Recent Posts

Selasa, 09 Desember 2014

Hakikat Membaca Ekstensif dan Intensif








Hakikat Membaca Ekstensif dan Intensif 

2.1               Membaca Ekstensif
Menurut Tarigan (2008:11-13), membaca dalam hati dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu membaca ekstensif dan intensif. Pengklasifikasian tersebut menurut Harras (1997:7) tinjau dari sudut cakupan bahan bacaan yang dibaca, tujuan, dan waktu yang diperlukan dalam membaca. Membaca ekstensif adalah membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Tujuan membaca ekstensif adalah untuk memahami isi yang penting dengan cepat (Tarigan 1994:31). Membaca ekstensif adalah membaca untuk memahami hal-hal penting dengan cepat sehingga membaca secara efisien dapat terlaksana. Jika dilihat dari segi waktu, membaca ekstensif relatif lebih hemat karena pembaca cukup membaca objek secara sekilas, bukan kata per kata, kalimat per kalimat, atau paragraf per paragraf, tetapi menatap penuh bacaan untuk mencari bagian mana yang dibutuhkan dari bacaan. Dari segi tujuan, kegiatan membaca ekstensif adalah untuk memahami isi atau hal-hal penting dengan cepat. Dengan membaca ekstensif, seseorang dapat mendapatkan tujuan membaca dalam waktu yang relatif singkat.

Sebelum mulai membaca, biasanya pembaca akan melakukan terlebih dulu apa-apa yang akan dibacanya. Pembaca menyurvei bagian bacaan yang akan kita pelajari, yang akan ditelaah, dengan jalan: (1) memeriksa, meneliti indes-indeks, daftar kata-kata yang terdapat dalam bukubuku; (2) melihat-lihat, memeriksa, meneliti judul-judul bab yang terdapat dalam buku-buku yang bersangkutan; (3) memeriksa, meneliti bagan, skema, outline buku yang bersangkutan.
Membaca ekstensif dalam penggunaan secara umum bisa disebut membaca cepat. Membaca cepat adalah kemampuan membaca dengan memperhatikan dan tujuan membaca. Kecepatan membaca harus fleksibel, artinya kecepatan itu tidak harus selalu sama, ada kalanya diperlambat karena bahan-bahan dan tujuan kita membaca (Soedarso 2004:18). Kecepatan membaca dapat disesuaikan dengan kebutuhan membaca apabila kata-kata dalam bacaan tergolong tidak asing, dapat dilalui dengan cepat. Namun, apabila ada kata-kata yang tergolong asing dapat diperlambat untuk memahami makna kata tersebut. Soedarso dengan buku Speed Reading (2002:18) mengatakan bahwa membaca cepat adalah kemampuan membaca dengan kecepatan yang sama. Menurutnya kecepatan membaca harus fleksibel. Artinya, kecepatan itu tidak harus sama, ada kalanya diperlambat karena bahan dan tujuan kita membaca.
Membaca cepat adalah kegitan merespon lambang-lambang cetak atau lambang tulis dengan pengertian dengan pengertian yang tepat dan cepat (Hemowo 2005:9). Nurhadi (2005:3 1) mengungkapkan membaca cepat dan efektif yaitu jenis membaca yang mengutamakan kecepatan, dengan tidak meninggalkan pemahaman terhadap aspek bacaanya. Dengan demikian seseorang dengan membaca tidak hanya kecepatannya yang menjadi patokan namun juga disertai pamahaman dan bacaan.
Memba cepat merupakan sistem membaca dengan memperhitungkan waktu baca dan tingkat pemahaman terhadap bahan yang dibacanya (Suyoto 2008). Apabila seseorang dapat membaca dengan waktu yang sedikit dan pemahaman yang tinggi maka seseorang tersebut dapat dikatakan pembaca cepat.
Dan beberapa pengertian diatas dapat diambil simpulan membaca cepat adalah proses membaca bacaan untuk memahami isi-isi bacaan dengan cepat. Membaca cepat memberi kesempatan unutk membaca secara luas, bagian-bagian yang sudah sangat dikenal atau dipahami tidak dihiraukan. Perhatian dapat difokuskan pada bagian-bagian yang baru atau bagian-bagian yang belum dikenal. Dengan membaca cepat dapat diperoleh pengetahuan yang luas tentang apa yang dibacanya.
Tujuan membaca cepat adalah untuk memperoleh banyak pemahaman dari bacaan. Tidak ada gunanya dapat membaca cepat tetapi tidak dapat memahami bacaan secara memadai. Tetapi apabila kita dapat memahami dengan pemahaman sepenuhnya tetapi kacapatan bacanya sangat lambat, tidak dapat dikatakan membaca secara efisien. Memang kita harus mencapai keseimbangan yang baik antara kecepatan dan pemahaman membacanya. Dengan latihan yang tekun dan terus menerus, kita akan mampu membaca cepat sekaligus mampu memahami isi bacaan. Apabila kita dalam membaca tidak menanggapi kata demi kata melainkan  menanggapi gagasan yang ada maka dengan sendirinya kecapata membaca kita akan meningkat.
Hal terahir yang perlu kita ingat dalam perihal kecapatan membaca ialah tidak ada kecepatan membaca yang merupakan kecepatan terbaik untuk tiap jenis bacaan cerpen dan biografi, misalnya tidak perlu baca dengan kecepatan yang sama. Dalam sebuah buku pelajaran pun, meteri-materinya tidak perlu dibaca dengan kecepatan yang sama, kita perlu menesuaikan kecepatan baca kita dengan tingkat kesukaran bahan dan tngkat pemahaman yang hendak kita capai (Widyamartaya 1992:29).
Dengan membaca cepat kita bias hendajnya bias mendapatkan informasi yang aptual, dengan membaca bias menembah pngetahuan yang nantinya bias mengubah kita menjai orang yang berpengetahuan tinggi atau intelektual. Jadi ngan membaca cepat kita akan mampu membaca cepat sekaligus mampu memahami isi bacaan.
Orang-orang yang tidak mendapatkan bimbingan latihan khususn membaca cepat, sering mudah lelah dalam membaca karena lamban membacanya, tidak ada gairah membaca, tidak terbiasa membaca buku da butuh waktu lama untuk menyelesaikan buku yang tipis sekalipun. Untuk dapat membaca dengan cepat hal-hal yang dapat menghambat kelancaran atau kecepatan membaca harus dihilangkan.
Membaca cepat bagi orang awam atau seseorang yang tidak mendapatkan latihan khusus membuat mereka berasa lelah dalam membaca karena lamban dalam membaca. Hal tersebut dapat diperkuat dengan adanya kebiasaan-kebiasaan buruk dalam membaca. Soedarso (2004:5) hal-hal yang menghambat membaca cepat adalah (1) vokalisasi; (2) gerakan bibir; (3) gerakan kepala; (4) menunjuk dengan jari; (5) regresi; dan (6) subvokalisasi. Lebih lanjut Nurhadi (2005b:3 1) menyampaikan mengenai hambatan membaca cepat antara lain (1) menyuarakan apa yang dibaca; (2) membaca kata demi kata; (3) membantu melihat/menelusuri baris-baris bacaan dengan alat-alat tertentu (ujung pensil, ujung jan); (4) menggerak-gerakkan kaki atau anggota tubuh yang lain; (5) konsentrasi berpikir terpecah dengan hal-hal lain di luar bacaan; (6) bergumam-gumam atau bersenandung; (7) kebiasaan berhenti lama di awal kalimat, paragraf, sub-sub bab, bahkan di tengah-tengah kalimat; (8) kebiasaan mengulang-ulang unit-unit bacaan yang telah dibaca.
Harjasujana (1997) faktor yang mempengaruhi membaca menurutnya, sekurang-kurangnya ada lima hal pokok yang dapat mempengaruhi proses pemahaman sebuah wacana antara lain (1) latar belakang pengalaman; (2) kemampuan berbahasa; (3) kemampuan berpikir; (4) tujuan membaca; dan (5) berbagai afeksi seperti motivasi, sikap, minat, keyakinan, dan perasaan.
Selain faktor-faktor di atas, kecepatan membaca juga dipengaruhi oleh faktor kebiasaan buruk dalam membaca antara lain (1) membaca dengan vokalisasi (suara nyaring); (2) membaca dengan gerakan bibir; (3) membaca dengan gerakan kepala; (4) membaca dengan menunjuk baris bacaan dengan jari, pena, atau alat lainnya; (5) membaca dengan mengulang kata, atau baris bacaan (regresi); (6) membaca dengan subvokalisasi (melafalkan bacaan dalam batin atau pikiran); (7) membaca kata demi kata; (8) membaca dengan konsentrasi yang tidak sempurna; (9) membaca hanya jika perlur ditugasi/dipaksa saja (insidental).
Lebih lanjut Pearson (dalam Pamungkas 2008) faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan membaca adalah faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal). Faktor dalam (internal) meliputi kompetensi bahasa, minat dan motivasi, sikap dan kebiasaan, dan kemampuan membaca. Faktor luar (eksternal) dibagi lagi menjadi dua kategori, yaitu (a) unsur dalam bacaan, dan (b) sifat-sifat lingkungan baca. Unsur dalam bacaan berkaitan dengan keterbacaan dan faktor organisasi teks. Sifat lingkungan baca berkenaan dengan fasilitas, guru, model pengajaran, dan lain-lain.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, hambatan-hambatan dalam membaca cepat antara lain (1) vokalisasi; (2) gerakan bibir; (3) gerakan kepala; (4) menunjuk dengn jar pena, atau alat lainnya; (5) regresi; (6) subvokalisasi; dan (7) minat dan motivasi.
Soedarso (2004:19) menguraikan cara meningkatkan kecepatan membaca antara lain (1) melihat dengan otak karena otak menyerap apa yang dilihat mata serta persepsi dan interpretasi otak terhadap tulisan yang dilihat oleh mata dapat mempengaruhi pemahaman tediadap bacaan; (2) menggerakkan mata terarah (fixed) pada suatti sasaran (kata) dan melompat ke sasaran berikutnya; (3) melebarkan jangkauan matadan lompatan mata yaitu satu fiksasi meliputi dua atau tiga kata; (4) membaca satu fiksasi untuk satu unit pengertian; dan (5) meningkatkan konsentrasi karena dengan konsentrasi, pembaca menjadi cepat mengerti dan memahami bacaan.
Nurhadi (2005b:30-32) lebih detail menguraikan cara meningkatkan kecepatan membaca yaitu (1) menerapkan metode dan teknik membaca; (2) memilih aspek tertentu saja yang dibutuhkan dalam bacaan sesuai dengan tujuan membaca; (3) membiasakan untuk membaca pada kelompok-kelompok kata; (4) jangan mengulang kalimat yang telah dibaca; (5) jangan selalu berhenti lama di awal bans atau kalimat; (6) cari kata-kata kunci yang menjadi tanda awal dan adanya gagasan utama sebuah kalimat; (7) abaikan kata-kata tugas yang berulang-ulang seperti yang, di, dari, pada dan sebagainya; (8) jika penulisan dalam bentuk kolom, arahkan gerak mata ke bawah lurus (vertikal).
Wainwright (2007:33) beberapa cara untuk meningkatkan kecepatan membaca antara tam (1) menghilangkan regresi karena regresi dapat memperlambat kecepatan membaca; (2) mengembangkan ritme, cara ini dilakukan untuk menghindari regresi; (3) meningkatkan daya jangkauan pandang mata dapat dilakukan dengan melihat kata-kata sekaligus, mengenali kumpulan kata, dan mengubah cara kerja otak dalam menerima informasi; (4) latihan tachistoscopic atau sering disebut flashing, latihan ini menggunakan perangkat antiregresi.
Secara teoretis, kecepatan membaca dapat ditingkatkan menjadi dua sampai tiga kali lipat dan kecepatan semula. Dengan mengetahui metode dan teknik mengembangkan kecepatn membaca, diikuti latihan yang intensif, menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk ketika membaca, dan membiasakan din membaca dengan cepat maka dalam beberapa mingu kecepatan membaca dapat meningkat.
Membaca ekstensif mempunyai teknik yang berbeda dengan membaca intensif, karena membaca ekstensif hanya diarahkan pada pemahaman keseluruhan terhadap masalah atau inti dari isi bacaan yang dibaca, bukan kepada detail-detail bahasa maupun isi cerita yang terperinci sampai sekebil-kecilnya. Membaca ekstensif dibagi menjadi tiga jenis yaitu membaca survei (survey reading), membaca sekilas (skimming), membaca dangkal (superficial reading).

