yang dilaksanakan secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang
efisien. Hal itu relefan dengan pendapat Soedarso (2004:88), yaitu bahwa skimming
merupakan teknik membaca efisien.
Teknik membaca skimming digunakan dengan lima
tujuan, yaitu mengenal topik bacaan, opini, bagian penting organisasi bacaan,
penyegaran, dan memperoleh kesan umum (Harjasujana dan Mulyati 1997: 64-65,
Soedarsono 2004: 88-89, Widyamartaya 2004: 44, dan Tarigan 1994: 32). Pertama, yang dimaksud topik bacaan adalah judul buku
atau artikel, judul-judul bab, dan judul subbab. Misalnya pembaca datang ke
toko buku untuk mengetahui buku-buku membaca apa yang terdapat pada toko buku
tersebut. Pembaca melihat secara sekilas judul-judul buku membaca yang terdapat
rak khusus buku-buku membaca. Dengan men-skim buku tersebut, pembaca tahu
judul-judul buku apa saja yang tersedia di toko buku tersebut. Apabila ada buku
yang cocok, ia bisa saja mengambil buku tersebut untuk membaca sekilas daftar
isi buku itu guna mengetahui apakah ada judul bab atau subbab yang
diinginkannya.
Skimming dapat diterapkan sewaktu pembaca mencari
bahan di perpustakaan. Ia membaca sekilas kartu katalog atau daftar katalog
yang ada di komputer mengenai judul buku yang tersedia di perpustakaan
tersebut. Jika ada buku-buku yang dibutuhkan, ia mencari atau meminjam buku
tersebut, kemudian melihat daftar isi untuk menentukan apakah buku tersebut
mengandung pembahasan tentang hal-hal yang dibutuhkan. Apabila ya, bukalah
halaman yang mungkin mengandung informasi yang dibutuhkan secara cepat. Sewaktu
men-skim daftar isi dan tidak menemukan hal-hal yang dicari, pembaca bisa saja
men-skim semua halaman yang ada pada buku untuk meyakinkan bahwa yang dicari
memang betul-betul tidak ada karena ada kemungkinan informasi yang dicari ada
di dalam buku, tetapi tidak secara eksplisit tercantum dalam daftar isi.
Teknik
baca layap juga dapat digunakan untuk melihat topik-topik artikel yang ada pada
majalah atau surat kabar. Pembaca dapat membaca layap surat kabar yang dibaca
untuk mencari informasi yang diinginkan. Misalnya, informasi gempa bumi yang
terjadi di Yogya. Ia cukup mencari judul artikel yang ada dalam surat kabar
yang dibaca secara sekilas tentang gempa yang melanda Yogya.
Kedua, opini berarti pendapat, pikiran atau pendirian. Pada
sebuah bacaan opini belum tentu ada. Bacaan ilmiah biasanya tidak mengandung
opini, tetapi bacaan yang bersifat populer umumnya ada opininya. Kadang kala
pada sebuah surat kabar memuat artikel yang justru kehadiran opini diwajibkan
karena tanpa opini artikel tersebut kurang bermutu sehingga orang yang ingin
mengirim artikel untuk kolom itu diharuskan menampilkan opini-opini. Opini
digunakan untuk menggugah pikiran pembaca untuk berfikir kritis sehingga
pembaca diharapkan dapat memberi umpan baliknya yang berupa tanggapan. Artikel
semacam ini diminati pembaca yang ingin mencari hal-hal yang bersifat sensasi.
Ketiga, untuk mengetahui bagian penting dari sebuah bacaan,
pembaca tidak perlu membaca keseluruhan bacaan. Pembaca cukup membaca dengan
sekilas dari atas sampai bawah untuk menemukan informasi tertentu yang dicari.
Informasi yang dicari misalnya adalah nama peristiwa, tempat peristiwa, nama
tokoh, jumlah korban. Jika ingin mengetahui bagian penting, pembaca hanya
melihat secara skimming seluruh bacaan dengan menangkap ide-ide pokok.
Dalam rangka menemukan informasi yang penting dari
sebuah bacaan, Tarigan (1990 : 33) memberi petunjuk sebagai berikut.
1. Tentukan
dengan jelas informasi atau fakta yang akan dicari atau buatlah pertanyaan- pertanyaan
mengenai informasi yang ada dalam bacaan.
2. Siapkan
kata kunci yang tepat untuk menunjuk informasi yang dibutuhkan, misalnya dalam
pertandingan sepak bola kata kunci tersebut adalah menang, seri atau kalah.
3. Apabila
pembaca mencari informasi dalam sebuah buku, sebaiknya pembaca melihat apakah
kata kunci tersebut tercantum dalam indeks. Jika tidak ada, carilah di bawah
subjek yang lebih luas.
4. Lihatlah
setiap halaman dengan cepat hanya untuk tujuan mencari kata kunci atau
informasi yang diinginkan.
Organisasi tulisan merupakan susunan bagian-bagian
tulisan yang membentuk menjadi kesatuan topik. Secara umum, tersusun atas
bagian awal (pendahuluan), isi (pembahasan), dan akhir (penutup). Bagian awal
berisi pengantar, latar belakang, alasan, tujuan, dan atau masalah yang ingin
dibahas. Bagian isi berisi pembahasan atau solusi tentang hal-hal yang ada pada
bagian awal. Bagian akhir berisi simpulan dan atau saran. Untuk mengetahui organisasi
itu, pembaca membaca secara sekilas bacaan yang dibaca dengan memperlihatkan
bagian-bagian apa saja yang terdapat pada bacaan.
Tulisan yang sederhana tetap mempunyai organisasi
tulisan. Organisasi tulisan yang ada pada bacaan yang sederhana berupa urutan
ide-ide pokok yang terdapat pada bacaan. Untuk menangkap organisasi tulisan,
pembaca memahami urutan ide-ide pokok, cara mengurutkan ide pokok, dan hubungan
antar-ide pokok. Apabila dibuat susunan atas ide-ide pokok, sebuah bacaan
berbentuk kerangka karangan.
Keempat,
penyegaran adalah membaca lagi bacaan secara sekilas untuk mengingat lagi
informasi-informasi yang telah disimpan, diperoleh atau diingat. Pembaca
melakukan penyegaran pada waktu pembaca sudah selesai membaca bacaan secara
menyeluruh. Tujuan dilakukan penyegaran adalah untuk memperkuat atau
memantapkan informasi-informasi yang diperoleh pembaca. Caranya adalah dengan
menskim halaman demi halaman dengan memperhatikan informasi-informasi atau
hal-hal yang penting yang telah diperolehnya. Pada metode SQ3R, cara ini sama
dengan tahap review atau meninjau kembali.
Penyegaran dapat juga digunakan untuk mempersiapkan
ujian atau sebelum menyampaikan pidato. Pembaca membaca bahan ujian yang sudah
pernah dibacanya secara cepat dengan menangkap kembali informasi-informasi yang
ada dalam bacaan yang sudah pernah dihafal yang mungkin keluar atau ditayangkan
pada waktu ujian. Sebelum menyampaikan pidato, orator lebih dahulu
membaca teks pidato yang akan disampaikan. Sebelumnya teks tersebut telah dibaca
dan dihafalkannya. Tujuannya adalah supaya sewaktu menyampaikan pidato tidak
akan lupa mengenai hal-hal yang ingin disampaikan.
Kelima,
Kesan umum didapat dari bacaan, baik yang fiksi maupun yang nonfiksi. Pembaca
dapat memperoleh kesan umum dari sebuah novel dengan jalan melakukan pandangan
sekilas dan menaruh perhatian tertentu pada bagian tertentu. Apabila tertarik
hanya pada plot atau sifat umum novel yang dibaca, pembaca memperoleh suatu ide
yang baik mengenai novel tersebut dalam tempo setengah jam atau kurang.
Kesan umum nonfiksi bisa diperoleh dari buku
sejarah, biologi, ilmu pengetahuan, seni, dan lain-lain. Buku-buku tersebut
dapat dibaca secara cepat dengan meneliti halaman judul, kata pengantar, daftar
isi, dan indeks. Pembaca akan memperoleh suatu pandangan yang lebih baik jika
mengikuti tahap dengan membuka-buka halaman buku itu dengan cepat, melihat bab
dan subbab, gambar, diagram, peta, dan skema. Dengan siasat ini, pembaca dapat
mempelajari sifat hakikat dan jangkauan buku tersebut, susunan atau
organisasinya, sifat umum, dan pendekatan terhadap bahan yang ditulis.
Pembaca juga dapat membaca artikel dalam majalah
atau rubrik dalam surat kabar dengan teknik skimming. Yang dapat
dilakukan adalah membaca paragraf awal dan paragraf akhir. Sesudah itu, membaca
secara sekilas pilihan tersebut untuk mencari kalmat-kalimat judul dan petunjuk
lainnya mengenai hal-hal penting yang ada dalam bacaan.
Jenis
teknik membaca yang termasuk dalam teknik skimming adalah skipping,
sampling, locating, dan previewing. Skipping diartikan
sebagai teknik baca lompat, yaitu membaca dengan loncatan-loncatan. Maksudnya
adalah membaca melompat-lompat dari bagian yang penting, pokok, yang dicari
atau dibutuhkan ke begian yang penting berikutnya. Bagian bacaan yang tidak
penting dilompati atau tidak dihiraukan. Skipping digunakan pembaca untuk
menangkap atau memahami ide-ide pokok atau informasi yang penting saja.
Pembaca yang menggunakan teknik ini berarti
melakukan ayunan mata dari bagian bacaan yang penting ke bagian bacaan yang
lain. Ayunan mata tidak memakai irama yang sama. Hal tersebut bergantung pada
letak atau jarak bagian yang penting dengan bagian penting lainnya. Jika pada
sebuah paragraf hal yang penting terletak pada kalimat pertama dan kalimat
terakhir, pembaca mengayunkan matanya dari kalimat pertama ke kalimat terakhir.
Kemungkinan lain dalam membaca dengan skipping adalah pembaca
mengayunkan matanya dari kalimat pertama ke kalimat pertama pada paragraf
berikutnya, dari kalimat akhir ke kalimat akhir pada paragraf berikutnya, dari
kalimat awal ke kalimat tengah pada sebuah halaman, dari kalimat awal ke
kalimat akhir pada sebuah halaman, dari kalimat awal ke kalimat awal pada
halaman berikutnya, dan seterusnya.
Sampling
merupakan teknik membaca bagian tertentu bacaan dengan cepat supaya mendapat
gambaran umum dari bacaan yang dibaca. Prinsip yang dianut teknik ini adalah
membaca bagian-bagian tertentu dari sebuah bacaan yang dianggap dapat mewakili
keseluruhan bacaan. Bagian-bagian bacaan yang
dianggap dapat mewakili bacaan, yaitu kalimat inti atau kalimat utama.
Kalimat utama umumnya mengandung informasi kunci yang biasanya terletak pada
kalimat pertama dari sebuah paragraf. Untuk itu, penggunaan teknik ini
dipusatkan pada membaca kalimat pertama setiap paragraf. Dengan teknik ini,
pembaca akan mendapatkan gambaran umum sebuah bacaan dengan cepat.
Dalam pengembangan penggunaan teknik ini, pembaca
tidak hanya terpaku pada kalimat pertama dari setiap paragraf. Informasi kunci
belum tentu terdapat pada kalimat pertama, tetapi bisa-bisa saja terdapat pada
kalimat kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Disamping itu, informasi pokok
belum tentu berada di setiap paragraf. Adakalanya sebuah paragraf tidak
mengandung informasi kunci. Oleh karena itu, dalam menerapkan teknik sampling
pembaca diberikan keleluasaan untuk membaca bagian-bagian tertentu dari bacaan
dengan syarat:
1. bagian-bagian
yang dibaca mengandung informasi kunci atau pokok,
2. pembaca
memperoleh gambaran umum dari bacaan yang dibaca,
3. dilaksakan
dengan sekilas.
Locating
merupakan teknik membaca vertikal. Maksudnya adalah mata pembaca bergerak
secara vertikal, yaitu pandangan mata bergerak dari bagian atas ke bawah secara
cepat. Pembaca memusatkan pandangan matanya di bagian tengah bacaan dan bagian kanan
dan kiri tetap dalam jangkauan pandangan mata. Hal ini terjadi karena pembaca
selain mempunyai kemampuan pandang fokus dekat yang disebut rentang pandang
mata (eye span), juga mempunyai kemampuan pandang sekeliling atau daya
melihat sekeliling (peripheral vision). Dengan kedua kemampuan itu,
pembaca dapat menggerakkan matanya dari bagian tengah atas ke bagian tengah
bawah secara cepat.
Kemampuan peripheral vision dapat juga
digunakan oleh pembaca pada tiap sampai ujung kalimat yang dengan cepat kembali
ke bagian awal baris berikutnya. Pembaca melihat sisi kanan halaman dan tidak
dapat melihat secara jelas yang ada pada sebelah kiri halaman. Walaupun
demikian, otak pembaca bisa melihatnya dengan jelas sehingga bisa menuntun mata
pembaca secara tepat ke awal baris berikutnya. Seandainya hal tersebut tidak
bisa dilakukan, pembaca akan banyak menghabiskan banyak waktu dalam membaca
kerena pembaca harus melewati baris-baris yang telah dibaca. Dalam tipografi,
kata yang di cetak tebal atau miring, kata yang dimulai dengan huruf kapital,
kepala kalimat, awal paragraf dibuat untuk membantu menarik perhatian otak dan
mata supaya dapat mengenali perbedaan dalam pergatian bagian.
Penggunaan teknik locating tidaklah mudah
karena materi bacaan tidak ditulis secara vertikal, tetapi secara horisontal
dari kiri ke kanan. Mata pembaca diharuskan bergerak secara diagonal kembali ke
kiri untuk membaca garis berikutnya sehingga mata bergerak dengan pola zig-zag.
Kenyataan yang mempersulit penggunaan teknik locating adalah membaca
sepintas hanya akan berkerja optimal apabila pembaca telah menenemukan kata
atau frase kunci. Pandangan mata akan tertuju pada informasi tersebut karena
selain bidang pandangan fokus dekat (eye span), pembaca juga memiliki
daya melihat sekeliling.
Previewing
merupakan gabungan dari teknik sampling dan locating. Teknik ini
menggunakan teknik sampling dari sisi pemusatan perhatian pada kalimat
pertama setiap paragraf dan memanfaatkan teknik locating dari sisi daya
melihat sekeliling. Penggabungan kedua teknik tersebut digunakan untuk menerima
atau mengenali pokok-pokok pikiran yang penting dengan cepat. Teknik juga dapat
digunakan untuk menangkap garis besar materi bacaan sebelum pembaca menolak
untuk membacanya. Kalau hal tersebut dilakukan dapat menghemat waktu yang
banyak.
Pengunaan teknik ini adalah pembaca membaca kalimat
pertama pada setiap paragraf dan pembaca menggunakan kemampuan daya
melihat sekeliling pada kalimat-kalimat
yang lain dari setiap paragrafnya. Pembaca mendapatkan ide-ide pokok atau
informasi inti dan sekaligus bisa menemukan hal-hal yang diperlukan untuk
mendukung ide pokok. Atau dengan kata lain, disamping menemukan ide pokok,
pembaca dapat memperoleh hal-hal yang diinginkan lainnya. Jadi, pembaca
memperoleh hal yang primer dan yang sekunder
Membaca Dangkal
Membaca
dangkal (superficial reading) adalah sejenis kegiatan membaca untuk
memperoleh pemahaman yang dangkal atau tidak terlalu mendalam dari bahan bacaan
yang kita baca. Membaca intensif merupakan program kegiatan membaca yang
dilakukan secara saksama. Membaca Dangkal (supervisal
reading). Membaca dangkal untuk mendapatkan pemahaman yang dangkal yang
bersifat lancer yang tidak mendalam bahasa bacaan. Membaca dangkal biasanya
dilakukan demi kesenangan, membaca bacaan ringan yang mendatangkan kebahagiaan
di waktu senggang. Misalnya cerpen.
Membaca dangkal adalah salah satu jenis membaca
ekstensif yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat
luaran, yang tidak mendalam dari suatu bacaan. Dengan kata lain membaca dangkal
merupakan kegiatan membaca yang dilihat dari segi hasil. Kegiatan membaca ini
biasanya dilakukan bila kita membaca demi kesenangan, membaca bacaan ringan
yang mendatangkan kebahagian. Dalam membaca seperti ini tidak dituntut
pemikiran yang mendalam seperti halnya membaca karya-karya ilmiah.
Membaca
Intensif
Membaca intensif pada hakikatnya adalah studi seksama,
telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas
terhadap suatu bacaan (tugas) yang pendek kira-kira dua sampai empat halarnan
setiap hari (Tarigan 1994 : 35). Kuesioner, latihan pola-pola kalimat, latihan
kosa kata, telaah kata-kata, dikte dan diskusi umum merupakan bagian dan teknik
membaca intensif. Teks-teks bacaan yang benar-benar sesuai dengan maksud ini
haruslah dipilih oleh sang guru, baik dari segi bentuk maupun isinya. Para
pelajar atau mahasiswa yang berhasil dalam tahap ini secara langsung akan berhubungan
dengan kualitas serta keserasian pilihan bahan bacaan tersebut (Brooks dalam
Tarigan, 1994:35).
Menurut Suyatmi dan Mujiyanto (1989:85-86), membaca
intensif ialah suatu aktivitas membaca yang sangat membutuhkan kecermatan dan
ketajaman pikir, merupakan kunci pemerolehan ilmu pengetahuan. Membaca intensif
acap kali agak lambat karena dilakukan dengan sangat hati-hati dan teliti.
Adapun tujuan membaca intensif adalah memahami keseluruhan bahan bacaan sampai
pada bagian yang sekecil-kecilnya.
Menurut Suyatmi dan Mujiyanto (1989;86), langkah-langkah
membaca intensif bisa disimpulkan sebagai berikut;
(1) Pembaca menentukan tujuan membaca intensif
(2) Pembaca melaksanakan pembacaan secara agak cepat dan
cukup kritis sebagai usaha preview
(3) Pembaca melaksanakan pembacaan keseluruhan secara sangat
cermat
(4) Pembaca melaksanakan self resitasi
(5) Pembaca mencari paragraf pendahuluan mengenai maksud
penulis, kemudian mencari paragraf penutup yang berisi penjelasan terhadap
maksud tersebut
(6) Pembaca memperhatikan baik-baik cara pengarang dalam
menentukan ruang lingkup pembicaraan serta meletakkan tekanan pada informasi
yang menunjang maksudnya
(7) Pembaca memperhatikan secara seksama organisasi karangan
(8) Pembaca mencari maksud pengarang, baik yang tersurat
maupun tersirat di dalam wacana. Kita gali tema bacaan, persoalan pokok dan
detail-detailnya
Menurut Haryadi (2006:133), membaca intensif adalah
membaca secara teliti untuk memahami secara mendalam makna bacaan yang
digunakan untuk keperluan studi. Membaca intensif yang termasuk di
dalamnya juga membaca pemahaman, mempunyai pengertian
bahwa jenis membaca ini bertujuan memahami isi bacaan. Membaca pemahaman
biasanya dilakukan dengan teknik membaca dalam hati. Membaca pemahaman
dikatakan suatu proses yang kompleks sebab di dalam membaca pemahaman, pembaca
melibatkan sejumlah keterampilan. Membaca intensif
diklasifikasi menjadi dua, yaitu membaca telaah isi dan telaah bahasa.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
membaca intensif ialah kegiatan membaca secara teliti dengan tujuan memahami
keseluruhan isi bacaan, baik yang tersirat maupun tersurat. Oleh karena itu,
dalam membaca intensif pembaca tidak hanya dituntut untuk sekedar mengerti dan
memahami isi bacaan, tetapi ia juga harus mampu menghubungkan informasi baru
yang telah diketahui dengan pengalaman-pengalaman yang dialaminya.
Tujuan
Membaca Intensif
a.
Memperoleh banyak pemahaman penuh
terhadap argumen-argumen yang logis.
b.
Memperoleh pendalaman makna bacaan dalam
proses studi.
c.
Mengenali makna tersirat maupun tersurat
bacaan.
d.
Mencari informasi pada bacaan
sedetail-detailnya.
e.
Melatih keterampilan membaca karena
tingkat pemahaman bacaan sangat kompleks.
Manfaat
Membaca Intensif
a.
Pembaca menguasai isi teks secara
mantap.
b.
Pembaca mengetahui latar belakang
ditulisnya teks tersebut.
c.
Pembaca dapat mempunyai daya ingat yang
lebih lama yang berhubungan dengan teks tersebut.
d.
Pembaca mampu mengetahui maksud bacaan
secara tersirat maupun tersurat.
e.
Pembaca mampu mendapatkan informasi yang
luas untuk dihubungkan dengan pengalaman-pengalamannya.
Teknik
Membaca Intensif
a.
Menyiapkan
naskah yang akan di baca.
b.
Sambil membaca:
·
memberi garis bawah hal-hal yang
dianggap penting
·
memberi tanda
pada bagian-bagian yang perlu
·
memberikan nomor
pada bagian kanan atas yang penting
·
memberi tanda
bintang pada bagian-bagian yang perlu
c.
Ajukan
pertanyaan sehubungan dengan naskah yang dibaca. Pertanyaan yang diajukan
berhubungan dengan kognitif yang meliputi ingatan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis, dan penilaian.
d.
Siswa diberikan
tugas membuat rangkuman dengan menggunakan bahasanya sendiri.
e.
Cara
menyimpulkan teks
·
Membaca teks
secara keseluruhan satu atau dua kali.
·
Mencatat ide
pokok pada setiap paragraph.
·
Menghubungkan
ide pokok paragraph satu dengan paragraph lain untuk menemukan kesimpulan
sementara.
·
Membaca ulang
teks untuk menguji kesimpulan sementara yang sudah dibuat.
·
Menyempurnakan
rumusan simpulan
·
Siswa membuat
kesimpulan hasil membaca
Metode
Membaca Intensif (PQ4R)
Metode belajar PQ4R merupakan metode membaca
intensif yang digunakan untuk membantu siswa dalam mengingat-ingat apa yang
dibaca. P singkatan dari preview
maksudnya membaca selintas dengan cepat, Q singkatan dari question artinya bertanya, serta 4R singkatan dari read artinya membaca, reflecty artinya refleksi, recite artinya tanya jawab sendiri, review artinya mengulang secara
menyeluruh (Trianto, 2007: 93).
Strategi belajar PQ4R merupakan salah satu bagian
dari strategi elaborasi. Strategi elaborasi adalah proses penambahan rincian
sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna. Kaitannya dengan PQ4R
strategi ini digunakan untuk membantu siswa dalam mengingat apa yang mereka
baca. Selain itu, strategi ini digunakan untuk membantu proses belajar mengajar
di kelas yang dilaksanakan dengan membaca buku.
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
strategi belajar PQ4R adalah seperti berikut ini.
1. Preview
Siswa
membaca selintas dengan cepat sebelum memulai membaca bahan bacaan. Siswa dapat
memulai dengan membaca topik-topik subtopik utama judul dan subjudul,
kalimat-kalimat permulaan atau akhir suatu pargraf atau ringkasan pada akhir
suatu bab. Apabila hal itu tidak ada, siswa dapat memeriksa setiap halaman
dengan cepat, membaca satu atau dua kalimat disana-sini sehingga memperoleh
sedikit gambaran mengenai apa yang akan dipelajari. Perhatikan ide pokok yang
akan menjadi pembahasan dalam bahan bacaan siswa.
2.
Question
(Tanya)
Langkah
kedua adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri untuk setiap
pasal yang ada pada bahan bacaan. Pergunakan “judul dan sub judul atau topik
dan sub topik utama”. Awali pertanyaan dengan menggunakan kata “apa, siapa,
mengapa, dan bagaimana”. Misalnya: Masalah apa yang dibahas dalam bab tersebut
dan dalam sub-sub judulnya? Masalah apa yang sedang dipikirkan dan dijawab oleh
bab ini? Dengan demikian, anda sudah terlibat dan memasuki esensi dari bab
tersebut. Kalau pada akhir bab telah ada daftar pertanyaan yang dibuat oleh
pengarang, bacalah terlebih dahulu. Pengalaman telah menunjukkan bahwa apabila
seseorang membaca untuk menjawab sejumlah pertanyaan, akan membuatnya membaca
lebih hati-hati, seksama, serta dapat membantu mengingat apa yang dibacanya.
3. Read (membaca)
Sekarang
bacalah karangan itu secara teliti dan seksama paragraf demi paragraf. Lakukan
kegiatan itu dengan cepat dan nyaman. Kalau pikiran pokok secara keseluruhan
digabungkan menjadi satu kesatuan akan mencerminkan ide-ide utama dari
serangkaian paragraf-paragraf di dalam suatu bab. Anda harus dapat mengenal
pikiran-pikiran pokok itu agar dapat mengikuti deretan pikiran sang pengarang.
4.
Reflect
Reflect
merupakan suatu komponen esensial dari langkah ketiga tersebut. Selama membaca
siswa tidak hanya cukup mengingat atau menghafal, tetapi mencoba untuk memahami
informasi yang dibaca. Caranya dengan (1) menghubungkan informasi itu dengan
hal-hal yang telah anda ketahui, (2) mengaitkan subtopik-subtopik di dalam teks
dengan konsep-konsep atau prinsip-prinsip utama, (3) cobalah untuk memecahkan
kontradiksi didalam informasi yang disajikan dan, (4) cobalah untuk menggunakan
materi itu untuk memecahkan masalah-masalah yang disimulasikan dan dianjurkan
dari materi pelajaran tersebut.
5.
Recite
(ceritakanlah kembali dengan kata kata sendiri)
Siswa
diminta untuk merenungkan kembali informasi yang telah dipelajari. Tuliskan
ringkasan semua bagian yang dibaca dengan kalimat Anda sendiri. Hal ini penting
karena Anda telah menangkap esensi bacaan dengan menyatakan butir-butir penting
secara nyaring dan menanyakan serta menjawab pertanyaan-pertanyaan. Anda dapat
melihat kembali catatan yang telah dibuat dan menggunakan kata-kata yang
ditonjolkan dalam bacaan.
Lihat
kembali pada catatan-catatan yang telah dibuat dan diingat ide-ide utama yang
telah disarankannya. Periksa kembali bab itu dan yakinkanlah bahwa Anda dapat
menyatakan dengan tepat isi setiap bagian-bagiannya. Dari catatan-catatan yang
telah dibuat pada langkah terdahulu dan berlandaskan ide-ide yang ada, Anda diminta membuat intisari materi dari
bacaan.
6.
Review
Siswa
diminta untuk membaca catatan singkat yang telah dibuatnya mengulang kembali
seluruh isi bacaan bila perlu dan sekali lagi jawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan.
Melakukan
preview dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebelum pembaca mengaktifkan
pengetahuan awal dan mengawali proses pembuatan hubungan antara informasi baru
dan apa yang telah di ketahui. Mempelajari judul-judul dan topik-topik utama
membantu pembaca sadar akan organisasi bahan-bahan baru tersebut sehingga
memudahkan perpindahannya dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang.
Dari
langkah-langkah strategi belajar PQ4R yang telah diuraikan di atas dapat
dilihat bahwa strategi belajar ini dapat membantu siswa memahami materi
pembelajaran terutama materi-materi yang lebih sukar dan menolong siswa untuk
berkonsentrasi lebih lama.
Faktor yang mempengaruhi kecepatan
membaca intensif
Faktor
lain yang mempengaruhi kecepatan membaca intensif adalah kejelasan tulisan,
keterbacaan, dan pengenalan terhadap bacaan. Kejelasan tulisan dipengeruhi oleh
bentuk huruf, ukuran huruf, dan jarak spasi yang digunkan dalam menulis teks
bacaan. Keterbacaan terkait dengan panjang pendeknya bacaan. Bacaan untuk
membaca intensif kira-kira 2 sampai 4 halaman yang dibaca setiap harinya. Jika
dihitung dari jumlah katanya, membaca intensif panjangnya paling banyak terdiri
atas 500 kata. Kata tersebut dibaca dalam waktu 2 menit dengan kecepatan
kira-kira 5 kata dalam satu detik.
Pengenalan
pembaca terhadap isi bacaan yang dibaca menjadi faktor cepat tidaknya dalam
membaca intensif. Pembaca akan lebih mudah menangkap dan memahami jika isi
bacaan yang dihadapi pernah dialami, sudah dikenal, dan yang disukai.
Sebaliknya, pembaca akan mengalami kesulitan menang menangkap dan memahami jika
isi bacaan yang dihadapi belum pernah dialami, belum dikenal, dan tidak disukai.
Dalam pembelajaran, guru perlu memilihkan bacaan yang telah dikenal siswa.
Caranya adalah menyediakan bacaan yang temanya sesuai dengan perkembangan dan
pengetahuan siswa atau bacaan yang kontekstual.
Membaca
Intensif
Membaca intensif pada hakikatnya adalah studi seksama,
telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas
terhadap suatu bacaan (tugas) yang pendek kira-kira dua sampai empat halarnan
setiap hari (Tarigan 1994 : 35). Kuesioner, latihan pola-pola kalimat, latihan
kosa kata, telaah kata-kata, dikte dan diskusi umum merupakan bagian dan teknik
membaca intensif. Teks-teks bacaan yang benar-benar sesuai dengan maksud ini
haruslah dipilih oleh sang guru, baik dari segi bentuk maupun isinya. Para
pelajar atau mahasiswa yang berhasil dalam tahap ini secara langsung akan berhubungan
dengan kualitas serta keserasian pilihan bahan bacaan tersebut (Brooks dalam
Tarigan, 1994:35).