Karakteristik Membaca Ekstensif
Membaca Ekstensif memiliki beberapa karakteristik. Dalam Adityarini Kusumaningtyas (2011) disebutkan bahwa karakteristik membaca ekstensif meliputi :
1.      Membaca sebanyak-banyaknya wacana tulis,
2.      Topik dan bentuk wacana bervariasi,
3.      Pembaca memilih apa yang ingin dibaca,
4.      Tujuan pembaca berkaitan dengan kesenangan,
5.      Dalam membaca ekstensif akan terjadi penguatan diri sendiri,
6.       Pembaca membuat jurnal apa yang telah dibaca dan bagaimana komentar terhadap yang dibaca,
7.       Bersifat individual dan bersifat membaca senyap (dalam hati),
8.      Aspek kebahasaan tidak menjadi penghalang pemahaman,
9.      Kecepatan membaca sedang (tidak cepat dan tidak lambat),
10.  Menggunakan teks yang tidak terlalu sulit,
11.  Pembaca tidak diberi tes setelah membaca, tetapi hanya memberikan respon personal (komentar) terhadap apa yang dibaca,
12.  Membaca ekstensif membantu pembaca untuk mengenali beberapa fungsi teks dan cara pengorganisasian teks.

Nampaknya pandangan tersebut tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan Day dan Bamford (dalam Muakibatul dkk, 2011) yang menyebutkan bahwa membaca ekstensif memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut.
1.      Siswa membaca sebanyak-banyaknya bacaan. Ini bisa dilakukan di luar kelas.
2.      Materi bacaan bervariasi, misalnya tingkat keluasan topiknya, sehingga akan menuntut adanya alasan dan cara yang berbeda dalam membacanya.
3.      Siswa dapat memilih bacaan yang diinginkan dan mereka memiliki kebebasan untuk berhenti membaca sehingga akan memperoleh kesenangan dalam membaca.
4.      Tujuan membaca selalu dikaitkan dengan kesenangan, informasi, dan pemahaman umum. Tujuan membaca ditentukan oleh hakikat materi dan kesenangan siswa.
5.      Membaca adalah kepuasan untuk diri sendiri. Boleh diikuti atau tidak diikuti adanya latihan-latihan sebagai tindak lanjut setelah membaca.
6.      Materi bacaan sebaiknya tidak melebihi kompetensi linguistik siswa, terutama hal yang berkaitan dengan istilah-istilah kosakata dan tatabahasa. Kosakata yang jarang digunakan dalam bacaan akan mengakibatkan anak-anak berhenti membaca dan membuat kecepatan membacanya terganggu.
7.      Kegiatan membaca dilakukan secara individual dan diam, dilakukan sendiri, biasanya di luar kelas, dan siswa berhak menentukan kapan dan dimana harus membaca.
8.      Kecepatan membaca diperlukan dalam membaca ekstensif.
9.      Guru berorientasi pada siswa untuk menentukan tujuan program membacanya, menjelaskan metodologi, mengikuti setiap kegiatan membaca siswa, dan membantu siswa untuk mencapai program yang telah mereka tentukan sendiri.
10.  Guru berperan sebagai model untuk siswa dalam membaca dengan menghidupkan suasana kelas menjadi komunitas baca, demonstrasi kegiatan membaca sehingga dapat menjadikan model siswa sebagai pembaca, dan berikan reward bagi mereka yang membaca.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik membaca ekstensif meliputi :
1.      Membaca sebanyak-banyaknya bacaan,
2.      Materi bacaan bervariasi,
3.      Pembaca bebas memilih bacaan,
4.      Pembaca memperoleh kesenangan dan kepuasan diri,
5.      Bersifat individual dan membaca di dalam hati,
6.      Diperlukan kecepatan dalam membaca,
7.      Pembaca tidak akan diberi tes setelah membaca, tetapi hanya memberikan komentar terhadap apa yang telah dibaca.


Tujuan Membaca Ekstensif
(1)   Untuk memahami isi yang penting dengan cepat, dengan demikian membaca efektif dapat terlaksana.
(2)   Untuk memahami isi buku secara cepat atau garis besarnya saja.
(3)   Untuk memperoleh kesan umum dari suatu buku atau artikel.
(4)   Untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran.
(5)   Memperoleh banyak pemahaman dari bacaan.
(6)   Memperoleh kesan umum dalam buku, artikel, atau pun tulisan singkat.
(7)   Mengenali topik bacaan.
(8)   Mendapatkan bagian-bagian terpenting dari bacaan
(9)   Menemukan atau menentukan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan.



Manfaat Membaca Ekstensif
                                                            
(1)   Memahami bagian bacaan yang penting.
(2)   Mengetahui gambaran umum isi buku.
(3)   Mengetahui isi buku secara cepat.
(4)   Memperoleh pemahaman secara dangkal.
(5)   Memperoleh hal-hal yang baru.
(6)   Memperoleh bahan yang   diperlukan secara cepat.
(7)   Untuk mencari informasi yang kita perlukan dari sebuah bacaan secara cepat dan efektif.
(8)   Dalam waktu yang singkat dapat menelusuri bahan halaman buku atau bacaan.
(9)   Tidak banyak waktu yang terbuang karena tidak perlu memperhatikan atau membaca bagian yang tidak diperlukan.
(10)           Mampu menumbuhkan minat membaca.

Jenis-jenis membaca Ekstensif
Membaca Survai
Yang dimaksud survai adalah meninjau, meneliti, mengkaji, dan cara membaca bagian-bagian tertentu dari sebuah buku. Bagian-bagian buku yang disurvai adalah bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal (preliminaries) yang disurvai meliputi halaman judul, kata pengarang, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan abstrak (bila ada). Pada halaman judul yang disurvai adalah judul buku, pengarang, penerbit, tempat terbit, dan tahun terbit. Bagian isi yang disurvai meliputi judul tiap bab, subjudul, bagan, diagram, grafik, dan tabel (bila ada). Bagian akhir buku yang disurvai meliputi simpulan, daftar pustaka, dan indeks (bila ada). Cara mensurvai bagian-bagian tersebut adalah dengan membuka-buka bagian-bagian tersebut secara cepat dan menyeluruh dalam sekali pandang. Bagian-bagian buku yang disurvai dibaca dengan teknik baca layap (skimming,) yaitu membaca secepat mungkin halaman demi halaman. Survai dilakukan dalam waktu beberapa menit saja dan merupakan kegiatan awal dari penerapan metode ini.
Tujuan dilakukannya survai adalah untuk mengetahui anatomi buku, mutu buku, dan gambaran umum isi buku. Anatomi buku merupakan bagian-bagian dari sebuah buku yang umumnya meliputi bagian pendahuluan, isi, dan penutup. Tahap mensurvai buku diperlukan untuk tahap berikutnya. Jika tidak melakukan survai, pembaca tidak akan bisa membuat pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan isi buku. Survai juga digunakan untuk mengetahui mutu buku. Buku yang bermutu baik akan mengandung bagian-bagian buku yang lengkap. Bagian awal dari sebuah buku yang lengkap terdiri atas halaman judul, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan sari. Bagian isi dari sebuah buku yang baik adalah terdapat bab, sub-sub bab, ringkasan yang tersusun secara sistematis. Bagian akhir dari sebuah buku yang bermutu meliputi simpulan, daftar pustaka, dan indeks. Tujuan lain dari mensurvai adalah untuk mengetahui gambaran umum sebuah buku secara cepat. Dalam waktu yang singkat pembaca sudah dapat mengetahui buku yang disurvai itu cocok atau tidak, mengandung informasi-informasi yang dibutuhkan atau tidak. Jika jawabannya tidak, pembaca tidak perlu meneruskan ke tahap berikutnya. Jika jawabannya ya, pembaca akan meneruskan kegiatan membacanya pada tahap berikutnya.

Yang dilakukan seseorang ketika membaca survei antara lain:
(1) Memeriksa judul bacaan/buku, kata pengantar, daftar isi
(2) Memeriksa bagian terakhir dari isi (kesimpulan) jika ada
(3) Memeriksa indeks jika ada.

Membaca survei adalah kegiatan mensurvei bahan bacaan sebelum kita telaah atau yang akan kita pelajari.
Tata cara membaca survei:
  1. memerikasa, meneliti indeks-indeks, daftar kata-kata yang terdapat dalam buku;
  2. Melihat-lihat, memeriksa, meneliti judul-judul bab yang terdapat dalam buku-buku yang bersangkutan;
  3. memeriksa, meneliti bagan, skema, outline buku yang bersangkutan.
d.      . Membaca Survai (Survey Reading)
e.       Membaca survai adalah kegiatan membaca untuk mengetahui secara sekilas terhadap bahan bacaan yang akan dibaca lebih mendalam. Kegiatan membaca survai merupakan pendahuluan dalam membaca ekstensif.