Menurut Suyatmi dan Mujiyanto (1989:85-86), membaca
intensif ialah suatu aktivitas membaca yang sangat membutuhkan kecermatan dan
ketajaman pikir, merupakan kunci pemerolehan ilmu pengetahuan. Membaca intensif
acap kali agak lambat karena dilakukan dengan sangat hati-hati dan teliti.
Adapun tujuan membaca intensif adalah memahami keseluruhan bahan bacaan sampai
pada bagian yang sekecil-kecilnya.
Menurut Suyatmi dan Mujiyanto (1989;86), langkah-langkah
membaca intensif bisa disimpulkan sebagai berikut;
(1) Pembaca menentukan tujuan membaca intensif
(2) Pembaca melaksanakan pembacaan secara agak cepat dan
cukup kritis sebagai usaha preview
(3) Pembaca melaksanakan pembacaan keseluruhan secara sangat
cermat
(4) Pembaca melaksanakan self resitasi
(5) Pembaca mencari paragraf pendahuluan mengenai maksud
penulis, kemudian mencari paragraf penutup yang berisi penjelasan terhadap
maksud tersebut
(6) Pembaca memperhatikan baik-baik cara pengarang dalam
menentukan ruang lingkup pembicaraan serta meletakkan tekanan pada informasi
yang menunjang maksudnya
(7) Pembaca memperhatikan secara seksama organisasi karangan
(8) Pembaca mencari maksud pengarang, baik yang tersurat
maupun tersirat di dalam wacana. Kita gali tema bacaan, persoalan pokok dan
detail-detailnya
Menurut Haryadi (2006:133), membaca intensif adalah
membaca secara teliti untuk memahami secara mendalam makna bacaan yang
digunakan untuk keperluan studi. Membaca intensif yang termasuk di
dalamnya juga membaca pemahaman, mempunyai pengertian
bahwa jenis membaca ini bertujuan memahami isi bacaan. Membaca pemahaman
biasanya dilakukan dengan teknik membaca dalam hati. Membaca pemahaman
dikatakan suatu proses yang kompleks sebab di dalam membaca pemahaman, pembaca
melibatkan sejumlah keterampilan. Membaca intensif
diklasifikasi menjadi dua, yaitu membaca telaah isi dan telaah bahasa.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
membaca intensif ialah kegiatan membaca secara teliti dengan tujuan memahami
keseluruhan isi bacaan, baik yang tersirat maupun tersurat. Oleh karena itu,
dalam membaca intensif pembaca tidak hanya dituntut untuk sekedar mengerti dan
memahami isi bacaan, tetapi ia juga harus mampu menghubungkan informasi baru
yang telah diketahui dengan pengalaman-pengalaman yang dialaminya.
Tujuan
Membaca Intensif
a.
Memperoleh banyak pemahaman penuh
terhadap argumen-argumen yang logis.
b.
Memperoleh pendalaman makna bacaan dalam
proses studi.
c.
Mengenali makna tersirat maupun tersurat
bacaan.
d.
Mencari informasi pada bacaan
sedetail-detailnya.
e.
Melatih keterampilan membaca karena
tingkat pemahaman bacaan sangat kompleks.
Manfaat
Membaca Intensif
a.
Pembaca menguasai isi teks secara
mantap.
b.
Pembaca mengetahui latar belakang
ditulisnya teks tersebut.
c.
Pembaca dapat mempunyai daya ingat yang
lebih lama yang berhubungan dengan teks tersebut.
d.
Pembaca mampu mengetahui maksud bacaan
secara tersirat maupun tersurat.
e.
Pembaca mampu mendapatkan informasi yang
luas untuk dihubungkan dengan pengalaman-pengalamannya.
Teknik
Membaca Intensif
a.
Menyiapkan
naskah yang akan di baca.
b.
Sambil membaca:
·
memberi garis bawah hal-hal yang
dianggap penting
·
memberi tanda
pada bagian-bagian yang perlu
·
memberikan nomor
pada bagian kanan atas yang penting
·
memberi tanda
bintang pada bagian-bagian yang perlu
c.
Ajukan
pertanyaan sehubungan dengan naskah yang dibaca. Pertanyaan yang diajukan
berhubungan dengan kognitif yang meliputi ingatan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis, dan penilaian.
d.
Siswa diberikan
tugas membuat rangkuman dengan menggunakan bahasanya sendiri.
e.
Cara
menyimpulkan teks
·
Membaca teks
secara keseluruhan satu atau dua kali.
·
Mencatat ide
pokok pada setiap paragraph.
·
Menghubungkan
ide pokok paragraph satu dengan paragraph lain untuk menemukan kesimpulan
sementara.
·
Membaca ulang
teks untuk menguji kesimpulan sementara yang sudah dibuat.
·
Menyempurnakan
rumusan simpulan
·
Siswa membuat
kesimpulan hasil membaca
Metode
Membaca Intensif (PQ4R)
Metode belajar PQ4R merupakan metode membaca
intensif yang digunakan untuk membantu siswa dalam mengingat-ingat apa yang
dibaca. P singkatan dari preview
maksudnya membaca selintas dengan cepat, Q singkatan dari question artinya bertanya, serta 4R singkatan dari read artinya membaca, reflecty artinya refleksi, recite artinya tanya jawab sendiri, review artinya mengulang secara
menyeluruh (Trianto, 2007: 93).
Strategi belajar PQ4R merupakan salah satu bagian
dari strategi elaborasi. Strategi elaborasi adalah proses penambahan rincian
sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna. Kaitannya dengan PQ4R
strategi ini digunakan untuk membantu siswa dalam mengingat apa yang mereka
baca. Selain itu, strategi ini digunakan untuk membantu proses belajar mengajar
di kelas yang dilaksanakan dengan membaca buku.
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
strategi belajar PQ4R adalah seperti berikut ini.
1. Preview
Siswa
membaca selintas dengan cepat sebelum memulai membaca bahan bacaan. Siswa dapat
memulai dengan membaca topik-topik subtopik utama judul dan subjudul,
kalimat-kalimat permulaan atau akhir suatu pargraf atau ringkasan pada akhir
suatu bab. Apabila hal itu tidak ada, siswa dapat memeriksa setiap halaman
dengan cepat, membaca satu atau dua kalimat disana-sini sehingga memperoleh
sedikit gambaran mengenai apa yang akan dipelajari. Perhatikan ide pokok yang
akan menjadi pembahasan dalam bahan bacaan siswa.
2.
Question
(Tanya)
Langkah
kedua adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri untuk setiap
pasal yang ada pada bahan bacaan. Pergunakan “judul dan sub judul atau topik
dan sub topik utama”. Awali pertanyaan dengan menggunakan kata “apa, siapa,
mengapa, dan bagaimana”. Misalnya: Masalah apa yang dibahas dalam bab tersebut
dan dalam sub-sub judulnya? Masalah apa yang sedang dipikirkan dan dijawab oleh
bab ini? Dengan demikian, anda sudah terlibat dan memasuki esensi dari bab
tersebut. Kalau pada akhir bab telah ada daftar pertanyaan yang dibuat oleh
pengarang, bacalah terlebih dahulu. Pengalaman telah menunjukkan bahwa apabila
seseorang membaca untuk menjawab sejumlah pertanyaan, akan membuatnya membaca
lebih hati-hati, seksama, serta dapat membantu mengingat apa yang dibacanya.
3. Read (membaca)
Sekarang
bacalah karangan itu secara teliti dan seksama paragraf demi paragraf. Lakukan
kegiatan itu dengan cepat dan nyaman. Kalau pikiran pokok secara keseluruhan
digabungkan menjadi satu kesatuan akan mencerminkan ide-ide utama dari
serangkaian paragraf-paragraf di dalam suatu bab. Anda harus dapat mengenal
pikiran-pikiran pokok itu agar dapat mengikuti deretan pikiran sang pengarang.
4.
Reflect
Reflect
merupakan suatu komponen esensial dari langkah ketiga tersebut. Selama membaca
siswa tidak hanya cukup mengingat atau menghafal, tetapi mencoba untuk memahami
informasi yang dibaca. Caranya dengan (1) menghubungkan informasi itu dengan
hal-hal yang telah anda ketahui, (2) mengaitkan subtopik-subtopik di dalam teks
dengan konsep-konsep atau prinsip-prinsip utama, (3) cobalah untuk memecahkan
kontradiksi didalam informasi yang disajikan dan, (4) cobalah untuk menggunakan
materi itu untuk memecahkan masalah-masalah yang disimulasikan dan dianjurkan
dari materi pelajaran tersebut.
5.
Recite
(ceritakanlah kembali dengan kata kata sendiri)
Siswa
diminta untuk merenungkan kembali informasi yang telah dipelajari. Tuliskan
ringkasan semua bagian yang dibaca dengan kalimat Anda sendiri. Hal ini penting
karena Anda telah menangkap esensi bacaan dengan menyatakan butir-butir penting
secara nyaring dan menanyakan serta menjawab pertanyaan-pertanyaan. Anda dapat
melihat kembali catatan yang telah dibuat dan menggunakan kata-kata yang
ditonjolkan dalam bacaan.
Lihat
kembali pada catatan-catatan yang telah dibuat dan diingat ide-ide utama yang
telah disarankannya. Periksa kembali bab itu dan yakinkanlah bahwa Anda dapat
menyatakan dengan tepat isi setiap bagian-bagiannya. Dari catatan-catatan yang
telah dibuat pada langkah terdahulu dan berlandaskan ide-ide yang ada, Anda diminta membuat intisari materi dari
bacaan.
6.
Review
Siswa
diminta untuk membaca catatan singkat yang telah dibuatnya mengulang kembali
seluruh isi bacaan bila perlu dan sekali lagi jawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan.
Melakukan
preview dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebelum pembaca mengaktifkan
pengetahuan awal dan mengawali proses pembuatan hubungan antara informasi baru
dan apa yang telah di ketahui. Mempelajari judul-judul dan topik-topik utama
membantu pembaca sadar akan organisasi bahan-bahan baru tersebut sehingga
memudahkan perpindahannya dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang.
Dari
langkah-langkah strategi belajar PQ4R yang telah diuraikan di atas dapat
dilihat bahwa strategi belajar ini dapat membantu siswa memahami materi
pembelajaran terutama materi-materi yang lebih sukar dan menolong siswa untuk
berkonsentrasi lebih lama.
Faktor yang mempengaruhi kecepatan
membaca intensif
Faktor
lain yang mempengaruhi kecepatan membaca intensif adalah kejelasan tulisan,
keterbacaan, dan pengenalan terhadap bacaan. Kejelasan tulisan dipengeruhi oleh
bentuk huruf, ukuran huruf, dan jarak spasi yang digunkan dalam menulis teks
bacaan. Keterbacaan terkait dengan panjang pendeknya bacaan. Bacaan untuk
membaca intensif kira-kira 2 sampai 4 halaman yang dibaca setiap harinya. Jika
dihitung dari jumlah katanya, membaca intensif panjangnya paling banyak terdiri
atas 500 kata. Kata tersebut dibaca dalam waktu 2 menit dengan kecepatan
kira-kira 5 kata dalam satu detik.
Pengenalan
pembaca terhadap isi bacaan yang dibaca menjadi faktor cepat tidaknya dalam
membaca intensif. Pembaca akan lebih mudah menangkap dan memahami jika isi
bacaan yang dihadapi pernah dialami, sudah dikenal, dan yang disukai.
Sebaliknya, pembaca akan mengalami kesulitan menang menangkap dan memahami jika
isi bacaan yang dihadapi belum pernah dialami, belum dikenal, dan tidak disukai.
Dalam pembelajaran, guru perlu memilihkan bacaan yang telah dikenal siswa.
Caranya adalah menyediakan bacaan yang temanya sesuai dengan perkembangan dan
pengetahuan siswa atau bacaan yang kontekstual.
Jenis-jenis Membaca Intensif
Membaca
telaah isi.
Membaca telaah isi
yaitu membaca yang menuntut ketelitian, pemahaman, kritis berfikir dan
menangkap ide dalam bacaan. Membaca telaah isi dibagi menjadi berikut ini
Membaca Teliti
Membaca
teliti merupakan membaca yang dilakukan secara seksama. menurut Tarigan
(2008:40-41), dalam kegiatan membaca ini perlu keterampilan-keterampilan
berikut ini.
a.
Survei cepat untuk melihat organisasi dan
pendekatan umum.
b.
Membaca seksama dan membaca ulang
paragraf untuk menentukan kalimat judul dan perincian-perincian penting.
c.
Penemuan hubungan paragraf dengan
keseluruhan tulisan membaca teliti mencakup membaca paragraf dengan pengertian,
membaca pilihan yang lebih panjang, membuat catatan, dan menelaah tugas.
Dalam kegiatan menelaah tugas ini
dibantu dengan metode SQ3R.Metode SQ3R merupakan metode membaca yang ditujukan
untuk kepentingan studi yang terdiri atas lima tahap, yaitu survai,
question, reading, recite dan review (Tarigan 1990:54). Mula-mula
metode ini dikembangkan oleh Robinson pada tahun 1946. Metode ini dibuat untuk
kepentingan membaca bacaan yang berupa buku untuk kepentingan belajar.
Tampubolon (1990:170) memberi nama metode SQ3R dengan istilah surtabaku
yang merupakan akronim dari survai, tanya, baca, katakan, dan ulang. Penjelasan
dari kelima tahap dalam SQ3R adalah sebagai berikut.
Survai merupakan kegiatan
membaca sepintas hal-hal yang pokok dalam tabel. Hal-hal pokok yang perlu disurvai
adalah judul tabel dan subjudul. Manfaat mensurvai judul adalah untuk memahami
pesan secara utuh dan menyeluruh. Pembaca harus meresapi judul yang disurvai
karena judul merupakan ringkasan yang padat tentang informasi yang disampaikan
penulis dalam bentuk tabel.
Questioin (bertanya) merupakan tahap kedua dari
metode SQ3R yang berupa kegiatan pembaca menyusun pertanyaan-pertanyaan.
Pertanyaan dibuat berdasarkan perkiraan-perkiraan pembaca sewaktu melakukan
survai. Pertanyaan-pertanyaan dapat muncul karena keinginan atau hasrat pembaca
untuk mengetahui mengenai sesuatu hal yang diperkirakan terdapat dalam bacaan.
Umumnya,
pertanyaan-pertanyaan menanyakan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan judul
dan subjudul. Misalnya, ada buku yang berjudul Membaca Efektif dan Efisien.
Kemungkinan pertanyaan-pertanyaan yang muncul adalah berikut ini.
1. Apakah yang dimaksud membaca yang efektif
?
2. Apakah yang dimaksud membaca yang
efisien?
3. Apakah yang dimaksud membaca yang
efektif dan efisien?