Membaca Sekilas
Membaca sekilas diistilahkan dengan membaca skimming. Skimming berasal dari bahasa Inggris to skim yang berarti mengambil kepala susu atau krim dengan sendok atau menyendok kepala susu. Kepala susu merupakan bagian yang mengental yang berada di atas setelah semangkok susu yang dipanaskan didinginkan. Kepala susu adalah intisari atau bagian yang banyak mengandung gizi. Skimming dalam bidang membaca merupakan sebuah istilah salah satu teknik membaca ekstensif. Istilah lain dari skimming adalah baca layap (Harjasujana dan Mulyati 1997:64), sekilas (Tarigan 1994:30), dan selintas (Widyamartaya, 2004:44).
Sebenarnya pengertian dasar skimming adalah terbang halaman demi halaman atau menjelajahi halaman demi halaman bacaan secara cepat. Berdasarkan pengertian tersebut skimming adalah teknik membaca dengan menjelajahi atau menyapu bacaan dengan cepat untuk memahami atau menemukan hal-hal yang penting. Seorang pembaca yang menggunakan teknik ini tidak lagi membaca kata demi kata, kalimat demi kalimat, dan paragraf demi paragraf, tetapi semua bagian bacaan yang ada pada sebuah halaman, ditatap secara cepat.
Dalam menskim tidak hanya menjelajahi halaman  demi halaman secara cepat, tetapi juga ada yang dicari. Hal yang dicari adalah hal-hal yang pokok atau penting, yaitu ide-ide pokok. Ide pokok tidak selalu diawal paragraf, tetapi dapat juga terdapat ditengah, diakhir, atau diawal dan diakhir. Untuk mencari ide-ide pokok pembaca tidak diperbolehkan membuang-buang waktu. Ia diharapkan butuh waktu beberapa detik atau menit untuk menskim. Dalam membaca dengan teknik skimming ada falsafah kerja yang dianut, yaitu “Peras santannya, buang ampasnya atau petik intinya, tinggalkan yang lainnya” (Karlin 1980:40).
Berdasarkan uraian tersebut, skimming merupakan teknik membaca yang dilaksanakan secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien. Hal itu relefan dengan pendapat Soedarso (2004:88), yaitu bahwa skimming merupakan teknik membaca efisien.
Teknik membaca skimming digunakan dengan lima tujuan, yaitu mengenal topik bacaan, opini, bagian penting organisasi bacaan, penyegaran, dan memperoleh kesan umum (Harjasujana dan Mulyati 1997: 64-65, Soedarsono 2004: 88-89, Widyamartaya 2004: 44, dan Tarigan 1994: 32). Pertama, yang dimaksud topik bacaan adalah judul buku atau artikel, judul-judul bab, dan judul subbab. Misalnya pembaca datang ke toko buku untuk mengetahui buku-buku membaca apa yang terdapat pada toko buku tersebut. Pembaca melihat secara sekilas judul-judul buku membaca yang terdapat rak khusus buku-buku membaca. Dengan men-skim buku tersebut, pembaca tahu judul-judul buku apa saja yang tersedia di toko buku tersebut. Apabila ada buku yang cocok, ia bisa saja mengambil buku tersebut untuk membaca sekilas daftar isi buku itu guna mengetahui apakah ada judul bab atau subbab yang diinginkannya.
Skimming dapat diterapkan sewaktu pembaca mencari bahan di perpustakaan. Ia membaca sekilas kartu katalog atau daftar katalog yang ada di komputer mengenai judul buku yang tersedia di perpustakaan tersebut. Jika ada buku-buku yang dibutuhkan, ia mencari atau meminjam buku tersebut, kemudian melihat daftar isi untuk menentukan apakah buku tersebut mengandung pembahasan tentang hal-hal yang dibutuhkan. Apabila ya, bukalah halaman yang mungkin mengandung informasi yang dibutuhkan secara cepat. Sewaktu men-skim daftar isi dan tidak menemukan hal-hal yang dicari, pembaca bisa saja men-skim semua halaman yang ada pada buku untuk meyakinkan bahwa yang dicari memang betul-betul tidak ada karena ada kemungkinan informasi yang dicari ada di dalam buku, tetapi tidak secara eksplisit tercantum dalam daftar isi.
Teknik baca layap juga dapat digunakan untuk melihat topik-topik artikel yang ada pada majalah atau surat kabar. Pembaca dapat membaca layap surat kabar yang dibaca untuk mencari informasi yang diinginkan. Misalnya, informasi gempa bumi yang terjadi di Yogya. Ia cukup mencari judul artikel yang ada dalam surat kabar yang dibaca secara sekilas tentang gempa yang melanda Yogya.
Kedua, opini berarti pendapat, pikiran atau pendirian. Pada sebuah bacaan opini belum tentu ada. Bacaan ilmiah biasanya tidak mengandung opini, tetapi bacaan yang bersifat populer umumnya ada opininya. Kadang kala pada sebuah surat kabar memuat artikel yang justru kehadiran opini diwajibkan karena tanpa opini artikel tersebut kurang bermutu sehingga orang yang ingin mengirim artikel untuk kolom itu diharuskan menampilkan opini-opini. Opini digunakan untuk menggugah pikiran pembaca untuk berfikir kritis sehingga pembaca diharapkan dapat memberi umpan baliknya yang berupa tanggapan. Artikel semacam ini diminati pembaca yang ingin mencari hal-hal yang bersifat sensasi.
Ketiga, untuk mengetahui bagian penting dari sebuah bacaan, pembaca tidak perlu membaca keseluruhan bacaan. Pembaca cukup membaca dengan sekilas dari atas sampai bawah untuk menemukan informasi tertentu yang dicari. Informasi yang dicari misalnya adalah nama peristiwa, tempat peristiwa, nama tokoh, jumlah korban. Jika ingin mengetahui bagian penting, pembaca hanya melihat secara skimming seluruh bacaan dengan menangkap ide-ide pokok.
Dalam rangka menemukan informasi yang penting dari sebuah bacaan, Tarigan (1990 : 33) memberi petunjuk sebagai berikut.
1.    Tentukan dengan jelas informasi atau fakta yang akan dicari atau buatlah pertanyaan-    pertanyaan mengenai informasi yang ada dalam bacaan.
2.    Siapkan kata kunci yang tepat untuk menunjuk informasi yang dibutuhkan, misalnya dalam pertandingan sepak bola kata kunci tersebut adalah menang, seri atau kalah.
3.    Apabila pembaca mencari informasi dalam sebuah buku, sebaiknya pembaca melihat apakah kata kunci tersebut tercantum dalam indeks. Jika tidak ada, carilah di bawah subjek yang lebih luas.
4.    Lihatlah setiap halaman dengan cepat hanya untuk tujuan mencari kata kunci atau informasi yang diinginkan.
Organisasi tulisan merupakan susunan bagian-bagian tulisan yang membentuk menjadi kesatuan topik. Secara umum, tersusun atas bagian awal (pendahuluan), isi (pembahasan), dan akhir (penutup). Bagian awal berisi pengantar, latar belakang, alasan, tujuan, dan atau masalah yang ingin dibahas. Bagian isi berisi pembahasan atau solusi tentang hal-hal yang ada pada bagian awal. Bagian akhir berisi simpulan dan atau saran. Untuk mengetahui organisasi itu, pembaca membaca secara sekilas bacaan yang dibaca dengan memperlihatkan bagian-bagian apa saja yang terdapat pada bacaan.
Tulisan yang sederhana tetap mempunyai organisasi tulisan. Organisasi tulisan yang ada pada bacaan yang sederhana berupa urutan ide-ide pokok yang terdapat pada bacaan. Untuk menangkap organisasi tulisan, pembaca memahami urutan ide-ide pokok, cara mengurutkan ide pokok, dan hubungan antar-ide pokok. Apabila dibuat susunan atas ide-ide pokok, sebuah bacaan berbentuk kerangka karangan.
Keempat, penyegaran adalah membaca lagi bacaan secara sekilas untuk mengingat lagi informasi-informasi yang telah disimpan, diperoleh atau diingat. Pembaca melakukan penyegaran pada waktu pembaca sudah selesai membaca bacaan secara menyeluruh. Tujuan dilakukan penyegaran adalah untuk memperkuat atau memantapkan informasi-informasi yang diperoleh pembaca. Caranya adalah dengan menskim halaman demi halaman dengan memperhatikan informasi-informasi atau hal-hal yang penting yang telah diperolehnya. Pada metode SQ3R, cara ini sama dengan tahap review atau meninjau kembali.
Penyegaran dapat juga digunakan untuk mempersiapkan ujian atau sebelum menyampaikan pidato. Pembaca membaca bahan ujian yang sudah pernah dibacanya secara cepat dengan menangkap kembali informasi-informasi yang ada dalam bacaan yang sudah pernah dihafal yang mungkin keluar atau ditayangkan pada waktu ujian. Sebelum menyampaikan pidato, orator lebih dahulu membaca teks pidato yang akan disampaikan. Sebelumnya teks tersebut telah dibaca dan dihafalkannya. Tujuannya adalah supaya sewaktu menyampaikan pidato tidak akan lupa mengenai hal-hal yang ingin disampaikan.
Kelima, Kesan umum didapat dari bacaan, baik yang fiksi maupun yang nonfiksi. Pembaca dapat memperoleh kesan umum dari sebuah novel dengan jalan melakukan pandangan sekilas dan menaruh perhatian tertentu pada bagian tertentu. Apabila tertarik hanya pada plot atau sifat umum novel yang dibaca, pembaca memperoleh suatu ide yang baik mengenai novel tersebut dalam tempo setengah jam atau kurang.
Kesan umum nonfiksi bisa diperoleh dari buku sejarah, biologi, ilmu pengetahuan, seni, dan lain-lain. Buku-buku tersebut dapat dibaca secara cepat dengan meneliti halaman judul, kata pengantar, daftar isi, dan indeks. Pembaca akan memperoleh suatu pandangan yang lebih baik jika mengikuti tahap dengan membuka-buka halaman buku itu dengan cepat, melihat bab dan subbab, gambar, diagram, peta, dan skema. Dengan siasat ini, pembaca dapat mempelajari sifat hakikat dan jangkauan buku tersebut, susunan atau organisasinya, sifat umum, dan pendekatan terhadap bahan yang ditulis.
Pembaca juga dapat membaca artikel dalam majalah atau rubrik dalam surat kabar dengan teknik skimming. Yang dapat dilakukan adalah membaca paragraf awal dan paragraf akhir. Sesudah itu, membaca secara sekilas pilihan tersebut untuk mencari kalmat-kalimat judul dan petunjuk lainnya mengenai hal-hal penting yang ada dalam bacaan.
Jenis teknik membaca yang termasuk dalam teknik skimming adalah skipping, sampling, locating, dan previewing. Skipping diartikan sebagai teknik baca lompat, yaitu membaca dengan loncatan-loncatan. Maksudnya adalah membaca melompat-lompat dari bagian yang penting, pokok, yang dicari atau dibutuhkan ke begian yang penting berikutnya. Bagian bacaan yang tidak penting dilompati atau tidak dihiraukan. Skipping digunakan pembaca untuk menangkap atau memahami ide-ide pokok atau informasi yang penting saja.
Pembaca yang menggunakan teknik ini berarti melakukan ayunan mata dari bagian bacaan yang penting ke bagian bacaan yang lain. Ayunan mata tidak memakai irama yang sama. Hal tersebut bergantung pada letak atau jarak bagian yang penting dengan bagian penting lainnya. Jika pada sebuah paragraf hal yang penting terletak pada kalimat pertama dan kalimat terakhir, pembaca mengayunkan matanya dari kalimat pertama ke kalimat terakhir. Kemungkinan lain dalam membaca dengan skipping adalah pembaca mengayunkan matanya dari kalimat pertama ke kalimat pertama pada paragraf berikutnya, dari kalimat akhir ke kalimat akhir pada paragraf berikutnya, dari kalimat awal ke kalimat tengah pada sebuah halaman, dari kalimat awal ke kalimat akhir pada sebuah halaman, dari kalimat awal ke kalimat awal pada halaman berikutnya, dan seterusnya.
Sampling merupakan teknik membaca bagian tertentu bacaan dengan cepat supaya mendapat gambaran umum dari bacaan yang dibaca. Prinsip yang dianut teknik ini adalah membaca bagian-bagian tertentu dari sebuah bacaan yang dianggap dapat mewakili keseluruhan bacaan. Bagian-bagian bacaan yang  dianggap dapat mewakili bacaan, yaitu kalimat inti atau kalimat utama. Kalimat utama umumnya mengandung informasi kunci yang biasanya terletak pada kalimat pertama dari sebuah paragraf. Untuk itu, penggunaan teknik ini dipusatkan pada membaca kalimat pertama setiap paragraf. Dengan teknik ini, pembaca akan mendapatkan gambaran umum sebuah bacaan dengan cepat.
Dalam pengembangan penggunaan teknik ini, pembaca tidak hanya terpaku pada kalimat pertama dari setiap paragraf. Informasi kunci belum tentu terdapat pada kalimat pertama, tetapi bisa-bisa saja terdapat pada kalimat kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Disamping itu, informasi pokok belum tentu berada di setiap paragraf. Adakalanya sebuah paragraf tidak mengandung informasi kunci. Oleh karena itu, dalam menerapkan teknik sampling pembaca diberikan keleluasaan untuk membaca bagian-bagian tertentu dari bacaan dengan syarat:
1.    bagian-bagian yang dibaca mengandung informasi kunci atau pokok,
2.    pembaca memperoleh gambaran umum dari bacaan yang dibaca,
3.    dilaksakan dengan sekilas.
Locating merupakan teknik membaca vertikal. Maksudnya adalah mata pembaca bergerak secara vertikal, yaitu pandangan mata bergerak dari bagian atas ke bawah secara cepat. Pembaca memusatkan pandangan matanya di bagian tengah bacaan dan bagian kanan dan kiri tetap dalam jangkauan pandangan mata. Hal ini terjadi karena pembaca selain mempunyai kemampuan pandang fokus dekat yang disebut rentang pandang mata (eye span), juga mempunyai kemampuan pandang sekeliling atau daya melihat sekeliling (peripheral vision). Dengan kedua kemampuan itu, pembaca dapat menggerakkan matanya dari bagian tengah atas ke bagian tengah bawah secara cepat.
Kemampuan peripheral vision dapat juga digunakan oleh pembaca pada tiap sampai ujung kalimat yang dengan cepat kembali ke bagian awal baris berikutnya. Pembaca melihat sisi kanan halaman dan tidak dapat melihat secara jelas yang ada pada sebelah kiri halaman. Walaupun demikian, otak pembaca bisa melihatnya dengan jelas sehingga bisa menuntun mata pembaca secara tepat ke awal baris berikutnya. Seandainya hal tersebut tidak bisa dilakukan, pembaca akan banyak menghabiskan banyak waktu dalam membaca kerena pembaca harus melewati baris-baris yang telah dibaca. Dalam tipografi, kata yang di cetak tebal atau miring, kata yang dimulai dengan huruf kapital, kepala kalimat, awal paragraf dibuat untuk membantu menarik perhatian otak dan mata supaya dapat mengenali perbedaan dalam pergatian bagian.
Penggunaan teknik locating tidaklah mudah karena materi bacaan tidak ditulis secara vertikal, tetapi secara horisontal dari kiri ke kanan. Mata pembaca diharuskan bergerak secara diagonal kembali ke kiri untuk membaca garis berikutnya sehingga mata bergerak dengan pola zig-zag. Kenyataan yang mempersulit penggunaan teknik locating adalah membaca sepintas hanya akan berkerja optimal apabila pembaca telah menenemukan kata atau frase kunci. Pandangan mata akan tertuju pada informasi tersebut karena selain bidang pandangan fokus dekat (eye span), pembaca juga memiliki daya melihat sekeliling.
Previewing merupakan gabungan dari teknik sampling dan locating. Teknik ini menggunakan teknik sampling dari sisi pemusatan perhatian pada kalimat pertama setiap paragraf dan memanfaatkan teknik locating dari sisi daya melihat sekeliling. Penggabungan kedua teknik tersebut digunakan untuk menerima atau mengenali pokok-pokok pikiran yang penting dengan cepat. Teknik juga dapat digunakan untuk menangkap garis besar materi bacaan sebelum pembaca menolak untuk membacanya. Kalau hal tersebut dilakukan dapat menghemat waktu yang banyak.
Pengunaan teknik ini adalah pembaca membaca kalimat pertama pada setiap paragraf dan pembaca menggunakan kemampuan daya melihat  sekeliling pada kalimat-kalimat yang lain dari setiap paragrafnya. Pembaca mendapatkan ide-ide pokok atau informasi inti dan sekaligus bisa menemukan hal-hal yang diperlukan untuk mendukung ide pokok. Atau dengan kata lain, disamping menemukan ide pokok, pembaca dapat memperoleh hal-hal yang diinginkan lainnya. Jadi, pembaca memperoleh hal yang primer dan yang sekunder

Membaca Dangkal
Membaca dangkal (superficial reading) adalah sejenis kegiatan membaca untuk memperoleh pemahaman yang dangkal atau tidak terlalu mendalam dari bahan bacaan yang kita baca. Membaca intensif merupakan program kegiatan membaca yang dilakukan secara saksama. Membaca Dangkal (supervisal reading). Membaca dangkal untuk mendapatkan pemahaman yang dangkal yang bersifat lancer yang tidak mendalam bahasa bacaan. Membaca dangkal biasanya dilakukan demi kesenangan, membaca bacaan ringan yang mendatangkan kebahagiaan di waktu senggang. Misalnya cerpen.
Membaca dangkal adalah salah satu jenis membaca ekstensif yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bacaan. Dengan kata lain membaca dangkal merupakan kegiatan membaca yang dilihat dari segi hasil. Kegiatan membaca ini biasanya dilakukan bila kita membaca demi kesenangan, membaca bacaan ringan yang mendatangkan kebahagian. Dalam membaca seperti ini tidak dituntut pemikiran yang mendalam seperti halnya membaca karya-karya ilmiah.
 
Membaca Intensif
Membaca intensif pada hakikatnya adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu bacaan (tugas) yang pendek kira-kira dua sampai empat halarnan setiap hari (Tarigan 1994 : 35). Kuesioner, latihan pola-pola kalimat, latihan kosa kata, telaah kata-kata, dikte dan diskusi umum merupakan bagian dan teknik membaca intensif. Teks-teks bacaan yang benar-benar sesuai dengan maksud ini haruslah dipilih oleh sang guru, baik dari segi bentuk maupun isinya. Para pelajar atau mahasiswa yang berhasil dalam tahap ini secara langsung akan berhubungan dengan kualitas serta keserasian pilihan bahan bacaan tersebut (Brooks dalam Tarigan, 1994:35).
Menurut Suyatmi dan Mujiyanto (1989:85-86), membaca intensif ialah suatu aktivitas membaca yang sangat membutuhkan kecermatan dan ketajaman pikir, merupakan kunci pemerolehan ilmu pengetahuan. Membaca intensif acap kali agak lambat karena dilakukan dengan sangat hati-hati dan teliti. Adapun tujuan membaca intensif adalah memahami keseluruhan bahan bacaan sampai pada bagian yang sekecil-kecilnya.

Menurut Suyatmi dan Mujiyanto (1989;86), langkah-langkah membaca intensif bisa disimpulkan sebagai berikut;
(1)   Pembaca menentukan tujuan membaca intensif
(2)   Pembaca melaksanakan pembacaan secara agak cepat dan cukup kritis sebagai usaha preview
(3)   Pembaca melaksanakan pembacaan keseluruhan secara sangat cermat
(4)   Pembaca melaksanakan self resitasi
(5)   Pembaca mencari paragraf pendahuluan mengenai maksud penulis, kemudian mencari paragraf penutup yang berisi penjelasan terhadap maksud tersebut
(6)   Pembaca memperhatikan baik-baik cara pengarang dalam menentukan ruang lingkup pembicaraan serta meletakkan tekanan pada informasi yang menunjang maksudnya
(7)   Pembaca memperhatikan secara seksama organisasi karangan
(8)   Pembaca mencari maksud pengarang, baik yang tersurat maupun tersirat di dalam wacana. Kita gali tema bacaan, persoalan pokok dan detail-detailnya
Menurut Haryadi (2006:133), membaca intensif adalah membaca secara teliti untuk memahami secara mendalam makna bacaan yang digunakan untuk keperluan studi. Membaca intensif yang termasuk di dalamnya juga membaca pemahaman, mempunyai pengertian bahwa jenis membaca ini bertujuan memahami isi bacaan. Membaca pemahaman biasanya dilakukan dengan teknik membaca dalam hati. Membaca pemahaman dikatakan suatu proses yang kompleks sebab di dalam membaca pemahaman, pembaca melibatkan sejumlah keterampilan. Membaca intensif diklasifikasi menjadi dua, yaitu membaca telaah isi dan telaah bahasa.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa membaca intensif ialah kegiatan membaca secara teliti dengan tujuan memahami keseluruhan isi bacaan, baik yang tersirat maupun tersurat. Oleh karena itu, dalam membaca intensif pembaca tidak hanya dituntut untuk sekedar mengerti dan memahami isi bacaan, tetapi ia juga harus mampu menghubungkan informasi baru yang telah diketahui dengan pengalaman-pengalaman yang dialaminya.

Tujuan Membaca Intensif
a.       Memperoleh banyak pemahaman penuh terhadap argumen-argumen yang logis.
b.      Memperoleh pendalaman makna bacaan dalam proses studi.
c.       Mengenali makna tersirat maupun tersurat bacaan.
d.      Mencari informasi pada bacaan sedetail-detailnya.
e.       Melatih keterampilan membaca karena tingkat pemahaman bacaan sangat kompleks.
Manfaat Membaca Intensif
a.       Pembaca menguasai isi teks secara mantap.
b.      Pembaca mengetahui latar belakang ditulisnya teks tersebut.
c.       Pembaca dapat mempunyai daya ingat yang lebih lama yang berhubungan dengan teks tersebut.
d.      Pembaca mampu mengetahui maksud bacaan secara tersirat maupun tersurat.
e.       Pembaca mampu mendapatkan informasi yang luas untuk dihubungkan dengan pengalaman-pengalamannya.

Teknik Membaca Intensif
a.       Menyiapkan naskah yang akan di baca.
b.      Sambil membaca:
·         memberi garis bawah hal-hal yang dianggap penting
·         memberi tanda pada bagian-bagian yang perlu
·         memberikan nomor pada bagian kanan atas yang penting
·         memberi tanda bintang pada bagian-bagian yang perlu
c.       Ajukan pertanyaan sehubungan dengan naskah yang dibaca. Pertanyaan yang diajukan berhubungan dengan kognitif yang meliputi ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.
d.      Siswa diberikan tugas membuat rangkuman dengan menggunakan bahasanya sendiri.
e.       Cara menyimpulkan teks
·         Membaca teks secara keseluruhan satu atau dua kali.
·         Mencatat ide pokok pada setiap paragraph.
·         Menghubungkan ide pokok paragraph satu dengan paragraph lain untuk menemukan kesimpulan sementara.
·         Membaca ulang teks untuk menguji kesimpulan sementara yang sudah dibuat.
·         Menyempurnakan rumusan simpulan
·         Siswa membuat kesimpulan hasil membaca

Metode Membaca Intensif (PQ4R)   