4. Bagaimana caranya membaca efektif?
5. Bagaimana caranya membaca efisien?
6. Apa manfaat membaca efektif dan efisien?
Pertanyaan-pertanyaan
itu dicatat atau dihafal. Sebaiknya, pertanyaan-pertanyaan itu dicatat supaya
pembaca tidak lupa dan tidak membebani pembaca untuk selalu mengingat-ingat
pertanyaan sehingga dapat mengganggu konsentrasi pada waktu membaca.
Manfaat
melakukan question bagi pembaca sebelum membaca adalah sebagai berikut.
1. Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat akan
mengarahkan pembaca untuk menemukan isi bacaan pada waktu pembaca melakukan
tahap reading.
2. Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat akan
memotivasi pembaca untuk membaca dengan sungguh-sungguh karena sudah tahu
target yang ingin dicapai.
3. Pertanyaan-Pertanyaan yang dibuat akan
mengarahkan pikiran pembaca pada bagian-bagian tertentu dari bacaan yang
dibaca. Pembaca dikondisikan berpikir kritis atas bacaan yang dibaca. Pembaca
tidak hanya menerima informasi yang disampaikan penulis. Jika belum yakin,
pembaca boleh meragukan apa yang dikatakan penulis sambil mencari sumber-sumber
lainnya yang dapat meyakinkan pembaca atau bahkan pembaca tambah ragu atau
tidak yakin tentang apa yang ditulis penulis.
Reading (membaca) merupakan tahap ketiga dari
metode SQ3R yang berupa kegiatan pembaca untuk membaca bacaan. Tahap ini
merupakan tahap yang terpenting dari metode ini. Tahap sebelumnya (survai
end question) dipersiapkan untuk melakukan tahap ini. Apa yang telah
dirintis pada kedua tahap sebelumnya akan direalisasikan pada tahap reading.
Kedua tahap sesudahnya (recite end review) merupakan tindak lanjut dari
tahap ini.
Pada
tahap ini, pembaca melakukan kegiatan membaca secara menyeluruh, yaitu membaca
bab demi bab dan bagian demi bagian bab. Pembaca biasanya membaca dengan teliti
sambil mencari jawaban dari pertanyaan pada tahap question. Untuk
memperlancar proses membaca, pembaca memfokuskan pada kata-kata kunci,
pikiran-pikiran pokok yang terdapat dalam bacaan, dan simpulan yang dibuat
penulis. Jika diperlukan, pembaca bisa membuat catatan tentang hal-hal yang penting
yang telah ditemukannya atau pembaca cukup berupa menggarisbawahi hal-hal yang
penting pada buku.
Dalam
membaca, pembaca tidak harus melakukan kecepatan baca yang sama. Kecepatan baca
disesuaikan dengan tujuan membaca dan bacaan. Kecepatan baca bidang cepat jika
yang ingin diperoleh hanya hal-hal tertentu saja atau hal-hal yang penting dan
kecepatan baca lambat (diperlambat) jika yang diinginkan adalah mengetahui
semua isi yang ada pada bacaan. Bagian bacaan yang sukar akan dibaca dengan
lambat, bagian bacaan yang sedang dibaca kecepatan sedang, dan bagian bacaan
yang mudah dibaca dengan kecepatan yang tinggi. Dengan cara seperti itu,
pembaca melakukan membaca secara fleksibel.
Dengan
fleksibilitas baca, pembaca harus pandai memilih model membaca yang diterapkan,
teknik membaca yang digunakan, dan jenis membaca yang dipraktekkan. Model
membaca yang cocok untuk membaca secara fleksibel adalah model membaca
campuran. Model membaca ini menyarankan kepada pembaca untuk membaca dengan
cara yang tidak sama pada setiap bagian bacaan. Gaya (model) yang ditawarkan
ada dua. Pertama, gaya membaca bawah atas untuk membaca bacaan yang
sulit atau belum dikenal. Kedua, gaya membaca atas bawah untuk membaca
bacaan yang mudah atau sedang. Kedua gaya diterapkan bersama-sama pada waktu
membaca. Hal tersebut dilatarbelakangi bahwa kesulitan bagian-bagian bacaan
tidak sama. Pilihan teknik membaca juga didasarkan atas tingkat kesulitan
bagian-bagian bacaan, teknik close reading dipilih jika bagian bacaan
yang dibaca tingkat kesulitan bacaan tinggi atau sedang. Teknik skimming
dipilih jika bagian bacaan yang dibaca tingkat kesulitannya mudah. Keberagaman
pilihan teknik membaca dapat dibaca pada bab IV.
Menurut
Tarigan (2008:12), pembaca buku termasuk di dalam jenis
membaca dalam hati. Membaca dalam hati dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu
membaca intensif dan ekstensif. Membaca intensif merupakan jenis membaca yang
bertujuan untuk memahami semua informasi yang ada dalam bacaan, baik yang
paling atau pokok maupun yang detail, dengan cara membaca secara teliti.
Membaca ekstensif merupakan jenis membaca yang bertujuan untuk memahami
informasi-informasi yang penting atau pokok yang terdapat pada bacaan dengan
cara membaca secara sepintas. Dari dua jenis membaca itu, membaca buku termasuk
di dalam membaca intensif.
Recite (menceritakan kembali) merupakan tahap
keempat dari metode SQ3R yang berupa kegiatan membaca untuk menceritakan
kembali isi bacaan yang telah dibaca dengan kata-kata sendiri. Tahap ini
dilakukan apabila pembaca sudah merasa yakin bahwa pertanyaan yang telah
dirumuskan pada tahap question bisa dijawab dan dapat menceritakan
dengan benar mengenai bacaan yang telah dibacanya.
Tahap
ini dapat dilakukan per subbab, per bab atau setelah bacaan selesai dibaca.
Pertimbangan yang dijadikan dasar adalah kemahiran yang dimiliki pembaca,
kebiasaan, tingkat kesulitan bacaan, dan panjang pendeknya bacaan. Pembaca yang
belum mahir lebih baik melakukan recite tiap subbab, pembaca yang sudah
cukup mahir disarankan merecite tiap bab, dan pembaca yang sudah mahir
melakukan recite setelah selesai membaca semua bab. Recite
menyesuaikan dengan kebiasaan pembaca. Ada pembaca yag biasa menceritakan
kembali isi bacaan setelah selesai semua bab dibaca, ada yang selesai tiap-tiap
bab, dan ada juga yang setelah selesai tiap-tiap subbab.
Tingkat
kesulitan dan panjang-pendeknya bacaan menjadi menjadi pertimbangan dalam
melakukan recite. Bacaan yang sulit merecitenya setelah selesai
membaca pada setiap subbab, bacaan yang sedang merecitenya setelah selesai
membaca setiap bab, dan bacaan yang mudah mericetenya setelah selesai
membaca semua bab. Bacaan yang pendek menceritakan kembalinya setelah selesai
membaca semua, bacaan yang sedang setelah selesai per bab, dan bacaan yang
panjang setelah selesai per subbab.
Pada
tahap ini, pembaca tidak boleh membuka-buka buku yang telah dibaca. Pembaca
dalam menceritakan kembali harus sudah hafal mengenai isi bacaan. Ada
kemungkinan pembaca lupa tentang sesuatu hal yang akan diceritakan. Pembaca
diberi kesempatan untuk membaca bagian yang terlupakan. Hal tersebut
diperbolehkan supaya tidak mengganggu tahap berikutnya (review).
Sebaiknya,
recite dilakukan secara tulis (tertulis), bukan lisan. Recite
tertulis dapat berupa ikhtisar. Ikhtisar dibuat berdasarkan rambu-rambu berikut
ini.
1. Ikhtisar dibuat dengan menggunakan
kata-kata pembaca sendiri.
2. Ikhtisar dibuat secara singkat, padat,
dan jelas yang mencakup butir-butir penting isi bacaan.
3. Ikhtisar dilakukan tidak berbarengan
dengan kegiatan lain, misalnya sambil membaca atau sambil membuka-buka kembali
halaman buku.
(Harjasujana dan Mulyati 1997:212).
Menceritakan
kembali isi bacaan (buku) tidak harus hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
sudah dibuat pada tahap question, tetapi dapat dikembangkan. Pembaca
bisa saja menceritakan kembali hal-hal yang mungkin ditanyakan oleh guru atau
dosen waktu ujian dan ditanya teman-temannya sewaktu diskusi.
Bagi
pembaca, tahap ini merupakan tahap evaluasi. Pembaca dievaluasi seberapa jauh,
luas atau banyaknya informasi yang telah dicerna melalui kegiatan membaca. Hal
tersebut dapat dilihat dari kecermatan, keteraturan, dan kedalaman dalam
menceritakan kembali isi buku. Pembaca yang telah berhasil adalah pembaca yang
dapat bercerita secara cermat, teratur, dan rinci. Sebaliknya, pembaca yang
belum berhasil adalah pembaca yang tidak dapat bercerita secara cermat,
teratur, dan rinci.
Review
(meninjau kembali)
merupakan tahap akhir dari metode SQ3R yang berupa kegiatan pembaca untuk
memeriksa ulang bagian-bagian yang telah dibaca dan dipahami. Meninjau ulang
tidak sama dengan membaca ulang. Membaca ulang merupakan kegiatan membaca untuk
mengulang membaca bacaan yang telah dibaca secara teliti, sedangkan meninjau
ulang merupakan kegiatan untuk melihat-lihat bagian-bagian bacaan secara
secepat kilat. Bagian yang ditinjau ulang misalnya judul, subjudul, gambar,
diagram, dan pertanyaan-pertanyaan yang ada pada buku.
Meninjau kembali bacaan diperlukan untuk menyegarkan
kembali ingatan atas informasi-informasi yang telah diperoleh pada waktu
membaca. Tahap ini berguna dalam membantu pembaca mengingat-ingat dan
mengeluarkannya pada waktu ujian. Disamping itu, review bermanfaat untuk
mengecek barangkali ada hal-hal yang penting terlewati.
Pada tahap ini, pembaca yang sudah mahir tidak sekedar
merasa yakin telah menguasai semua isi yang ada dalam buku, tetapi pembaca juga
merenungkan dan memikirkan benar-tidaknya informasi-informasi yang disampaikan
penulis, kelebihan dan kelemahan buku yang dibaca, kritik dan saran yang bisa
disampaikan untuk menyempurnakan buku yang dibaca.
Agar hasil baca dari metode SQ3R terpelihara dengan
baik, perlu ditulis dalam kartu baca. Nama lain kartu baca menurut Tampubolon
(1990:173) adalah kartu rangkuman pokok bacaan studi. Hal-hal yang dicatat
dalam kartu baca adalah sebagai berikut:
1. nama pengarang, judul buku, tahun terbit,
tempat terbit, dan penerbit,
2. topik atau judul bacaan,
3. ringkasan mengenai pokok-pokok penting
isi bacaan dengan bahasa pembaca sendiri,
4. kutipan
lengkap bagian informasi atau pernyataan yang dipandang penting dengan disertai
keterangan sumber otentik (tahun terbit dan halaman).
Manfaat
yang dapat diperoleh dalam menggunakan metode SQ3R ada lima. Pertama,
pembaca dilatih membaca secara sistematis. Kelima tahap dalam SQ3R dilaksanakan
secara sistematis mulai dari survai sampai dengan review. Informasi-informasi
yang didapat dari buku secara bertahap. Kedua, membaca akan memperoleh
pemahaman yang komprehensif dan tahan lama. Semua bagian-bagian buku dibaca
mulai dari halaman judul sampai daftar pustaka atau indeks. Pemahaman yang
diperoleh akan tahan lama tersimpan di dalam otak karena diperoleh dengan
menggunakan cara yang bertahap.
Ketiga, pembaca akan dapat menentukan secara
cepat apakah buku yang dihadapinya sesuai dengan yang diperlukan atau tidak.
Jika buku tersebut diperlukan, pembaca akan meneruskan membacanya. Jika buku
itu tidak diperlukan, pembaca akan beralih pada bacaan lain yang sesuai
kebutuhannya. Pembaca dapat mengetahui hal tersebut setelah selesai melakukan
survai. Contohnya adalah jika pembaca diberi tugas mencari pengertian metode
SQ3R, tahap-tahap penggunaan, dan manfaat menggunakan SQ3R. Buku yang dihadapi
untuk dibaca adalah buku yang berjudul Membaca 2 karangan Harjasujana
dan Mulyati. Buku tersebut disurvai pada daftar isi. Dalam daftar isi terdapat
judul bab metode SQ3R pada bab VIII. Sub-sub bab pada bab VIII berjudul
pengertian, tahap-tahap, dan manfaat SQ3R. Dari hasil survai tersebut pembaca
dapat menentukan bahwa buku itu diperlukan sehingga pembaca melakukan tahap
berikutnya.
Keempat, pembaca diberi kesempatan untuk membaca
secara fleksibel. Pengaturan tempo membaca tiap-tiap bagian bacaan tidak selalu
harus sama. Tempo baca akan diperlambat jika membaca hal-hal yang belum
diketahuinya atau bacaannya sulit. Pembaca akan mempercepat tempo bacanya jika
membaca hal-hal yang sudah diketahui atau bacaannya mudah.
Kelima,
pembaca membaca secara efektif dan efisien. Keefektifan membaca dapat dilihat
dari tercapainya kegiatan membaca sesuai dengan tujuan. Tujuan yang ingin
dicapai dalam membaca buku dituangkan dalam bentuk pertanyaan. Untuk mencapai
tujuan, pembaca melakukan serangkaian tahapan yaitu reading, recide, dan
review sehingga tujuan baca akan bisa tercapai dengan baik. Keefisien
membaca dilihat dari sisi waktu yang dibutuhkan dalam membaca. Waktu baca dari
sebuah buku dengan metode SQ3R relatif cepat. Pembaca sudah mempunyai
tahap-tahap yang pasti dan persiapan yang mantap untuk membaca sehingga akan
mempercepat proses membaca buku. Pembaca tidak akan mengulang bacaan yang telah
dibaca. Di samping itu, pembaca melaju dengan penuh keyakinan
Membaca Pemahaman
Membaca
pemahaman merupakan
membaca yang dilakukan secara cermat
yang digunakan untuk memperoleh pemahaman (sepenuhnya) atas suatu bahan bacaan. Pembaca mengenal, menangkap, dan memahami
informasi-informasi yang terdapat dalam bacaan secara tersurat (eksplisit).
Pembaca hanya menangkap informasi-informasi yang terletak secara jelas dalam
bacaan. Informasi secara eksplisit terdapat dalam baris-baris. Pembaca tinggal
menangkap makna-makna tersebut, tidak menangkap makna yang lebih dalam lagi
(implisit) atau makna dibalik baris-baris. Nurhadi (2004:57) memberi nama
membaca literal.
Menurut
Ferr dan Roser (1979:359) yang dapat
dilakukan oleh pembaca dengan menggunakan teknik ini ada dua, yaitu:
1. Pembaca
memahami organisasi, hubungan ide-ide bawahan dan ide-ide utama.
2. Pembaca
merangkaikan informasi yang baru diperoleh ke dalam suatu kerangka yang telah
ada.