Metode belajar PQ4R merupakan metode membaca intensif yang digunakan untuk membantu siswa dalam mengingat-ingat apa yang dibaca. P singkatan dari preview maksudnya membaca selintas dengan cepat, Q singkatan dari question artinya bertanya, serta 4R singkatan dari read artinya membaca, reflecty artinya refleksi, recite artinya tanya jawab sendiri, review artinya mengulang secara menyeluruh (Trianto, 2007: 93).
Strategi belajar PQ4R merupakan salah satu bagian dari strategi elaborasi. Strategi elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna. Kaitannya dengan PQ4R strategi ini digunakan untuk membantu siswa dalam mengingat apa yang mereka baca. Selain itu, strategi ini digunakan untuk membantu proses belajar mengajar di kelas yang dilaksanakan dengan membaca buku.
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam strategi belajar PQ4R adalah seperti berikut ini.
1.   Preview
Siswa membaca selintas dengan cepat sebelum memulai membaca bahan bacaan. Siswa dapat memulai dengan membaca topik-topik subtopik utama judul dan subjudul, kalimat-kalimat permulaan atau akhir suatu pargraf atau ringkasan pada akhir suatu bab. Apabila hal itu tidak ada, siswa dapat memeriksa setiap halaman dengan cepat, membaca satu atau dua kalimat disana-sini sehingga memperoleh sedikit gambaran mengenai apa yang akan dipelajari. Perhatikan ide pokok yang akan menjadi pembahasan dalam bahan bacaan siswa.
2.   Question (Tanya)
Langkah kedua adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri untuk setiap pasal yang ada pada bahan bacaan. Pergunakan “judul dan sub judul atau topik dan sub topik utama”. Awali pertanyaan dengan menggunakan kata “apa, siapa, mengapa, dan bagaimana”. Misalnya: Masalah apa yang dibahas dalam bab tersebut dan dalam sub-sub judulnya? Masalah apa yang sedang dipikirkan dan dijawab oleh bab ini? Dengan demikian, anda sudah terlibat dan memasuki esensi dari bab tersebut. Kalau pada akhir bab telah ada daftar pertanyaan yang dibuat oleh pengarang, bacalah terlebih dahulu. Pengalaman telah menunjukkan bahwa apabila seseorang membaca untuk menjawab sejumlah pertanyaan, akan membuatnya membaca lebih hati-hati, seksama, serta dapat membantu mengingat apa yang dibacanya.
3.   Read  (membaca)
Sekarang bacalah karangan itu secara teliti dan seksama paragraf demi paragraf. Lakukan kegiatan itu dengan cepat dan nyaman. Kalau pikiran pokok secara keseluruhan digabungkan menjadi satu kesatuan akan mencerminkan ide-ide utama dari serangkaian paragraf-paragraf di dalam suatu bab. Anda harus dapat mengenal pikiran-pikiran pokok itu agar dapat mengikuti deretan pikiran sang pengarang.
4.   Reflect
Reflect merupakan suatu komponen esensial dari langkah ketiga tersebut. Selama membaca siswa tidak hanya cukup mengingat atau menghafal, tetapi mencoba untuk memahami informasi yang dibaca. Caranya dengan (1) menghubungkan informasi itu dengan hal-hal yang telah anda ketahui, (2) mengaitkan subtopik-subtopik di dalam teks dengan konsep-konsep atau prinsip-prinsip utama, (3) cobalah untuk memecahkan kontradiksi didalam informasi yang disajikan dan, (4) cobalah untuk menggunakan materi itu untuk memecahkan masalah-masalah yang disimulasikan dan dianjurkan dari materi pelajaran tersebut.
5.   Recite (ceritakanlah kembali dengan kata kata sendiri)
Siswa diminta untuk merenungkan kembali informasi yang telah dipelajari. Tuliskan ringkasan semua bagian yang dibaca dengan kalimat Anda sendiri. Hal ini penting karena Anda telah menangkap esensi bacaan dengan menyatakan butir-butir penting secara nyaring dan menanyakan serta menjawab pertanyaan-pertanyaan. Anda dapat melihat kembali catatan yang telah dibuat dan menggunakan kata-kata yang ditonjolkan dalam bacaan.
Lihat kembali pada catatan-catatan yang telah dibuat dan diingat ide-ide utama yang telah disarankannya. Periksa kembali bab itu dan yakinkanlah bahwa Anda dapat menyatakan dengan tepat isi setiap bagian-bagiannya. Dari catatan-catatan yang telah dibuat pada langkah terdahulu dan berlandaskan ide-ide yang ada,  Anda diminta membuat intisari materi dari bacaan.



6.   Review
Siswa diminta untuk membaca catatan singkat yang telah dibuatnya mengulang kembali seluruh isi bacaan bila perlu dan sekali lagi jawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Melakukan preview dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebelum pembaca mengaktifkan pengetahuan awal dan mengawali proses pembuatan hubungan antara informasi baru dan apa yang telah di ketahui. Mempelajari judul-judul dan topik-topik utama membantu pembaca sadar akan organisasi bahan-bahan baru tersebut sehingga memudahkan perpindahannya dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang.
Dari langkah-langkah strategi belajar PQ4R yang telah diuraikan di atas dapat dilihat bahwa strategi belajar ini dapat membantu siswa memahami materi pembelajaran terutama materi-materi yang lebih sukar dan menolong siswa untuk berkonsentrasi lebih lama.

Faktor yang mempengaruhi kecepatan membaca intensif
Faktor lain yang mempengaruhi kecepatan membaca intensif adalah kejelasan tulisan, keterbacaan, dan pengenalan terhadap bacaan. Kejelasan tulisan dipengeruhi oleh bentuk huruf, ukuran huruf, dan jarak spasi yang digunkan dalam menulis teks bacaan. Keterbacaan terkait dengan panjang pendeknya bacaan. Bacaan untuk membaca intensif kira-kira 2 sampai 4 halaman yang dibaca setiap harinya. Jika dihitung dari jumlah katanya, membaca intensif panjangnya paling banyak terdiri atas 500 kata. Kata tersebut dibaca dalam waktu 2 menit dengan kecepatan kira-kira 5 kata dalam satu detik.
Pengenalan pembaca terhadap isi bacaan yang dibaca menjadi faktor cepat tidaknya dalam membaca intensif. Pembaca akan lebih mudah menangkap dan memahami jika isi bacaan yang dihadapi pernah dialami, sudah dikenal, dan yang disukai. Sebaliknya, pembaca akan mengalami kesulitan menang menangkap dan memahami jika isi bacaan yang dihadapi belum pernah dialami, belum dikenal, dan tidak disukai. Dalam pembelajaran, guru perlu memilihkan bacaan yang telah dikenal siswa. Caranya adalah menyediakan bacaan yang temanya sesuai dengan perkembangan dan pengetahuan siswa atau bacaan yang kontekstual.
 


Membaca Intensif
Membaca intensif pada hakikatnya adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu bacaan (tugas) yang pendek kira-kira dua sampai empat halarnan setiap hari (Tarigan 1994 : 35). Kuesioner, latihan pola-pola kalimat, latihan kosa kata, telaah kata-kata, dikte dan diskusi umum merupakan bagian dan teknik membaca intensif. Teks-teks bacaan yang benar-benar sesuai dengan maksud ini haruslah dipilih oleh sang guru, baik dari segi bentuk maupun isinya. Para pelajar atau mahasiswa yang berhasil dalam tahap ini secara langsung akan berhubungan dengan kualitas serta keserasian pilihan bahan bacaan tersebut (Brooks dalam Tarigan, 1994:35).
Menurut Suyatmi dan Mujiyanto (1989:85-86), membaca intensif ialah suatu aktivitas membaca yang sangat membutuhkan kecermatan dan ketajaman pikir, merupakan kunci pemerolehan ilmu pengetahuan. Membaca intensif acap kali agak lambat karena dilakukan dengan sangat hati-hati dan teliti. Adapun tujuan membaca intensif adalah memahami keseluruhan bahan bacaan sampai pada bagian yang sekecil-kecilnya.

Menurut Suyatmi dan Mujiyanto (1989;86), langkah-langkah membaca intensif bisa disimpulkan sebagai berikut;
(1)   Pembaca menentukan tujuan membaca intensif
(2)   Pembaca melaksanakan pembacaan secara agak cepat dan cukup kritis sebagai usaha preview
(3)   Pembaca melaksanakan pembacaan keseluruhan secara sangat cermat
(4)   Pembaca melaksanakan self resitasi
(5)   Pembaca mencari paragraf pendahuluan mengenai maksud penulis, kemudian mencari paragraf penutup yang berisi penjelasan terhadap maksud tersebut
(6)   Pembaca memperhatikan baik-baik cara pengarang dalam menentukan ruang lingkup pembicaraan serta meletakkan tekanan pada informasi yang menunjang maksudnya
(7)   Pembaca memperhatikan secara seksama organisasi karangan
(8)   Pembaca mencari maksud pengarang, baik yang tersurat maupun tersirat di dalam wacana. Kita gali tema bacaan, persoalan pokok dan detail-detailnya
Menurut Haryadi (2006:133), membaca intensif adalah membaca secara teliti untuk memahami secara mendalam makna bacaan yang digunakan untuk keperluan studi. Membaca intensif yang termasuk di dalamnya juga membaca pemahaman, mempunyai pengertian bahwa jenis membaca ini bertujuan memahami isi bacaan. Membaca pemahaman biasanya dilakukan dengan teknik membaca dalam hati. Membaca pemahaman dikatakan suatu proses yang kompleks sebab di dalam membaca pemahaman, pembaca melibatkan sejumlah keterampilan. Membaca intensif diklasifikasi menjadi dua, yaitu membaca telaah isi dan telaah bahasa.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa membaca intensif ialah kegiatan membaca secara teliti dengan tujuan memahami keseluruhan isi bacaan, baik yang tersirat maupun tersurat. Oleh karena itu, dalam membaca intensif pembaca tidak hanya dituntut untuk sekedar mengerti dan memahami isi bacaan, tetapi ia juga harus mampu menghubungkan informasi baru yang telah diketahui dengan pengalaman-pengalaman yang dialaminya.

Tujuan Membaca Intensif
a.       Memperoleh banyak pemahaman penuh terhadap argumen-argumen yang logis.
b.      Memperoleh pendalaman makna bacaan dalam proses studi.
c.       Mengenali makna tersirat maupun tersurat bacaan.
d.      Mencari informasi pada bacaan sedetail-detailnya.
e.       Melatih keterampilan membaca karena tingkat pemahaman bacaan sangat kompleks.
Manfaat Membaca Intensif
a.       Pembaca menguasai isi teks secara mantap.
b.      Pembaca mengetahui latar belakang ditulisnya teks tersebut.
c.       Pembaca dapat mempunyai daya ingat yang lebih lama yang berhubungan dengan teks tersebut.
d.      Pembaca mampu mengetahui maksud bacaan secara tersirat maupun tersurat.
e.       Pembaca mampu mendapatkan informasi yang luas untuk dihubungkan dengan pengalaman-pengalamannya.

Teknik Membaca Intensif
a.       Menyiapkan naskah yang akan di baca.
b.      Sambil membaca:
·         memberi garis bawah hal-hal yang dianggap penting
·         memberi tanda pada bagian-bagian yang perlu
·         memberikan nomor pada bagian kanan atas yang penting
·         memberi tanda bintang pada bagian-bagian yang perlu
c.       Ajukan pertanyaan sehubungan dengan naskah yang dibaca. Pertanyaan yang diajukan berhubungan dengan kognitif yang meliputi ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.
d.      Siswa diberikan tugas membuat rangkuman dengan menggunakan bahasanya sendiri.
e.       Cara menyimpulkan teks
·         Membaca teks secara keseluruhan satu atau dua kali.
·         Mencatat ide pokok pada setiap paragraph.
·         Menghubungkan ide pokok paragraph satu dengan paragraph lain untuk menemukan kesimpulan sementara.
·         Membaca ulang teks untuk menguji kesimpulan sementara yang sudah dibuat.
·         Menyempurnakan rumusan simpulan
·         Siswa membuat kesimpulan hasil membaca

Metode Membaca Intensif (PQ4R)   

Metode belajar PQ4R merupakan metode membaca intensif yang digunakan untuk membantu siswa dalam mengingat-ingat apa yang dibaca. P singkatan dari preview maksudnya membaca selintas dengan cepat, Q singkatan dari question artinya bertanya, serta 4R singkatan dari read artinya membaca, reflecty artinya refleksi, recite artinya tanya jawab sendiri, review artinya mengulang secara menyeluruh (Trianto, 2007: 93).
Strategi belajar PQ4R merupakan salah satu bagian dari strategi elaborasi. Strategi elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna. Kaitannya dengan PQ4R strategi ini digunakan untuk membantu siswa dalam mengingat apa yang mereka baca. Selain itu, strategi ini digunakan untuk membantu proses belajar mengajar di kelas yang dilaksanakan dengan membaca buku.
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam strategi belajar PQ4R adalah seperti berikut ini.
1.   Preview
Siswa membaca selintas dengan cepat sebelum memulai membaca bahan bacaan. Siswa dapat memulai dengan membaca topik-topik subtopik utama judul dan subjudul, kalimat-kalimat permulaan atau akhir suatu pargraf atau ringkasan pada akhir suatu bab. Apabila hal itu tidak ada, siswa dapat memeriksa setiap halaman dengan cepat, membaca satu atau dua kalimat disana-sini sehingga memperoleh sedikit gambaran mengenai apa yang akan dipelajari. Perhatikan ide pokok yang akan menjadi pembahasan dalam bahan bacaan siswa.
2.   Question (Tanya)
Langkah kedua adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri untuk setiap pasal yang ada pada bahan bacaan. Pergunakan “judul dan sub judul atau topik dan sub topik utama”. Awali pertanyaan dengan menggunakan kata “apa, siapa, mengapa, dan bagaimana”. Misalnya: Masalah apa yang dibahas dalam bab tersebut dan dalam sub-sub judulnya? Masalah apa yang sedang dipikirkan dan dijawab oleh bab ini? Dengan demikian, anda sudah terlibat dan memasuki esensi dari bab tersebut. Kalau pada akhir bab telah ada daftar pertanyaan yang dibuat oleh pengarang, bacalah terlebih dahulu. Pengalaman telah menunjukkan bahwa apabila seseorang membaca untuk menjawab sejumlah pertanyaan, akan membuatnya membaca lebih hati-hati, seksama, serta dapat membantu mengingat apa yang dibacanya.
3.   Read  (membaca)
Sekarang bacalah karangan itu secara teliti dan seksama paragraf demi paragraf. Lakukan kegiatan itu dengan cepat dan nyaman. Kalau pikiran pokok secara keseluruhan digabungkan menjadi satu kesatuan akan mencerminkan ide-ide utama dari serangkaian paragraf-paragraf di dalam suatu bab. Anda harus dapat mengenal pikiran-pikiran pokok itu agar dapat mengikuti deretan pikiran sang pengarang.
4.   Reflect
Reflect merupakan suatu komponen esensial dari langkah ketiga tersebut. Selama membaca siswa tidak hanya cukup mengingat atau menghafal, tetapi mencoba untuk memahami informasi yang dibaca. Caranya dengan (1) menghubungkan informasi itu dengan hal-hal yang telah anda ketahui, (2) mengaitkan subtopik-subtopik di dalam teks dengan konsep-konsep atau prinsip-prinsip utama, (3) cobalah untuk memecahkan kontradiksi didalam informasi yang disajikan dan, (4) cobalah untuk menggunakan materi itu untuk memecahkan masalah-masalah yang disimulasikan dan dianjurkan dari materi pelajaran tersebut.
5.   Recite (ceritakanlah kembali dengan kata kata sendiri)
Siswa diminta untuk merenungkan kembali informasi yang telah dipelajari. Tuliskan ringkasan semua bagian yang dibaca dengan kalimat Anda sendiri. Hal ini penting karena Anda telah menangkap esensi bacaan dengan menyatakan butir-butir penting secara nyaring dan menanyakan serta menjawab pertanyaan-pertanyaan. Anda dapat melihat kembali catatan yang telah dibuat dan menggunakan kata-kata yang ditonjolkan dalam bacaan.
Lihat kembali pada catatan-catatan yang telah dibuat dan diingat ide-ide utama yang telah disarankannya. Periksa kembali bab itu dan yakinkanlah bahwa Anda dapat menyatakan dengan tepat isi setiap bagian-bagiannya. Dari catatan-catatan yang telah dibuat pada langkah terdahulu dan berlandaskan ide-ide yang ada,  Anda diminta membuat intisari materi dari bacaan.



6.   Review
Siswa diminta untuk membaca catatan singkat yang telah dibuatnya mengulang kembali seluruh isi bacaan bila perlu dan sekali lagi jawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Melakukan preview dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebelum pembaca mengaktifkan pengetahuan awal dan mengawali proses pembuatan hubungan antara informasi baru dan apa yang telah di ketahui. Mempelajari judul-judul dan topik-topik utama membantu pembaca sadar akan organisasi bahan-bahan baru tersebut sehingga memudahkan perpindahannya dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang.
Dari langkah-langkah strategi belajar PQ4R yang telah diuraikan di atas dapat dilihat bahwa strategi belajar ini dapat membantu siswa memahami materi pembelajaran terutama materi-materi yang lebih sukar dan menolong siswa untuk berkonsentrasi lebih lama.

Faktor yang mempengaruhi kecepatan membaca intensif
Faktor lain yang mempengaruhi kecepatan membaca intensif adalah kejelasan tulisan, keterbacaan, dan pengenalan terhadap bacaan. Kejelasan tulisan dipengeruhi oleh bentuk huruf, ukuran huruf, dan jarak spasi yang digunkan dalam menulis teks bacaan. Keterbacaan terkait dengan panjang pendeknya bacaan. Bacaan untuk membaca intensif kira-kira 2 sampai 4 halaman yang dibaca setiap harinya. Jika dihitung dari jumlah katanya, membaca intensif panjangnya paling banyak terdiri atas 500 kata. Kata tersebut dibaca dalam waktu 2 menit dengan kecepatan kira-kira 5 kata dalam satu detik.
Pengenalan pembaca terhadap isi bacaan yang dibaca menjadi faktor cepat tidaknya dalam membaca intensif. Pembaca akan lebih mudah menangkap dan memahami jika isi bacaan yang dihadapi pernah dialami, sudah dikenal, dan yang disukai. Sebaliknya, pembaca akan mengalami kesulitan menang menangkap dan memahami jika isi bacaan yang dihadapi belum pernah dialami, belum dikenal, dan tidak disukai. Dalam pembelajaran, guru perlu memilihkan bacaan yang telah dikenal siswa. Caranya adalah menyediakan bacaan yang temanya sesuai dengan perkembangan dan pengetahuan siswa atau bacaan yang kontekstual.


Jenis-jenis Membaca Intensif
Membaca telaah isi.
Membaca telaah isi yaitu membaca yang menuntut ketelitian, pemahaman, kritis berfikir dan menangkap ide dalam bacaan. Membaca telaah isi dibagi menjadi berikut ini