Ciri-ciri pembaca yang menggunakan teknik close
reading adalah sebagai berikut:
1. Pembaca
menerapkan keterampilan pemahaman pada tingkat yang rendah (dasar).
2. Pembaca
hanya menerima (memahami) apa yang ada pada tulisan.
3. Pembaca
hanya memahami makna secara tersurat.
4. Pembaca
hanya mengingat-ingat informasi yang ada dalam bacaan, yaitu tentang siapa,
apa, di mana, tentang hal yang ada pada bacaan.
5. Pembaca
tidak berpikir kritis dalam menerima informasi yang ada pada bacaan.
Agar
dapat berhasil dalam menggunakan teknik ini, pembaca harus memperhatikan
hal-hal berikut ini.
1. Pembaca
harus sudah mempunyai keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk membaca
dengan teknik close reading.
2. Pembaca
menerapkan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk membaca dengan
teknik ini secara bertingkat sesuai tingkatan keterampilan yang dibutuhkan atau
sesuai urutan keterampilan.
3. Pembaca
mempunyai tujuan dalam membaca yang dirancang sebelum melakukan kegiatan
membaca.
Tujuan
yang diinginkan oleh pembaca pada umumnya adalah mencari dan memperoleh informasi
yang mencakup pemahaman terhadap isi dan makna bacaan. Tujuan yang lain selain
tujuan umum adalah tujuan khusus.
Tujuan khusus meliputi:
1. menemukan
rincian atas fakta-fakta yang terjadi dalam bacaan,
2. memperoleh
ide-ide pokok yang ada pada bacaan,
3. memperoleh
informasi (ide) lain atau tambahan yang ada dalam bacaan,
4. menemukan
urutan atau susunan organisasi cerita yang ada dalam bacaan.
Teknik
ini perlu dilatihkan terutama untuk pembaca yang sedang belajar karena teknik
ini merupakan teknik yang digunakan untuk membaca telaah atau membaca studi.
Dengan teknik ini, hal-hal yang diperoleh bersifat informatif. Pembaca membaca
bacaan yang mengandung informasi-informasi yang diperlukan pelajar untuk
memperoleh dan atau mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperlukan.
Membaca pemahaman melatihkan
kemahiran pembaca dalam hal:
1. memahami
makna kata,
2. memahami
makna frase,
3. memahami
makna kalimat,
4. memahami
makna paragraf,
5. memahami
makna unsur detail,
6. menangkap
unsur perbandingan,
7. menangkap
unsur urutan,
8. menangkap
unsur sebab akibat,
9. memahami
(menjawab) apa, siapa, kapan, dan dimana,
10. menyatakan
kembali unsur perbandingan,
11. menyatakan
kembali unsur urutan,
12. menyatakan
kembali unsur sebab akibat.
Membaca Kritis
Membaca kritis adalah jenis membaca
yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluasi,
analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan (Albert let a II 1961b:1)
1.
Memahami maksud penulis
2.
Memahami organisasi dasar tulisan
3.
Dapat menilai penyajian penulis
4.
Dapat menerapkan prinsip-prinsip kritis
bacaan sehari-hari.
Setelah mengetahui topik-topik bacaan, biasanya
pembaca melanjutkan membaca untuk mengetahui maksud penulis terhadap
permasalahan yang dibahas. Cara yang efektif dan efisien untuk mendapatkannya
adalah cukup dengan membaca paragraf awal dan akhir. Paragraf awal sebuah
bacaan umumnya mengandung pokok-pokok pikiran yang diuraikan pada paragraf
berikutnya (paragraf isi). Semua pendapat yang akan diuraikan berikutnya
ditulis pada paragraf awal. Artikel yang seperti itu merupakan bacaan yang
bersifat deduktif. Penulis boleh saja menampilkan ringkasan pendapatnya pada
akhir bacaan. Pendapat yang diungkapkan pada akhir bacaan biasanya berupa
simpulan. Bacaan yang demikian merupakan bacaan yang bersifat induktif.
Disamping kedua cara tersebut, pembaca bisa juga menemukan opini pada awal dan
akhir bacaan karena penulis artikel menampilkan opini pada awal bacaan dan
diulang diakhir bacaan dalam bentuk simpulan. Bacaan tersebut dinamakan bacaan
yang bersifat deduktif – induktif.
Organisasi tulisan merupakan susunan bagian-bagian
tulisan yang membentuk menjadi kesatuan topik. Secara umum, tersusun atas
bagian awal (pendahuluan), isi (pembahasan), dan akhir (penutup). Bagian awal
berisi pengantar, latar belakang, alasan, tujuan, dan atau masalah yang ingin
dibahas. Bagian isi berisi pembahasan atau solusi tentang hal-hal yang ada pada
bagian awal. Bagian akhir berisi simpulan dan atau saran. Untuk mengetahui
organisasi itu, pembaca membaca secara sekilas bacaan yang dibaca dengan
memperlihatkan bagian-bagian apa saja yang terdapat pada bacaan.
Tulisan yang sederhana tetap mempunyai organisasi
tulisan. Organisasi tulisan yang ada pada bacaan yang sederhana berupa urutan
ide-ide pokok yang terdapat pada bacaan. Untuk menangkap organisasi tulisan,
pembaca memahami urutan ide-ide pokok, cara mengurutkan ide pokok, dan hubungan
antar-ide pokok. Apabila dibuat susunan atas ide-ide pokok, sebuah bacaan
berbentuk kerangka karangan.
Untuk
menentukan kualitas tulisan, seorang pembaca kritis dituntut untuk menggunakan
seperangkat ketrampilan berpikir. Ada delapan ketrampilan berpikir yang
dilatihkan untuk meningkatkan kemampuan membaca kritis, yaitu:
(1) ketrampilan
memfokuskan,
(2) ketrampilan
mengumpulkan informasi
(3) ketrampilan
mengingat,
(4) ketrampilan
mengorganisasi,
(5) ketrampilan
menganalisis
(6) ketrampilan
menggeneralisasi,
(7) ketrampilan
mengintegrasi,
(8) ketrampilan
mengevaluasi
1. Ketrampilan Memfokuskan
Ketamprilan memfokuskan adalah kemampuan
untuk memilih informasi yang penting dan mengabaikan informasi yang tidak
penting. Ketrampilan memfokuskan difungsikan sebagai langkah awal dalam proses
berfikir dan sebagai jembatan awal untuk melangkah pada proses berpikir
berikutnya. Melalui kegiatan ini, Anda diajak untuk membaca secara menyeluruh,
kemudian menentukan masalah pokok dari teks dan menentukan tujuan penulisan.
2. Ketrampilan Mengumpulkan Informasi
Ketrampilan
mengumpulkan informasi adalah ketrampilan yang digunakan untuk menumbuhkan
kesadaran pada substansi atau isi teks yang anda baca untuk digunakan dalam
proses kognitif berikutnya. Ada dua kegiatan yang anda lakukan untuk menguasai
ketrampilan ,mengumpulkan informasi, yaitu:
(1) mengamati
(2)
merumuskan pertanyaan.
Melalui
kegiatan 2 ini, anda diajak mengamati dan menemukan butir-butir isi essential
teks dan menjawab pertanyaan kritis untuk mengintegrasikan butir-butir isi
esensial teks yang telah anda temukan.
3.
Ketrampilan
Mengingat
Ketrampilan
mengingat adalah kegiatan atau strategi yang dilakukan secara sadar untuk
menyimpan informasi dalam ingatan jangka panjang dan upaya untuk mengamankan
informasi tersebut. Ada dua kegiatan yang anda lakukan untuk menguasai
ketrampilan mengingat, yaitu
(1) mengaitkan
butir-butir informasi essential antara satu dengan yang lain agar bermakna dan mudah diingat dan
disimpan dalam ingatan jangka panjang,
(2) merumuskan
simpulan/penilaian terhadap butir-butir esensial yang telah anda temukan agar
mudah dipanggil kembali.
4.
Ketrampilan
Mengorganisasi
Ketrampilan
mengorganisasi adalah ketrampilan menyusun informasi agar mudah dipahami dan
disajikan secara efektif. Ada empat kegiatan yang anda lakukan untuk menguasai
ketrampilan mengorganisasi yaitu,
(1) membandingkan
(2)
mengklarifikasi,
(3)
mengurutkan,
(4)
mempresentasikan.
Melalui
kegiatan ini, anda diajak membandingkan, mengelompokkan, menyusun urutan, dan membuat
visualisasi yang tapat terhadap butir-butir informasi yang telah anda temukan.
5.
Ketrampilan
Menganalisis
Ketrampilan
menganalisis digunakan untuk mengklarifikasi informasi dengan mengkaji
bagian-bagian dan hubungannya. Ada empat kegiatan yang anda lakukan untuk
menguasai keterampilan menganalisis yaitu,
(1) mengindentifikasi
atribut dan komponen,
(2) mengidentifikasi
pola-pola dan hubungannya,
(3) mengidentifikasi
ide pokok,
(4) mengidentifikasi
kesalahan.
Melalui
kegiatan 5 ini Anda diajak untuk mementukan pola pengembangan ide pokok,
dan membutuhkan beragam kesalahan pada teks yang ada baca.
2.
Ketrampilan
Menggeneralisasi
Ketrampilan
menggeneralisasi adalah simpulan tentang keseluruhan yang disusun dari
pengetahuan yang telah dimiliki oleh seseorang. Ada tiga kegiatan yang anda
lakukan untuk menguasai ketrampilan menggeneralisasi yaitu,
(1) menyimpulkan,
(2) memprediksi,
(3) mengelaborasi.
Melalui
kegiatan enam ini, anda diajak menentukan simpulan , prediksi, dan elaborasi
yang tepat terkait butir-butir informasi yang telah anda temukan.
3.
Ketrampilan
Mengintegrasi
Ketrampilan
mengintegrasi adalah ketrampilan meletakkan secara bersama-sama bagian-bagian
atau aspek-aspek yang relevan dari suatu solusi, pemahaman, prinsip, atau
komposisi. Ada dua kegiatan yang anda lakukan untu menguasai ketrampilan
mengintegrasi yaitu,
(1) membuat
ringkasan
(2) merekontruksi.
Melalui
kegiatan ini anda diajak meletakkan secara bersama-sama butir-butir informasi
yang telah anda temukan dengan membuat ringkasan dan merengkonstruksinya.
4. Ketrampilan Mengevaluasi
Ketrampilan
mengevaluasi melibatkan penilaian kerasionalan dan kulaitas ide-ide dari teks
yang anda baca. Ada dua kegiatan untuk menguasai ketrampilan mengevaluasi
yaitu,
(1) menetapkan
criteria
(2) memverifikasi.
Menetapkan
kriteria adalah menetapkan acuan yang digunakan untuk menilai teks.
Memverifikasi adalah kegiatan memberikan penilaian terhadap kualitas tulisan
dengan menggunakan kriteria yang telah anda pilih.
Kedelapan
ketrampilan berpikir inti tersebut adalah ketrampilan yang bersifat continuum,
yang anda perlukan sebagai seorang pembaca kritis agar anda dapat mengumpulkan
informasi, kemudian mengolah informasi secara kritis, menganalisis,
menggeneralisasi, dan mengintegrasikanya untuk mendapatkan pemahaman menyeluruh
atas isi bacaan , dan diikuti dengan penyikapan atas gagasan penulisnya.
Teknik Membaca Kritis
Membaca kritis adalah membaca untuk memahami isi bacaan
secara rasional, kritis, mendalam, dan disertai keterlibatan pikiran untuk
menganalisis bacaan. Di sini pembaca akan mencamkan lebih dalam meteri yang
dibacanya. Seorang pembaca kritis menggunakan empat cara secara efektif.
Keempat hal itu meliputi bertanya (seolah-olah berdialog dengan teks bacaan),
menyimpulkan, menghubungkan satu keterengan dengan keterangan lain, serta menilai
ide-ide dalam becaan (Agus Trianto, 2006).
Persiapan
Sebelum Membaca Kritis
Membaca dengan menggunakan metode membaca kritis akan menjadi
menyenangkan bagi Anda. Anda tidak hanya diminta untuk memhami isi buku bacaan
tapi juga diajak berpikir kreatif mengenai isi bacaan. Berikut langkah-langkah
melakukan teknis membaca kritis:
(1) Pilihlah
waktu yang sesuai untuk membaca
Waktu
yang sesuai di sini adalah waktu di mana tidak terdapat gangguan baik dari luar
maupun dari dalam diri. Oleh karena itu waktu yang sesuai di sini hanya Anda
sendiri yang tahu kapan itu. Namun sebagian besar orang percaya bahwa waktu
yang baik untuk membaca, khusunya buku pelajaran adalah di pagi hari. Di sini
mungkin bisa Anda lakukan setelah Sholat Subuh.
(2) Pilihlah
suasana yang sesuai untuk membaca.
Dalam
membaca pemilihan suasana ini sangat memegang pernanan penting dan tidak
bisa dikesampingkan begitu saja. Usahakan Anda membaca dalam kondisi yang
terang, karena hal ini akan berpengaruh pada kemampuan Anda melihat buku bacaan
yang And abaca. Kondisi yang kurang terang akan membuat diri Anda cepat dan
mata cepat lelah. Selain itu Anda juga harus memperhatikan kebersihan,
kenyamanan dan ketengangan tempat yang Anda gunkana untuk membaca. Jika
semua itu bisa Anda kendalikan dengan baik, maka membaca akan lebih mudah dan
daya konsentrasi akan meningkat.
(3) Perhatikan
posisi membaca
Posisi
membaca baik adalah duduk. Posisi duduk sangat berpengaruh dalam membaca cepat.
Selain bisa melihat bahan bacaan secara menyeluruh, posisi duduku yang benar
juga bisa membuat Anda santai dan tidak mudah lelah.
(4) Siapkan
alat-alat pendukung dalam membaca
Ada
baiknya sebelum Anda membaca buku, Anda mempersipkan alat-alat pendukung
lainnya seperti pensil, bulpoin, spidol atau buku catatan. Alat-alat bisa Anda
gunakna untuk menggaris bawahi dan mencatat beberapa hal penting yang anda
temukan saat anda membaca buku.
(5) Lakukan
survey isi buku
Langkah
pertama yang harus anda lakukan adalah membaca terlebih dahulu bahan bacaan
secara sepnitas pada bagian-bagian tertentu sajaa. Tujuannya adalah mendapatkan
gambaran umum mengenai bacaan tersebut. Bagian-bagian yang perlu diperhatikan
adalah parhatikan adalah Paragraf awal, paragraf akhir dan juga beberapa
paragraph di tengah, bagian daftra isi, gambar tabel dan grafik.
(6) Membuat
Pertanyaan
Pertanyaan-pertanyaan
ini biasanya akan muncul pada saat kita melakukan survey. Usahakan cari apa
yang tidak kita pahami, minimal ada sebuah kata yang tidak tahu artinya dan
beri tanda pada bagian-bagian yang tidak dimengerti tersebut.