Membaca Teliti
Membaca teliti merupakan membaca yang dilakukan secara seksama. menurut Tarigan (2008:40-41), dalam kegiatan membaca ini perlu keterampilan-keterampilan berikut ini.
a.       Survei cepat untuk melihat organisasi dan pendekatan umum.
b.      Membaca seksama dan membaca ulang paragraf untuk menentukan kalimat judul dan perincian-perincian penting.
c.       Penemuan hubungan paragraf dengan keseluruhan tulisan membaca teliti mencakup membaca paragraf dengan pengertian, membaca pilihan yang lebih panjang, membuat catatan, dan menelaah tugas.
              Dalam kegiatan menelaah tugas ini dibantu dengan metode SQ3R.Metode SQ3R merupakan metode membaca yang ditujukan untuk kepentingan studi yang terdiri atas lima tahap, yaitu survai, question, reading, recite dan review (Tarigan 1990:54). Mula-mula metode ini dikembangkan oleh Robinson pada tahun 1946. Metode ini dibuat untuk kepentingan membaca bacaan yang berupa buku untuk kepentingan belajar. Tampubolon (1990:170) memberi nama metode SQ3R dengan istilah surtabaku yang merupakan akronim dari survai, tanya, baca, katakan, dan ulang. Penjelasan dari kelima tahap dalam SQ3R adalah sebagai berikut.
              Survai merupakan kegiatan membaca sepintas hal-hal yang pokok dalam tabel. Hal-hal pokok yang perlu disurvai adalah judul tabel dan subjudul. Manfaat mensurvai judul adalah untuk memahami pesan secara utuh dan menyeluruh. Pembaca harus meresapi judul yang disurvai karena judul merupakan ringkasan yang padat tentang informasi yang disampaikan penulis dalam bentuk tabel.
Questioin (bertanya) merupakan tahap kedua dari metode SQ3R yang berupa kegiatan pembaca menyusun pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan dibuat berdasarkan perkiraan-perkiraan pembaca sewaktu melakukan survai. Pertanyaan-pertanyaan dapat muncul karena keinginan atau hasrat pembaca untuk mengetahui mengenai sesuatu hal yang diperkirakan terdapat dalam bacaan.
Umumnya, pertanyaan-pertanyaan menanyakan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan judul dan subjudul. Misalnya, ada buku yang berjudul Membaca Efektif dan Efisien. Kemungkinan pertanyaan-pertanyaan yang muncul adalah berikut ini.
1.       Apakah yang dimaksud membaca yang efektif ?
2.       Apakah yang dimaksud membaca yang efisien?
3.       Apakah yang dimaksud membaca yang efektif  dan efisien?
4.       Bagaimana caranya membaca efektif?
5.       Bagaimana caranya membaca efisien?
6.       Apa manfaat membaca efektif dan efisien?
Pertanyaan-pertanyaan itu dicatat atau dihafal. Sebaiknya, pertanyaan-pertanyaan itu dicatat supaya pembaca tidak lupa dan tidak membebani pembaca untuk selalu mengingat-ingat pertanyaan sehingga dapat mengganggu konsentrasi pada waktu membaca.
Manfaat melakukan question bagi pembaca sebelum membaca adalah sebagai berikut.
1.       Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat akan mengarahkan pembaca untuk menemukan isi bacaan pada waktu pembaca melakukan tahap reading.
2.       Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat akan memotivasi pembaca untuk membaca dengan sungguh-sungguh karena sudah tahu target yang ingin dicapai.
3.       Pertanyaan-Pertanyaan yang dibuat akan mengarahkan pikiran pembaca pada bagian-bagian tertentu dari bacaan yang dibaca. Pembaca dikondisikan berpikir kritis atas bacaan yang dibaca. Pembaca tidak hanya menerima informasi yang disampaikan penulis. Jika belum yakin, pembaca boleh meragukan apa yang dikatakan penulis sambil mencari sumber-sumber lainnya yang dapat meyakinkan pembaca atau bahkan pembaca tambah ragu atau tidak yakin tentang apa yang ditulis penulis.
Reading (membaca) merupakan tahap ketiga dari metode SQ3R yang berupa kegiatan pembaca untuk membaca bacaan. Tahap ini merupakan tahap yang terpenting dari metode ini. Tahap sebelumnya (survai end question) dipersiapkan untuk melakukan tahap ini. Apa yang telah dirintis pada kedua tahap sebelumnya akan direalisasikan pada tahap reading. Kedua tahap sesudahnya (recite end review) merupakan tindak lanjut dari tahap ini.
Pada tahap ini, pembaca melakukan kegiatan membaca secara menyeluruh, yaitu membaca bab demi bab dan bagian demi bagian bab. Pembaca biasanya membaca dengan teliti sambil mencari jawaban dari pertanyaan pada tahap question. Untuk memperlancar proses membaca, pembaca memfokuskan pada kata-kata kunci, pikiran-pikiran pokok yang terdapat dalam bacaan, dan simpulan yang dibuat penulis. Jika diperlukan, pembaca bisa membuat catatan tentang hal-hal yang penting yang telah ditemukannya atau pembaca cukup berupa menggarisbawahi hal-hal yang penting pada buku.
Dalam membaca, pembaca tidak harus melakukan kecepatan baca yang sama. Kecepatan baca disesuaikan dengan tujuan membaca dan bacaan. Kecepatan baca bidang cepat jika yang ingin diperoleh hanya hal-hal tertentu saja atau hal-hal yang penting dan kecepatan baca lambat (diperlambat) jika yang diinginkan adalah mengetahui semua isi yang ada pada bacaan. Bagian bacaan yang sukar akan dibaca dengan lambat, bagian bacaan yang sedang dibaca kecepatan sedang, dan bagian bacaan yang mudah dibaca dengan kecepatan yang tinggi. Dengan cara seperti itu, pembaca melakukan membaca secara fleksibel.
Dengan fleksibilitas baca, pembaca harus pandai memilih model membaca yang diterapkan, teknik membaca yang digunakan, dan jenis membaca yang dipraktekkan. Model membaca yang cocok untuk membaca secara fleksibel adalah model membaca campuran. Model membaca ini menyarankan kepada pembaca untuk membaca dengan cara yang tidak sama pada setiap bagian bacaan. Gaya (model) yang ditawarkan ada dua. Pertama, gaya membaca bawah atas untuk membaca bacaan yang sulit atau belum dikenal. Kedua, gaya membaca atas bawah untuk membaca bacaan yang mudah atau sedang. Kedua gaya diterapkan bersama-sama pada waktu membaca. Hal tersebut dilatarbelakangi bahwa kesulitan bagian-bagian bacaan tidak sama. Pilihan teknik membaca juga didasarkan atas tingkat kesulitan bagian-bagian bacaan, teknik close reading dipilih jika bagian bacaan yang dibaca tingkat kesulitan bacaan tinggi atau sedang. Teknik skimming dipilih jika bagian bacaan yang dibaca tingkat kesulitannya mudah. Keberagaman pilihan teknik membaca dapat dibaca pada bab IV.
Menurut Tarigan (2008:12), pembaca buku termasuk di dalam jenis membaca dalam hati. Membaca dalam hati dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu membaca intensif dan ekstensif. Membaca intensif merupakan jenis membaca yang bertujuan untuk memahami semua informasi yang ada dalam bacaan, baik yang paling atau pokok maupun yang detail, dengan cara membaca secara teliti. Membaca ekstensif merupakan jenis membaca yang bertujuan untuk memahami informasi-informasi yang penting atau pokok yang terdapat pada bacaan dengan cara membaca secara sepintas. Dari dua jenis membaca itu, membaca buku termasuk di dalam membaca intensif.
Recite (menceritakan kembali) merupakan tahap keempat dari metode SQ3R yang berupa kegiatan membaca untuk menceritakan kembali isi bacaan yang telah dibaca dengan kata-kata sendiri. Tahap ini dilakukan apabila pembaca sudah merasa yakin bahwa pertanyaan yang telah dirumuskan pada tahap question bisa dijawab dan dapat menceritakan dengan benar mengenai bacaan yang telah dibacanya.
Tahap ini dapat dilakukan per subbab, per bab atau setelah bacaan selesai dibaca. Pertimbangan yang dijadikan dasar adalah kemahiran yang dimiliki pembaca, kebiasaan, tingkat kesulitan bacaan, dan panjang pendeknya bacaan. Pembaca yang belum mahir lebih baik melakukan recite tiap subbab, pembaca yang sudah cukup mahir disarankan merecite tiap bab, dan pembaca yang sudah mahir melakukan recite setelah selesai membaca semua bab. Recite menyesuaikan dengan kebiasaan pembaca. Ada pembaca yag biasa menceritakan kembali isi bacaan setelah selesai semua bab dibaca, ada yang selesai tiap-tiap bab, dan ada juga yang setelah selesai tiap-tiap subbab.
Tingkat kesulitan dan panjang-pendeknya bacaan menjadi menjadi pertimbangan dalam melakukan recite. Bacaan yang sulit merecitenya setelah selesai membaca pada setiap subbab, bacaan yang sedang merecitenya setelah selesai membaca setiap bab, dan bacaan yang mudah mericetenya setelah selesai membaca semua bab. Bacaan yang pendek menceritakan kembalinya setelah selesai membaca semua, bacaan yang sedang setelah selesai per bab, dan bacaan yang panjang setelah selesai per subbab.
Pada tahap ini, pembaca tidak boleh membuka-buka buku yang telah dibaca. Pembaca dalam menceritakan kembali harus sudah hafal mengenai isi bacaan. Ada kemungkinan pembaca lupa tentang sesuatu hal yang akan diceritakan. Pembaca diberi kesempatan untuk membaca bagian yang terlupakan. Hal tersebut diperbolehkan supaya tidak mengganggu tahap berikutnya (review).
Sebaiknya, recite dilakukan secara tulis (tertulis), bukan lisan. Recite tertulis dapat berupa ikhtisar. Ikhtisar dibuat berdasarkan rambu-rambu berikut ini.
1.       Ikhtisar dibuat dengan menggunakan kata-kata pembaca sendiri.
2.       Ikhtisar dibuat secara singkat, padat, dan jelas yang mencakup butir-butir penting isi bacaan.
3.       Ikhtisar dilakukan tidak berbarengan dengan kegiatan lain, misalnya sambil membaca atau sambil membuka-buka kembali halaman buku.
          (Harjasujana dan Mulyati 1997:212).
Menceritakan kembali isi bacaan (buku) tidak harus hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah dibuat pada tahap question, tetapi dapat dikembangkan. Pembaca bisa saja menceritakan kembali hal-hal yang mungkin ditanyakan oleh guru atau dosen waktu ujian dan ditanya teman-temannya sewaktu diskusi.
Bagi pembaca, tahap ini merupakan tahap evaluasi. Pembaca dievaluasi seberapa jauh, luas atau banyaknya informasi yang telah dicerna melalui kegiatan membaca. Hal tersebut dapat dilihat dari kecermatan, keteraturan, dan kedalaman dalam menceritakan kembali isi buku. Pembaca yang telah berhasil adalah pembaca yang dapat bercerita secara cermat, teratur, dan rinci. Sebaliknya, pembaca yang belum berhasil adalah pembaca yang tidak dapat bercerita secara cermat, teratur, dan rinci.
Review (meninjau kembali) merupakan tahap akhir dari metode SQ3R yang berupa kegiatan pembaca untuk memeriksa ulang bagian-bagian yang telah dibaca dan dipahami. Meninjau ulang tidak sama dengan membaca ulang. Membaca ulang merupakan kegiatan membaca untuk mengulang membaca bacaan yang telah dibaca secara teliti, sedangkan meninjau ulang merupakan kegiatan untuk melihat-lihat bagian-bagian bacaan secara secepat kilat. Bagian yang ditinjau ulang misalnya judul, subjudul, gambar, diagram, dan pertanyaan-pertanyaan yang ada pada buku.
Meninjau kembali bacaan diperlukan untuk menyegarkan kembali ingatan atas informasi-informasi yang telah diperoleh pada waktu membaca. Tahap ini berguna dalam membantu pembaca mengingat-ingat dan mengeluarkannya pada waktu ujian. Disamping itu, review bermanfaat untuk mengecek barangkali ada hal-hal yang penting terlewati.
Pada tahap ini, pembaca yang sudah mahir tidak sekedar merasa yakin telah menguasai semua isi yang ada dalam buku, tetapi pembaca juga merenungkan dan memikirkan benar-tidaknya informasi-informasi yang disampaikan penulis, kelebihan dan kelemahan buku yang dibaca, kritik dan saran yang bisa disampaikan untuk menyempurnakan buku yang dibaca.
Agar hasil baca dari metode SQ3R terpelihara dengan baik, perlu ditulis dalam kartu baca. Nama lain kartu baca menurut Tampubolon (1990:173) adalah kartu rangkuman pokok bacaan studi. Hal-hal yang dicatat dalam kartu baca adalah sebagai berikut:
1.       nama pengarang, judul buku, tahun terbit, tempat terbit, dan penerbit,
2.       topik atau judul bacaan,
3.       ringkasan mengenai pokok-pokok penting isi bacaan dengan bahasa pembaca sendiri,
4.       kutipan lengkap bagian informasi atau pernyataan yang dipandang penting dengan disertai keterangan sumber otentik (tahun terbit dan halaman).
Manfaat yang dapat diperoleh dalam menggunakan metode SQ3R ada lima. Pertama, pembaca dilatih membaca secara sistematis. Kelima tahap dalam SQ3R dilaksanakan secara sistematis mulai dari survai sampai dengan review. Informasi-informasi yang didapat dari buku secara bertahap. Kedua, membaca akan memperoleh pemahaman yang komprehensif dan tahan lama. Semua bagian-bagian buku dibaca mulai dari halaman judul sampai daftar pustaka atau indeks. Pemahaman yang diperoleh akan tahan lama tersimpan di dalam otak karena diperoleh dengan menggunakan cara yang bertahap.
Ketiga, pembaca akan dapat menentukan secara cepat apakah buku yang dihadapinya sesuai dengan yang diperlukan atau tidak. Jika buku tersebut diperlukan, pembaca akan meneruskan membacanya. Jika buku itu tidak diperlukan, pembaca akan beralih pada bacaan lain yang sesuai kebutuhannya. Pembaca dapat mengetahui hal tersebut setelah selesai melakukan survai. Contohnya adalah jika pembaca diberi tugas mencari pengertian metode SQ3R, tahap-tahap penggunaan, dan manfaat menggunakan SQ3R. Buku yang dihadapi untuk dibaca adalah buku yang berjudul Membaca 2 karangan Harjasujana dan Mulyati. Buku tersebut disurvai pada daftar isi. Dalam daftar isi terdapat judul bab metode SQ3R pada bab VIII. Sub-sub bab pada bab VIII berjudul pengertian, tahap-tahap, dan manfaat SQ3R. Dari hasil survai tersebut pembaca dapat menentukan bahwa buku itu diperlukan sehingga pembaca melakukan tahap berikutnya.
Keempat, pembaca diberi kesempatan untuk membaca secara fleksibel. Pengaturan tempo membaca tiap-tiap bagian bacaan tidak selalu harus sama. Tempo baca akan diperlambat jika membaca hal-hal yang belum diketahuinya atau bacaannya sulit. Pembaca akan mempercepat tempo bacanya jika membaca hal-hal yang sudah diketahui atau bacaannya mudah.
Kelima, pembaca membaca secara efektif dan efisien. Keefektifan membaca dapat dilihat dari tercapainya kegiatan membaca sesuai dengan tujuan. Tujuan yang ingin dicapai dalam membaca buku dituangkan dalam bentuk pertanyaan. Untuk mencapai tujuan, pembaca melakukan serangkaian tahapan yaitu reading, recide, dan review sehingga tujuan baca akan bisa tercapai dengan baik. Keefisien membaca dilihat dari sisi waktu yang dibutuhkan dalam membaca. Waktu baca dari sebuah buku dengan metode SQ3R relatif cepat. Pembaca sudah mempunyai tahap-tahap yang pasti dan persiapan yang mantap untuk membaca sehingga akan mempercepat proses membaca buku. Pembaca tidak akan mengulang bacaan yang telah dibaca. Di samping itu, pembaca melaju dengan penuh keyakinan
Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman merupakan membaca yang dilakukan secara cermat yang digunakan untuk memperoleh pemahaman (sepenuhnya) atas suatu bahan bacaan. Pembaca mengenal, menangkap, dan memahami informasi-informasi yang terdapat dalam bacaan secara tersurat (eksplisit). Pembaca hanya menangkap informasi-informasi yang terletak secara jelas dalam bacaan. Informasi secara eksplisit terdapat dalam baris-baris. Pembaca tinggal menangkap makna-makna tersebut, tidak menangkap makna yang lebih dalam lagi (implisit) atau makna dibalik baris-baris. Nurhadi (2004:57) memberi nama membaca literal.
Menurut Ferr dan Roser (1979:359) yang dapat dilakukan oleh pembaca dengan menggunakan teknik ini ada dua, yaitu:
1.    Pembaca memahami organisasi, hubungan ide-ide bawahan dan ide-ide utama.
2.    Pembaca merangkaikan informasi yang baru diperoleh ke dalam suatu kerangka yang telah ada.
Ciri-ciri pembaca yang menggunakan teknik close reading adalah sebagai berikut:
1.    Pembaca menerapkan keterampilan pemahaman pada tingkat yang rendah (dasar).
2.    Pembaca hanya menerima (memahami) apa yang ada pada tulisan.
3.    Pembaca hanya memahami makna secara tersurat.
4.    Pembaca hanya mengingat-ingat informasi yang ada dalam bacaan, yaitu tentang siapa, apa, di mana, tentang hal yang ada pada bacaan.
5.    Pembaca tidak berpikir kritis dalam menerima informasi yang ada pada bacaan.
Agar dapat berhasil dalam menggunakan teknik ini, pembaca harus memperhatikan hal-hal berikut ini.
1.    Pembaca harus sudah mempunyai keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk membaca dengan teknik close reading.
2.    Pembaca menerapkan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk membaca dengan teknik ini secara bertingkat sesuai tingkatan keterampilan yang dibutuhkan atau sesuai urutan keterampilan.
3.    Pembaca mempunyai tujuan dalam membaca yang dirancang sebelum melakukan kegiatan membaca.
Tujuan yang diinginkan oleh pembaca pada umumnya adalah mencari dan memperoleh informasi yang mencakup pemahaman terhadap isi dan makna bacaan. Tujuan yang lain selain tujuan umum adalah tujuan khusus.
Tujuan khusus meliputi:
1.    menemukan rincian atas fakta-fakta yang terjadi dalam bacaan,
2.    memperoleh ide-ide pokok yang ada pada bacaan,
3.    memperoleh informasi (ide) lain atau tambahan yang ada dalam bacaan,
4.    menemukan urutan atau susunan organisasi cerita yang ada dalam bacaan.
Teknik ini perlu dilatihkan terutama untuk pembaca yang sedang belajar karena teknik ini merupakan teknik yang digunakan untuk membaca telaah atau membaca studi. Dengan teknik ini, hal-hal yang diperoleh bersifat informatif. Pembaca membaca bacaan yang mengandung informasi-informasi yang diperlukan pelajar untuk memperoleh dan atau mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperlukan.
Membaca pemahaman melatihkan kemahiran pembaca dalam hal:
1.    memahami makna kata,
2.    memahami makna frase,
3.    memahami makna kalimat,
4.    memahami makna paragraf,
5.    memahami makna unsur detail,
6.    menangkap unsur perbandingan,
7.    menangkap unsur urutan,
8.    menangkap unsur sebab akibat,
9.    memahami (menjawab) apa, siapa, kapan, dan dimana,
10.  menyatakan kembali unsur perbandingan,
11.  menyatakan kembali unsur urutan,
12.  menyatakan kembali unsur sebab akibat.