(7) Membaca
teliti
Lakukan
sebagai langkah untuk mncari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul
daam proses survey. Baca dengan teliti dan seksama paragraf demi pararaf,
bagian demi bagian untuk menangkap pokok-pokok pikiran dari tiap bagian.
Usahakan jangan pindah bagian jika belum mengerti dan memaham bagian tersebut.
(8) Lakukan
evaluasi
Merupakan
langkah dimana terdapat pertanyaan apakah anak sudah menguasai bahan? Yakinkan
bahwa anak sudah memahami bahan bacaan tersebut. Jika belum, coba cari apa cari
apa yang anak tidak mengerti dan temukan jawabannya.
Teknik-teknik
membaca kritis
a. Kemampuan
mengingat dan mengenali bacaan
b. Kemampuan
menginterpretasi makna tersirat
c. Kemampuan
mengaplikasikan konsep-konsep
d. Kemampuan
menganalisis bacaan
e. Kemampuan
menilai bacaan
f. Kemampuan
mengkreasi bacaan atau mencipta bacaan
Tujuan
Membaca Kritis
a.
Memahami tujuan penulis atau pengarang
b.
Memanfaatkan kemampuan membaca pemahaman
dengan kemampuan membaca kritis
d.
Memberikan penilaian terhadap penyajian
penulis atau pengarang
e.
Menerapkan prinsip-prinsip kritis
terhadap bacaan
Kemampuan
yang dituntut dalam membaca kritis, yaitu:
(1) Keterampilan
menemukan informasi
(2)
Keterampilan menemukan ide pokok
(3)
Keterampilan menemukan organisasi
tulisan
(4)
Keterampilan menemukan suasana batin
bacaan
(5)
Keterampilan menyimpulkan bacaan
(6)
Keterampilan menemukan maksud dan tujuan
penulis
(7)
Keterampilan mengadakan prediksi
(8)
Keterampilan membedakan antara fakta dan
opini
(9)
Keterampilan menemukan dan membedakan
antara realitas dan fantasi
Karakteristik
Membaca Kritis
Pernahkan
Anda membaca, kemudian mengomentari bacaan atau bahkan ingin membuat/menulis
bacaan tanggapan? Jika Anda pernah mengalami hal ini berarti Anda sudah
menerapkan membaca kritis.
1.
Berpikir dan Bersikap Kritis
Membaca kritis
pada dasarnya merupakan langkah lebih lanjut dari berpikir dan bersikap kritis.
Adapun kemampuan berpikir dan bersikap kritis meliputi:
a.
menginterpretasi secara kritis;
b.
menganalisis secara kritis;
c.
mengorganisasi secara kritis;
d.
menilai secara kritis;
e.
menerapkan konsep secara kritis
(Nurhadi, 1987:143).
Adegan
teknik-teknik yang digunakan untuk meningkatkan setiap kritis adalah sebagai
berikut (cf. Nurhadi, 1987:145-181), yaitu (a) Kemampuan mengingat dan
mengenali bahan bacaan, (b) kemampuan menginterpretasi makna tersirat, (c)
kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep dalam bacaan, (d) Kemampuan
menganalisis isi bacaan, (e) kemampuan menilai isi bacaan, (f) kemampuan
meng-create bacaan atau mencipta bacaan. Keenam sikap kritis tersebut sejalan
dengan ranah kognitif dalam taksonomi Bloom yang sudah direvisi oleh Anderson
dan krathwhol (2001:268). Berikut ini adalah penjelasan masing-masing.
a. Kemampuan
mengingat dan mengenali
Kemampuan
mengingat dan mengenali meliputi kemampuan:
(1) Mengenali
ide pokok paragraph
(2)
Mengenali tokoh-tokoh cerita dan
sifat-sifatnya
(3)
Menyatakan kembali ide pokok paragraph
(4)
Menyatakan kembali fakta-fakta atau
detil bacaan
(5)
Menyatakan kembali fakta-fakta
perbandingan, unsur-unsur hubungan sebab-akibat, karakter tokoh dan sebagainya.
b.
Kemampuan memahami/menginterpretasi
makna tersirat
Tidak semua gagasan yang terdapat dalam
teks bacaan itu dinyatakan secara tersurat atau secara eksplisit pada baris
kata-kata atau kalimat-kalimat.
2. Kegiatan Dalam Membaca Kritis
Ada tiga kegiatan yang terdapat dalam
membaca kritis
(1) Membaca Dengan Berpikir
Membaca hendaknya memikirkan
persoalan-persoalan atau fakta-fakta yang ditampilkan dalam bacaan. Pembaca
memikirkan maksud dan tujuan penulis mengemukakan fakta-fakta tersebut. Tujuan
pembaca dengan cara berpikir ini supaya pembaca dapat menentukan
batasab-batasan dari persoalan-persoalan atau fakta-fakta yang dikemukakan oleh
pengarang
(2) Membaca Dengan Menganalisis
Analisis merupakan kunci membaca kritis.
Dengan menganalisis pembaca dapat mengetahui apakah gagasan atau fakta-fakta
yang dikemukakan pengarang sungguh di sokong oleh detail-detail yang
diberikannya atau tidak. Pembaca selanjutnya dengan cara itu akan dapat
memisah-misahkan mana detail-detail yang penting, mana detail yang cocok dan
detail yang tidak cocok.
(3) Membaca Dengan Penilaian
Tugas pembaca kritis adalah menilai
fakta atau pernyataan yang dapat menyokong gagasan pokok yang dikemukakan.
Pembaca harus sanggup menentukan apakah fakta yang dibacanya ada hubungannya
satu dengan yang lainnya atau mungkin pembaca nenemukan dua atau lebih fakta
yang seharusnya dipandang sebagai fakta yang terpisah. Akhirnya pembaca
menentukan penilaian terhadap fakta-fakta yang disajikan oleh penulis.
3. Bahan-bahan Membaca Kritis
Bahan-bahan yang dibaca secara kritis
meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Esai
b. Biografi
dan autografi
c. Drama
d. Laporan-laporan
yang bertentangan atau kesimpulan-
kesimpulan yang berbeda dalam lapangan sejarah, ekonomi, hukum dan
politik
e. Peristiwa-peristiwa
yang dijumpai dalam koran, majalah, propaganda dan lain-lain.
4. Teknik
Membaca Kritis
Menurut sudarso (1988:72) ada empat
teknik yang dapat digunakan dalam membaca kritis.
a. Mengerti
Isi Bacaan
Mengenali fakta dan menginterprestasikan
apa-apa saja yang dibaca dengan kata lain mengerti ide pokok, mengetahui fakta
penting dan dapat membuat kesimpulan serta menginterprestasikan ide-ide
tersebut. Fakta berguna untuk menambah informasi sedangkan ide bermanfaat untuk
menambah pemahaman. Mendapat informasi bertujuan sekedar mengetahui sesuatu itu
fakta sebaliknya pemahaman bertujuan mengetahui segalanya tentang fakta.
b. Menguji
Sumber Penulis
Apakah penulis dapat dipercaya?. Kita
harus mencari tahu kebenarannya misalnya mengetahui di bidang apa penulis itu
berkompeten, dalam hal ini termasuk uji pandangan, tujuan dan asumsi penulis
yang terdapat dalam tulisannya untuk membedakan apakah tulisan itu fakta atau
opini.
c. Interaksi
Antara Penulis Dengan Pembaca
Pembaca tidak hanya mengetahu maksud
penulis tetapi juga membandingkan dengan pengetahuan yang dimilikinya dari penulis-penulis
lain. Pembaca juga perlu menilai dan membandingkan isi bacaan dengan
pengetahuan yang ada padanya
d. Terbuka
Terhadap Gagasan Penulis
Pembaca hendaknya menghargai pendapat
yang dikemukakan oleh penulis kemudian pembaca juga mengevaluasi teknik penulisannya.
Akhirnya penulis mempertimbangkan dan mengujinya alasannya dengan alasan yang
logis dan interprestasi yang berdasar
5. Faktor
Yang Mempengaruhi Membaca Kritis
Faktor Penunjang Membaca. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca dapat di identifikasi dari
dua aspek yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal berkaitan dengan diri
pembaca secara langsung, sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri
pembaca. Faktor eksternal masih dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor
keadaan/linkungan dan faktor teks.Faktor Internal yang mempengaruhi kemampuan
membaca adalah motivasi, pengetahuan/pengalaman, ketertarikan,
kebermanfaatan, kesehatan dll. Untuk factor eksternal yang terkait dengan
lingkungan, seperti suasana, cahaya, suara, waktu, dan ruangan.
Faktor eksternal berkaitan dengan teks
yaitu pada bahasa, pilihan kata, setting/tata tulis, keterbacaan, dan isi
bacaan. Aspek-aspek di atas tersebut yang harus dikenali seoarang pembaca agar
tujuan proses membaca yang dilakukan dapat diperoleh pemahaman yang baik.
6. Strategi K-W-L dalam Pembelajaran Membaca Kritis
Keberhasilan dalam pembelajaran
ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu guru, siswa, bahan, media, metode
dan evaluasi. Proses pembelajaran akan
tercapai jika terjadi saling keterkaitan antara komponen-komponen tersebut secara baik. Begitu pula dengan pembelajaran
bahasa Indonesia khususnya pembelajaran membaca kritis. Saat
pembelajaran di kelas yang memegang peranan penting adalah pendidik/guru.
Pendidik harus merencanakan tujuan, melaksanakan dan mengevaluasi proses
pembelajaran. Untuk mencapai pembelajaran yang maksimal, pengajar harus
memilih metode yang tepat agar siswa dapat belajar secara efektif dan
efisien. Oleh karena itu, guru harus menguasai metode mengajar, memilih
dan menerapkannya sesuai dengan kondisi dan tujuan yang ingin dicapai.
Berbagai upaya sudah dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan membaca
kritis. Khusus untuk pembelajaran membaca telah dikenalkan metode-metode seperti
SQ3R, PORPE, PReP, ICOLA, K-W-L, dan sebagainya. Metode-metode tersebut di atas
bukanlah sesuatu yang benar-benar baru, hanya saja belum kesemuanya pernah
diuji terapkan.
Metode K-W-L adalah salah satu metode
pembelajaran membaca yang menekankan pada pentingnya latar belakang pengetahuan
pembaca. Dimana sebagian besar pendidik di lapangan mengabaikan latar
pengetahuan dan kepentingan pembaca (D. Ogle, 1986, Via Tierney 1990: 283).
Metode K-W-L terdiri dari tiga
langkah, yaitu langkah K- What I Know (apa yang saya ketahui),
langkah W- What I Want to Learn (apa yang ingin saya pelajari),
dan langkah L- What I Learned (apa yang telah saya pelajari). K-W-L
dikembangakan dan diuji terapkan untuk mengetahui kerangka kerja guru untuk
mengetahui kemampuan siswa. Langkah-langkah kerja tersebut meliputi
penggagasan, pengelompokan ide, hasil pertanyaan-pertanyaan, membimbing dan
mempelajari untuk lebih memahami dan
menganalisis sesuatu yang dibaca. Pelaksanaan metode ini, terdiri dari tiga
tahapan, yaitu;
pertama mengakses apa yang telah
diketahui siswa, kedua; menentukan apa yang ingin diketahui sebelum membaca,
dan ketiga; memahami apa yang dipelajari dan direkan dari bahan bacaan.
Penerapan metode K-W-L dalam
pembelajaran membaca kritis dapat di jabarkan sebagai berikut.
1. Langkah K-
Pada tahap ini ada empat langkah utama
yang dilakukan guru dalam pembelajaran yaitu, pertama; membimbing siswa
menyampaikan ide-ide tentang topik bacaan yang akan di baca,kedua; mencatat
ide-ide siswa tentang topik yang akan dibaca, ketiga; mengatur diskusi tentang
ide-ide yang diajukan siswa, keempat; Memberikan stimulus atau penyelesaian
contoh mengategori ide.
2. Langkah W-
Pada langkah kedua ini yang dilakukan adalah
membimbing mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan
topik bacaan. Selain itu, dosen juga membimbing mahasiswa untuk membuat skala
prioritas tentang pertanyaan-pertanyaan yang benar-benar mereka inginkan jawabannya.
3. Langkah L-
Pada langkah L- guru hanya membimbing siswa menuliskan kembali apa yang
telah dibaca dalam bahasanya masing-masing.
Untuk
lebih lengkapnya tentang penerapan metode K-W-L akan
dikaji dalam siklus kerja di kelas.
Menurut
Ahmad Slamet (1988:11.3) untuk dapat melakukan kegiatan membaca kritis, ada
empat macam persyaratn pokok, yakni:
1)
pengetahuan tentang bidang ilmu yang disajikan dalam bahan bacaan yang sedang
dibaca;
2)
sikap bertanya dan sikap menilai yang tidak tergesa-gesa;
3)
penerapan berbagai metode analisis yang logis atau penelitian ilmiah;
4)
tindakan yang diambil berdasarkan analisis dan pemikiran tersebut.
Jika
sorang pembaca memiliki keempat persyaratan pokok tersebut maka sorang pembaca
kritis akan dapat menarik manfaat yang sssngat penting, antara lain:
1)
pemahaman yang mendalam dan keterlibatan yang padu sebagai hasil usah
menganalisis sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan bacaan;
2)
kemampuan mengingat yang lebih kuat sebagai hasil usaha memahami berbagi
hubungan yang ada didalam bahan bacaan itu sendiri dan hubungan antara bahan
bacaan itu dengana bahan bacaan lain atau dengan pengalaman membaca
3)
kepercayaan terhadap diri sendiri yang mantap untuk memberikan dukungan
terhadap berbagi pendapat tentang isi bacaan.
Selanjutnya,Ahmad
Slamet juga menyatakan dalam proses membaca kritis dikenal tiga cara membaca,
yakni:
1)
membaca pada baris, yakni untuk dapat mengikhtisarkan keseluruhan bacaan dan
mengenal bagian- bagian sebagai bahan pijakan yang kuat untuk memberikan
penilaian terhadap isi bahan bacaan tersebut;
2)
memmbaca diantara baris, yakni menganalisis apa
yang dimaksud oleh pengarang yang
sesungguhnya,
khususnya yang tersirat;
3)
ddan membaca diluar baris, yakni untuk mengevaluasi relevansi ide-ide yang
dituangkan didalam bahasan bacaan tersebut.
Kedua
cara membaca diantara baris dan membaca diluar baris tersebut meliputi penggunaan
empat macam cara, yakni dengan menanyakan, menyimpulkan, menghubungkan, dan menilai/menempatkan. Dengan
jalan bertanya, pembaca membuat sebuah dialog denagn pengarang; dia melacak
sebab- sebab yang menjadikan suatu ide tidak jelas, tidak runtut, ajeg, atau
tidak relevan bahkan tidak dinyatakan sama sekali. Dengan jalan membuat
kesimpulan inferensi, pembaca dapat menampakkan berbagai asumsi dan implikasi
yang tersirat diantara baris. Pembaca sambil membaca membuat kesimpulan atau inferensi,
pembaca dapat menampakkan berbagai assumsi dan implikasi yang tersirat diantara
baris.
Pembaca
sambil membaaca membuat hubungan antara pikiran yang satu dengan pikiran yang
lainnya yang diungkapkan dalam bacaan itu atau pikiran- pikiran yang ada dalam
karya tulis lainnya, ataupun dengan hal-hal yang pernah dialaminya, akan dapt
melahirkan dasar-dasar untuk membandingkan berbagai macam pendapat. Dan dengan
jalan menilai, pembaca akan sampai pada
suatu pengambilan keputusan tentang nilai bahan bacaan berdasarkan ukuran-ukuran
tertentu. Penggunaan teknik membaca kritis memberikan manfaatberupa penilaian
yang beralasan serta pemahaman mantap sebagai akibat keterlibatan yang mendalam
dengan bahan bacaan. Teknik membaca kritis juga dapat membebaskan orang dari
cengkeraman sikap berpikir yang sempit dan mengembangkan kemampuan untuk
melihat dan menghargai keindahan, keteraturan, dan kebenaran, apapun yang
membawa kepada kesempurnaan.
Aneka
Kemampuan Untuk Meningkatkan Sikap Kritis
Nurhadi
(1987: 145-181) memberikan jurus-jurus latihan untuk meningkatkann sikap kritis
sebagai
berikut :
(1) Kemampuan Mengingat dan Mengenal
Kemampuan-kemampuan
yang termasuk ke daaalam kemampuan mengingat dan mengenali
ini
meliputi :
- Kemampuan mengenali ide pokok paragraf
- Mengenali tokoh-tokoh cerita berserta
sifat-sifatnya
- Menyatakan kembali ide pokok paragraf
- Menyatakan kembali gagasan utama yang
terdapat dalam bacaan
- Menyatakan kembalii perbandingan, unsur
hubungan, sebab akibat, karakter tokoh
dan
sejenisnya.
(2) Kemampuan menginterpretasikn makna tersirat
Tidak
semua gagasan yang terdapat dalam teks bacaan itu dinyatakan secara tersurat
atau
eksplisit
pada baris kata-kata atau kalimat-kalimat. Seringkali pula,, gagasan serta
makna tersebut terkandung di balik baris kata-kata atau kalimat-kalimat
tersebut, dan untuk menggalinya diperlukan sebuah interpretasi dari pembacanya.
Pembaca harus mampu memberikan ide-ide pokok dan ide-ide penunjang yang secra
eksplisit tidak dinyatakan oleh pengarangnya, serta harus mampu memberikan
fakta-fakta yang disajikan secara kritis.
Yang
termasuk kemampuan ini antara lain :
- Kemampuan menafsirkan ide pokok paragraf,
- Menafsirkan gagasan utama bacaan,
- Menafsirkan ide-ide penunjang,
- Membedakan fakta-fakta atau detail bacaan,
- Memahami secara kritis hubungan sebab akibat,
- Memahami secara kritis unsur-unsur
perbandingan.
(3)
Kemampuan mengaplikasi konsep-konsep dalam bacan
Seorang
pembaca kritis tidak boleh berhenti sampai
pada aktivitas menggali makna tersirat
melalui
pemahaman dan interpretasi secara kritis saja, tetapi dia juga harus mampu
menerapkan konsep-konsep yang terdapat dalam bacaan ke dalam situasi baru yang
bersifat problematis.
Kemampuan-kemampuan
pada tarap ini meliputi:
-
Kemampuan mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam bacaan,
-
Menerapkan konsep-konsep atau gagasan-gagasan utama bacaan ke dalam situasi
baru yang
problematis,
-
Menunjukan kesesuaian antara gagasan utama dan situasi yang dihadapi.
(4)
Kemampuan menganalisis isi bacaan
kemampuan
menganalisis ialah kemampuan pembaca melihat komponen-komponen atau
unsur-unsur
yang membentuk suatu kesatuan. Sebagaimana kita ketahui, kessatuan dalam bacaan
meliputi gagasan utama, kesimpulan-kesimpulan, pernytaan-pernyataan dan sebagainya,
lalu pembaca diharapkan melihat fakta-fakta, detil-detil penunjang, atau
unsur-unsur pembentuk yang lain yang tidak tersebutkan secara eksplisit.
Kemamppuan
menganalisis inti bacan ini meliputi hal-hal berikut
-kemampuan
memberikan gagasan utama bacaan,
-memberi
detil-detil atau data-data penunjang,
-mengklasifikasikan
fakta-fakta,
-membandingkan
antara gagasan yang terdapat dalam bacaan,
- memberikan detil-detil atau data- data
penunjang,
- mengklasifikasikan fakta-fakta,
- membandingkan antar gagasan yang terdapat
dalam bacaan,
- membandingkan karakteristik tokoh yang
terdapat dalam bacaan.
(5).
Kemampuan membuat sintesis
kemampuan
membuat sintesis merupakan kemampuan pembaca melihat kesatuan gagasan melalui bagian-
bagiannya. Sebagaimana kita ketahui, sebuahteks bacaan, apapun bentuknya, pada
dasarnya didalamnya membuat sebuah kesatuan gagasan yng bulat dan utuh. Hanya
saja akibat cara dan gaya pengungkapan yang pengungkapannya yang berbeda
terkadang gagasan atau pesan tersebut terlihat samar-samar atau berpencaran.
Dalam kasus semacam itu, kewajiban pembaca adalah melakukan penyintesisan.
Bentuk- bentuk penyintesisan tersebut, misalnya, berupa kesimpulan atau
ringkasan, ide pokok, gagsana utama bacaan, tema atau kerangka karangan.
Secara
rinci kemampuan tersebut meliputi:
-
kemampuan membuat kesimpulan bacaan,
-
mengorganisasikan gagasan utama bacaan,
-
mementukan tema karangan,
-
menyuseun kerangka karangan,
-menghubungkan
data-data sehingga diperoleh suatu kesimpulan,
-
membuat ringkasan atau ikhtisar.
(6).
Kemampuan menilai isi bacaan
kemampuan
yang perlu disahkan berikutnya sebagai sarana pembentukan sikap kritis, yakni
kemampuan
menilai isi dan penataan bacaan secara kritis. Maksudnya, seorang pembaca
kritis harus mampu melakukuan penilaian- penilaian terhadap keseluruhan isi
bacaan melalui aktivitas- aktivitas mempertimbangakn, menilai, dan menentukan
keputusan- keputusan. Caranya antara lain dengan mengajukan penilaian atas
kebenaran gagasan atau pernyataan yang dikemukakan oleh penulis lewat pertanyaan-
pertanyaan seperti: apakah pernyataan tersebut benar? Apa maksud yang ingin
dituju oleh pengarang lewat tulisan yang dibuatnya tersebut?
Kemampuan
menilai bacaan ini merupakan kemampuan tertinggi pada tingkatan intelektual
seorang
pembaca karena dia tidak begitu saja mempercayai terhadap apa-apa yang
dibacanya sebelum dilakukan proses pengkajian terlebih dahulu. Secararinci,
kemampuan yang menyangkut sikap kritis dalam menilai bacaan, terutama terhadap
aspek isi dan penggunaan bahasa dalam karangan ini meliputi:
-
kemampuan menilai kebenaran gagasan utama atau ide pokok paragraf atau bacaan
secara
keseluruhan,
-
kemampuan menilai dan menentukan bahwa pernyataanadalah sebuah fakta atau
sekedar sebuah opini saja,
-
kemampuan menilai dan menentukan apakah sebuah bacaan diangkat berdasarkan
realitas atau hanya didasarkan atas fantasi pengarangnya saja
-
kemapuan menentukan tujuan pengarang dalam menulis karangannya,
-
kemempuan menentukan relevansi antara tujuan dengan pengembangan gagasan,
kemempuan
menentukan keselarasan antara data yangdiungkapkan dengan kesimpulan yang
dibuat oleh pengarang,
- kemampuan menilai keakuratan penggunaan
bahasa yangdilakukan oleh
pengarang,
baik pada tatar kata, frasa, kalimat, maupun pada tatar kalimat.
Untuk
mengakhiri bahasan membaca kritis ini berikutakan dikutipkan uraian tjuh
prosedur
dengan
komentarnya ihwal membaca kritis sebagaimanadikatakan oleh Ahmad Slamet
(1988:11.20).
1. Berpikirlah secara kritis
Komentar
: Membaca kritis menunutu aktivitas, kewaspadaan dan kebijaksanaan pembaca. Ini
berarti apresiasi/penghargaan terhadap ketepatan penyajian penullis ataupun
rencana terhadap segala kelemahan dan kekurangannya. Memikirkan membaca secara
demikian memberi makna tentang bedanya membaca itu dari sekedar membeo
kata-kata pengarang.
2. Lihatlah apa yang ada dibalik kata-kata itu
untuk mengetahui motivasi penulis dalam usahanya itu.
Komentar
: Apa yang hendak diusahakan oleh penulisitu terhadap pikiran pembahasannya? Efek
apa yang dimiliki kata-kata penulis itu dalam usahanya mempengaruhi pembacanya.
Kadang- kadang tampak perbedaan yang besar antara apa yang dikatakan pengarang dengan apa yang dimaksud
olehnya
3. Waspadailah terhadap kata- kata yang
mempunyai sifat berlebihan: yang tidak tentu batasannya, yang emosional, yang
ekstrim, atau yang merupakan generalisasi yang berlebihan.
Komentar:
Kata-kta seperti hanya, mustahil, pasri sempurna seluruhnya, setiap, tidak ada
bandingannya,
luar biasa, dan kata-kata sejenis lainnya selalu menimbulkan keraguan bagi
pembaca yang kritis. Waspadailah terhadap generalisasi yangterlalu luas
cakupannya.
4. Waspadailah terhadap perbandingan yang tidak
memenuhi persyaratan .
5. cermati logika yang tidak logis.
Komentar:
kadang-kadang penulis menggunakan kalimat-kalimat dan jalan pikiran yang tidak
hati-hati. Kesalhan seperti itu merupakan muslihat mereka yang bermaksud
mengacaukan jalan pikiran anda, dan mengabutkan permaslahan.
6. Perhatikan pernyatan yang anda baca itu secara
persegi dan tidak emosional
Komentar:
serinkalli khayalan pembaca berada di antara kata-kata di atas kertas dan
pemahanan atas kata-kata itu. Keadaan tersebut sangat berbahaya, sebab dengan
demikian pembaca mencamkan makna-makna yang sesungguhnya tidak tertera pada
halamanan yang sedang dibaca itu. Berhati-hatilah jangan sampai mencoba
mencari sesuatu di dalam suatu
pernyataanyang tidak ada sangkut pautnya dengan kat-kata yang ada pada
baris-baris yang anda baca itu.
7. Janganlah anda menjadi bimbang karena anda
mengetahui apa yang anda baca itu mesri sesuai dengan pikiran penulis.
Komentar:
anda tidak usah harus selalu setuju dengan apa yang anda baaca. Namun demikian,
anda dituntut untuk memahami apa yang anda itu sebaik-baiknya. Ada dua proses
yang sangat berbeda sekali: yang bersifat emosional dan yang bersifat
intelektual. Janganlah sekali-kali keduanya itu dikacaukan.
Membaca Ide
Membaca ide adalah kegiatan pembaca
yang ingin mencari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan.
Kemudian menurut Anderson (1972) sebagaimana dikutip oleh Tarigan (2008:117)
membaca ide merupakan kegiatan membaca yang bertujuan untuk mencari jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan berikut dari suatu bacaan:
a)
mengapa hal itu merupakan judul atau topic yang baik.
b) masalah apa saja yang dikupas atau
dibentangkan dalam bacaan tersebut.
c)
hal-hal apa yang dipelajari dan dilakukan oleh sang tokoh.
Dalam mencari ide-ide dalam suatu
bacaan kita dapat menikmati keunikaan yang terkandung dalam bacaan tersebut.
Keunikan dari ide-ide tersebut kadang kala membuat pembaca berimajinasi dengan
pikirannya. Dengan adanya kegiatan tersebut muncul ide-ide baru dari hasil kegiatan membaca ini.
Ide
dalam sebuah bacaan terkandung dalam paragraf yang disebut ide pokok. Dalam
bahasa Indonesia, ide pokok bersinonim dengan istilah pikiran utama, pokok
pikiran, kalimat pokok, yang semuanya mempunyai arti yang sama serta mengacu
pada pengertian kalimat topik. Gagasan pokok yang menjadi bahasan sebuah
paragraf disebut pokok bahasan atau topik (Sakri 1992:3). Dalam sebuah paragraf
pastilah terdapat kalimat pokok atau kalimat utama, kalimat tersebut merupakan
kunci dan pokok bahasan.
Zainuddin (1992:46) paragraf adalah
satuan bahasa yang mengandung ide untuk mengungkapkan buah pikiran yang dapat
berupa satu atau beberapa kalimat. Buah pikiran tersebut dapat diuraikan ke
dalam beberapa kalimat. Namun, pada umumnya dalam suatu paragraf terdapat satu
ide pokok atau gagasan pokok yang dijabarkan sehingga terdapat pikiran utama
dan pikiran penjelas. Pikiran utama biasanya terdapat pada awal paragraf,
tengah paragraf, awal dan akhir paragraf atau pun terdapat pada seluruh
paragraf.
Hal senada juga disampaikan oleh
Mustakim (1994:112) paragraf sebagai suatu bentuk pengungkapan gagasan yang
terjalin dalam rangkaian beberapa kalimat. Dalam praktiknya, paragraf terkadang
hanya terdiri dan beberapa kalimat atau pun hanya satu kalimat. Namun, jumlah
kalimat tersebut bukanlah menjadi ukuran dalam penyebutan paragraf. Hal
tersebut karena yang terpenting dalam sebuah paragraf adalah kesatuan gagasan
yang diungkapkannya.
Paragraf adalah bagian bacaan yang
mengandung satu satuan gagasan, yang biasanya disebut dengan ide pokok paragraf
(Nurhadi 2005b:69). Lebih lanjut menurut Nurhadi, beberapa teinpat kalimat
utama atau ide pokok antara lain (1) ide pokok di awal paragraf (kalimat
pertama); (2) ide pokok di akhir kalimat (kalimat penutup); (3) kalimat topik
terdapat pada kalimat pertama dan terakhir; (4) ide pokok menyebar di seluruh
paragraf.
Haryanta (2008) mengungkapkan, inti atau
ide pokok paragraf merupakan gagasan yang secara struktural maknawi membawakan
gagasan yang lain. Oleh karena itu, inti atau ide pokok merupakan suatu konsep
yang secara ordinatif mencakup konsep gagasan lain mengubordinasi gagasan
kalimat.
Soedarso (2004:66) paragraf adalah kumpulan kalimat
yang berisi satu gagasan. Satu paragraf mengandung satu ide, satu pokok
pikiran, satu tema, dan satu gagasan. Paragraf merupakan jalan yang ditempuh
oleh penulis untuk menyampaikan buah pikirannya. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan membaca. Dalam satu paragraf ada kalimat pokok atau kalimat kunci.
Kalimat itu mengandung ide pokok paragraf. Kalimat lainnya adalah kalimat
pendukung, yang menguraikan, menjelaskan, melukiskan, menjabarkan, atau
menyajikan contoh-contoh ide pokok.
Gagasan utama atau ide pokok dalam paragraf
merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam paragraf. Gagasan utama atau ide
pokok paragraf biasanya terdapat dalam kalimat utama. Kalimat utama pada
umumnya berupa kalimat yang pertanyaannya paling umum dalam sebuah paragraf.
Dilihat dari segi tempatnya kalimat utama pada umumnya berada pada awal atau
akhir paragraf. Gagasan utama atau ide pokok dapat ditemukan dengan
menghilangkan bagian atau membuang bagian yang tidak penting.
Karena masih bersifat umum, gagasan utama atau ide
pokok perlu penjelasan atau rincian. Rincian inilah yang disebut dengan gagasan
penjelas. Gagasan penjelas dapat berupa rincian, contoh, perbandingan, atau
pertentangan. Dalam suatu wacana biasanya terdapat beberapa kalimat topik yang
berasal dari pengembangan paragraf demi paragraf. Satu paragraf hanya
mengandung satu kalimat topik. Secara garis besar teknik pengembangan paragraf
ada dua macam. Teknik pertama, menggunakan “ilustrasi”. Apa yang dikatakan
kalimat topik itu dilukiskan dan digambarkan dengan kalimat-kalimat penjelas,
sehingga di depan pembaca tergambar dengan nyata apa yang dimaksud oleh
penulis. Teknik kedua, dengan “analisis”, yaitu apa yang dinyatakan kalimat
topik dianalisis secara logis, sehingga pernyataan tadi merupakan sesuatu yang
meyakinkan.
Dalam praktik pengembangan paragraf, kedua teknik di
atas dapat dirinci lagi menjadi beberapa cara yang lebih praktis, diantaranya
dengan (a) memaparkan hal-hal yang khusus (umum-khusus/khusus-umum); (b)
memberikan contoh; (c) menampilkan fakta-fakta; (d) memberikan alasan-alasan;
dan (e) dengan perbandingan, definisi luas, atau campuran (Wagiran dan Doyin
2005:57).
Soedarso (2004:64-65) menjelaskan bahwa ide pokok
dapat ditemukan di semua bagian buku. Buku secara keseluruhan mempunyai ide
pokok yang umum, kemudian tiap bab mempunyai ide pokok yang agak spesifik.
Setiap bab terbagi lagi menjadi bagian bab yang mempunyai ide pokok yang lebih
spesifik lagi dan setiap bagian bab terbagi menjadi paragraf yang mengandung
ide pokok yang amat spesifik.
Untuk memudahkan Anda mendalami sebuah buku,
hendaklah Anda selalu menemukan ide pokok pada setiap buku yang meliputi: (1)
ide pokok buku keseluruhan; (2) ide pokok bab; (3) ide pokok bagian
bab/sub-bab; dan (4) ide pokok paragraf. Jika ide pokok sulit dikenali, Anda
perlu membaca semua detail secara hati-hati agar lebih mudah memahami. Jika ide
pokok sudah Anda dapatkan, Anda dapat menjabarkan detail yang mendukung atau
Anda dapat membaca detail itu dengan kecepatan yang tinggi.
Menurut Nurhadi (2004:69) tujuan membaca adalah
menangkap gagasan utama atau ide pokok yang melandasi pengembangan bacaan itu.
Maksudnya adalah ide-ide yang membangun keseluruhan bacaan. Pada dasarnya
sebuah teks bacaan yang utuh adalah sebuah bangun yang terdiri atas
gagasan-gagasan yang lebih kecil. Untuk menangkap ide dasar itu secara cepat
yang terpenting bagi seorang pembaca adalah menyerap ide-ide yang lebih kecil.
Ide pokok paragraf, misalnya. Untuk ini ada semacam petunjuk atau indikator
dalam mengenalinya.
Ide pokok paragraf pada umumnya berada pada
kalimat-kalimat topik (kalimat utama). Kalimat ini yang biasanya menjadi
tumpuan pengembangan paragraf. Oleh karena itu, untuk menemukan ide pokok
paragraf ini, caranya adalah dengan mencari kalimat utama. Setelah itu, pembaca
bisa mengabaikan kalimat yang lain. Tempat kalimat utama atau kalimat topik
biasanya dapat dilacak di beberapa tempat, yaitu:
1) Kalimat topik di awal paragraf (kalimat pertama)
Membaca kalimat pertama, kemungkinan ide pokok itu
ada di awal paragraf. Paragraf induktif biasanya berciri demikian. Simpulan
dulu baru penjelasan.
2) Kalimat topik ada pada akhir kalimat (kalimat
penutup)
Bila tidak ditemukan pada kalimat pertama, maka
pembaca dapat mencari pada kalimat yang terakhir. Paragraf deduktif, pada
umumnya berciri demikian. Penjelasan dulu, baru kemudian simpulan. Simpulan ini
tertampung pada kalimat terakhir.
3) Ide pokok terdapat pada kalimat pertama dan
terakhir. Pembaca dapat mencari pada gabungan antara kalimat pertama dan
kalimat terakhir, jika prosedur kedua juga gagal.
4) Ide pokok paragraf menyebar di seluruh paragraf.
Jika tidak menemukannya melalui prosedur satu, dua, dan tiga, maka pembaca
harus mencari ide pokok sendiri, sebab ide pokok menyebar di seluruh paragraf.
Artinya pengarang hanya menyatakan ide pokok secara implisit. Pembaca sendiri
yang harus membuat simpulan.
Tarigan (2009:25-28) mengatakan bahwa berdasarkan
letak ide pokoknya paragraf dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) paragraf yang
berpolakan umum-khusus (deduktif); (2) paragraf yang berpolakan khusus-umum
(induktif); dan (3) paragraf yang berpolakan campuran, seperti umum-khusus-umum
dan khusus-umum-khusus.
Pertama, paragraf yang berpolakan umum-khusus
(deduktif). Kerangka paragraf yang termasuk dalam kategori deduktif adalah
sebagai berikut.
1) transisi (berupa kata), kalimat topik, dan kalimat
pengembang;
2) transisi (berupa kalimat), kalimat topik, dan
kalimat pengembang;
3) kalimat topik dan kalimat pengembang.
Kedua, paragraf berpolakan khusus-umum (induktif).
Kerangka paragraf yang tergolong dalam kategori induktif adalah kalimat
pengembang dengan kalimat topik.
Ketiga , paragraf yang berpolakan campuran, seperti
umum-khusus-umum dan khusus-umum-khusus. Kerangka paragraf yang termasuk dalam
kategori ini adalah sebagai berikut.
1) transisi (berupa kata atau kalimat), kalimat topik,
dan kalimat pengembang.
2) kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat
penegas.
Paragraf yang berpola umum-khusus, dengan atau tanpa
transisi (berupa kata atau kalimat), terdiri atas bermacam-macam jenis.
Beberapa diantaranya, yaitu paragraf deduksi, paragraf induksi, dan paragraf
campuran.
1) Paragraf Deduksi
Paragraf deduksi adalah paragraf yang kalimat topiknya terletak di awal
paragraf. Kalimat topik tersebut dikembangkan dengan pemaparan atau pun
deskripsi sampai bagia-bagian kecil sehingga pengertian kalimat topik yang
bersifat umum menjadi jelas.
2) Paragraf Induksi
Paragraf induksi adalah paragraf yang kalimat topiknya terletak di akhir
paragraf. Paragraf dimulai dengan penjelasan bagian-bagian kongkret atau khusus
yang dituangkan dalam beberapa kalimat pengembang. Berdasarkan penjelasan itu,
pengarang sampai pada simpulan umum yang dinyatakan dengan kalimat topik pada
bagian akhir paragraf.
3) Paragraf Campuran
Paragraf campuran adalah paragraf yang kalimat topiknya terdapat pada
kalimat pertama dan kalimat terakhir. Paragraf dapat dimulai dengan kalimat
topik disusul dengan kalimat pengembang dan diakhiri kalimat penegas.
Sebuah bacaan umumnya memiliki gagasan pokok dan
gagasan penjelas. Gagasan pokok suatu paragraf merupakan ide pokok yang
terkandung dalam paragraf. Sebuah paragraf tidak akan sempurna jika hanya
memiliki ide pokok saja tanpa adanya gagasan penjelas. Nurhadi (2004:72)
menjelaskan untuk mengetahui apakah kalimat dalam suatu paragraf mengandung ide
pokok atau penjelas, dapat diketahui dengan melihat kata-kata kunci yang
mengawali kalimat tersebut. Berikut ini deretan kata-kata kunci itu.
Setelah mengetahui kata-kata kunci ide pokok
paragraf, selanjutnya adalah cara menemukan ide pokok dalam paragraf. Untuk
menemukan ide pokok, seseorang harus melakukan latihan. Latihan tersebut
meliputi (1) latihan menemukan letak ide pokok dalam paragraf; (2) latihan yang menyatakan ide pokok sebuah
paragraf; (4) latihan menemukan ide pokok dengan kecepatan membaca tinggi.
Setelah mengetahui kata-kata kunci ide
pokok paragraf, selanjutnya adalah cara menemukan ide pokok dalam paragraf.
Untuk menemukan ide pokok, seseorang harüs melakukan latihan. Latihan tersebut
meliputi
a)
latihan menemukan letak ide
pokok dalam paragraf
b)
latihan menyatakan ide pokok
sebuah paragraf;
c)
latihan menangkap maksud
paragraf;
d)
latihan menemukan ide pokok
dengan kecepatan membaca yang tinggi.
Hayon (2007:59) memaparkan bagaimana
cara untuk mengetahui ide pokok paragraf secara cepat dan tepat yaitu pembaca
terlebih dahulu hams memiliki pengetahuan dasar mengenai penyusunan sebuah
paragraf. Pengetahuan tersebut diantaranya :
a)
mengetahui letak-letak kalimat
utama, kalimat utama biasanya terletak pada awal paragraf (pada kalimat pertama
atau kedua), bagianbagian akhir (pada kalimat terakhir atau kedua dan
terakhir), dan gabungan (pada bagian awal dan akhir);
b)
mengetahui ide pokok, biasanya
berbentuk kata atau frase, kadangkala ide pokok terlihat jelas atau tersurat,
tetapi ada juga yang tersirat;
c)
mengetahui cara menentukan ide
pokok, ide pokok dapat dilihat dan kata pada kalimat utama yang diulang
kembali, diganti dengan kata ganti persona atau kata yang sama arti, dan
diikuti kata ganti penunjuk pada kalimat-kalimat penjelas;
d) mengetahui ide-ide penjelas yang terdapat
pada kalimat-kalimat penjelas. Dengan mengetahui ide pokok suatu paragraf,
pembaca dapat mengikuti cara berpikir dan seorang penulis.
Penulis dalam
mengungkapkan idenya, biasanya dalam bentuk satu atau dua kalimat. Kalimat-kalimat tersebut merupakan pokok pikiran penulis untuk
menyampaikan sesuatu. Dalam menyampaikan sesuatu, penulis menyertakan topik
paragraf karena topik itu menjadi subjek pembicaraan. Namun, sering kali ide
pokok tidak dapat diketahui dengan mudah, karena tidak se1manya ide pokok
selalu tersurat dalam sebuah kalimat. Untuk memudahkan dalam menemukan ide
pokok, dapat dilakukan dengan cara (1)
menemukan topik terlebih dahulu; (2) tanyakan pada diri Anda dengan sejumlah
pertanyaan, Apa ide pokok paragraf ini apa sebenarnya yang ingin penulis
katakan dengan topik seperti ini? Kalimat mana yang menyatakan ide pokok itu?
(Nuriadi 2008:149). Dalam hal ini, pembaca dituntut berpikir kritis dalam
memahami isi suatu bacaan.
Dan beberapa pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa cara untuk menemukan ide pokok dapat dilakukan dengan cara :
1)
terlebih dahulu mengetahui
topik dalam bacaan;
2)
dapat menggunakan kata kunci
sesuai dengan tabel di atas,yaitu kata kunci untuk mengetahui mana yang
termasuk ide pokok atau hanya sebagai kalimat penjelas saja.
3) mengetahui letak-letak ide pokok dalam
suatu paragraf.
Membaca Telaah Bahasa
Membaca
telaah bahasa mencakup membaca bahasa asing dan membaca sastra. Tujuan membaca
bahasa asing dalam tataran rendah adalah memperbesar daya kata (increasing word power) dan
mengembangkan kosa kata (developing
vocabulary. Dalam tataran yang lebih tinggi tentu saja bertujuan mencapai
kefasihan (fluency). Membaca sastra (literary
reading) merupakan kegiatan
membaca karya-karya sastra, baik dalam hubungannya dengan kepentingan apresiasi
maupun dalam hubungannya dengan kepentingan studi atau kepentingan pengkajian.
Dalam
karya sastra unsur keindahan sangat menunjang terhadap hasik karya sastra.
Unsur keindahan sangat menunjang terhadap hasil karya sastra. Unsur keindahan
antara bentuk dan isi pada karya sastra mempengaruhi keserasian, keharmonisan
pada hasil karya sastra. Oleh karena itu penguasaan teknik membaca sangatlah
dibutujkan. Selain membaca teknik yang tepat kita menelaah tang terkandung
dalam bahan bacaan.
Soedjono (1983:109-124) berpendapat
bahwa kegiatan membaca sebagai suatu keterampilan, membaca dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis antara lain membaca bahasa, membaca cerdas atau membaca
dalam hati, membaca teknik, membaca emosional dan membaca bebas. Membaca bahasa adalah membaca yang
mengutamakan bahasa bacaan. Dalam hal mi mementingkan segi bahasa bacaan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kesesuaian pikiran dengan bahasa,
perbendaharaan yang meliputi kosa kata, struktur kalimat dan ejaan. Membaca teknik adalah membaca dengan
menguraikan bacaan secara wajar, Wajar maksudnya sesuai ucapan, tekanan, dan
intonasinya. Pikiran perasaan dan kemampuan yang tersimpan dalam bacaan dapat
diaktualisasikan dengan baik. Membaca ermosional adalah sebagai sarana untuk memasuki perasaan, yang dimaksud membaca
emosiohal adalah keindahan isi d keindahan bahasanya.
Sumber:
Haryadi. 2006. Retorika
Membaca. Rumah Indonesia : Semarang
Haryadi. 2012. Dasar-dasar
Membaca. Semarang
http://tugaskampuss.blogspot.com/2010/02/model-dan-metode-membaca.html
http://ahmadefendy.blogspot.com/2010/01/metode-membaca.html http://arisandi.com/jenis-jenis-membaca/
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2060360-jenis
membaca/#ixzz2DbeJmSv3
1 komentar:
Lengkap sekali. Terima kasih, sangat membantu
Posting Komentar