Membaca Kritis
            Membaca kritis adalah jenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluasi, analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan (Albert let a II 1961b:1)
1.      Memahami maksud penulis
2.      Memahami organisasi dasar tulisan
3.      Dapat menilai penyajian penulis
4.      Dapat menerapkan prinsip-prinsip kritis bacaan sehari-hari.
Setelah mengetahui topik-topik bacaan, biasanya pembaca melanjutkan membaca untuk mengetahui maksud penulis terhadap permasalahan yang dibahas. Cara yang efektif dan efisien untuk mendapatkannya adalah cukup dengan membaca paragraf awal dan akhir. Paragraf awal sebuah bacaan umumnya mengandung pokok-pokok pikiran yang diuraikan pada paragraf berikutnya (paragraf isi). Semua pendapat yang akan diuraikan berikutnya ditulis pada paragraf awal. Artikel yang seperti itu merupakan bacaan yang bersifat deduktif. Penulis boleh saja menampilkan ringkasan pendapatnya pada akhir bacaan. Pendapat yang diungkapkan pada akhir bacaan biasanya berupa simpulan. Bacaan yang demikian merupakan bacaan yang bersifat induktif. Disamping kedua cara tersebut, pembaca bisa juga menemukan opini pada awal dan akhir bacaan karena penulis artikel menampilkan opini pada awal bacaan dan diulang diakhir bacaan dalam bentuk simpulan. Bacaan tersebut dinamakan bacaan yang bersifat deduktif – induktif.
Organisasi tulisan merupakan susunan bagian-bagian tulisan yang membentuk menjadi kesatuan topik. Secara umum, tersusun atas bagian awal (pendahuluan), isi (pembahasan), dan akhir (penutup). Bagian awal berisi pengantar, latar belakang, alasan, tujuan, dan atau masalah yang ingin dibahas. Bagian isi berisi pembahasan atau solusi tentang hal-hal yang ada pada bagian awal. Bagian akhir berisi simpulan dan atau saran. Untuk mengetahui organisasi itu, pembaca membaca secara sekilas bacaan yang dibaca dengan memperlihatkan bagian-bagian apa saja yang terdapat pada bacaan.
Tulisan yang sederhana tetap mempunyai organisasi tulisan. Organisasi tulisan yang ada pada bacaan yang sederhana berupa urutan ide-ide pokok yang terdapat pada bacaan. Untuk menangkap organisasi tulisan, pembaca memahami urutan ide-ide pokok, cara mengurutkan ide pokok, dan hubungan antar-ide pokok. Apabila dibuat susunan atas ide-ide pokok, sebuah bacaan berbentuk kerangka karangan.
Untuk menentukan kualitas tulisan, seorang pembaca kritis dituntut untuk menggunakan seperangkat ketrampilan berpikir. Ada delapan ketrampilan berpikir yang dilatihkan untuk meningkatkan kemampuan membaca kritis, yaitu:
(1)   ketrampilan memfokuskan,
(2)   ketrampilan mengumpulkan informasi
(3)   ketrampilan mengingat,
(4)   ketrampilan mengorganisasi,
(5)   ketrampilan menganalisis
(6)   ketrampilan menggeneralisasi,
(7)   ketrampilan mengintegrasi,
(8)   ketrampilan mengevaluasi

1.      Ketrampilan Memfokuskan
Ketamprilan memfokuskan adalah kemampuan untuk memilih informasi yang penting dan mengabaikan informasi yang tidak penting. Ketrampilan memfokuskan difungsikan sebagai langkah awal dalam proses berfikir dan sebagai jembatan awal untuk melangkah pada proses berpikir berikutnya. Melalui kegiatan ini, Anda diajak untuk membaca secara menyeluruh, kemudian menentukan masalah pokok dari teks dan menentukan tujuan penulisan.
2.      Ketrampilan Mengumpulkan Informasi
Ketrampilan mengumpulkan informasi adalah ketrampilan yang digunakan untuk menumbuhkan kesadaran pada substansi atau isi teks yang anda baca untuk digunakan dalam proses kognitif berikutnya. Ada dua kegiatan yang anda lakukan untuk menguasai ketrampilan ,mengumpulkan informasi, yaitu:
(1)   mengamati
(2)   merumuskan pertanyaan.
Melalui kegiatan 2 ini, anda diajak mengamati dan menemukan butir-butir isi essential teks dan menjawab pertanyaan kritis untuk mengintegrasikan butir-butir isi esensial teks yang telah anda temukan.
3.      Ketrampilan Mengingat
Ketrampilan mengingat adalah kegiatan atau strategi yang dilakukan secara sadar untuk menyimpan informasi dalam ingatan jangka panjang dan upaya untuk mengamankan informasi tersebut. Ada dua kegiatan yang anda lakukan untuk menguasai ketrampilan mengingat, yaitu
(1)  mengaitkan butir-butir informasi essential antara satu dengan yang  lain agar bermakna dan mudah diingat dan disimpan dalam ingatan jangka panjang,
(2)  merumuskan simpulan/penilaian terhadap butir-butir esensial yang telah anda temukan agar mudah dipanggil kembali.
4.      Ketrampilan Mengorganisasi
Ketrampilan mengorganisasi adalah ketrampilan menyusun informasi agar mudah dipahami dan disajikan secara efektif. Ada empat kegiatan yang anda lakukan untuk menguasai ketrampilan mengorganisasi yaitu,
(1)   membandingkan
(2)   mengklarifikasi,
(3)   mengurutkan,
(4)   mempresentasikan.
Melalui kegiatan ini, anda diajak membandingkan, mengelompokkan, menyusun urutan, dan membuat visualisasi yang tapat terhadap butir-butir informasi yang telah anda temukan.
5.      Ketrampilan Menganalisis
Ketrampilan menganalisis digunakan untuk mengklarifikasi informasi dengan mengkaji bagian-bagian dan hubungannya. Ada empat kegiatan yang anda lakukan untuk menguasai keterampilan menganalisis yaitu,
(1)   mengindentifikasi atribut dan komponen,
(2)   mengidentifikasi pola-pola dan hubungannya,
(3)   mengidentifikasi ide pokok,
(4)   mengidentifikasi kesalahan.
Melalui kegiatan 5 ini Anda diajak untuk  mementukan pola pengembangan ide pokok, dan membutuhkan beragam kesalahan pada teks yang ada baca.
2.      Ketrampilan Menggeneralisasi
Ketrampilan menggeneralisasi adalah simpulan tentang keseluruhan yang disusun dari pengetahuan yang telah dimiliki oleh seseorang. Ada tiga kegiatan yang anda lakukan untuk menguasai ketrampilan menggeneralisasi yaitu,
(1)   menyimpulkan,
(2)   memprediksi,
(3)   mengelaborasi.
Melalui kegiatan enam ini, anda diajak menentukan simpulan , prediksi, dan elaborasi yang tepat terkait butir-butir informasi yang telah anda temukan.
3.      Ketrampilan Mengintegrasi
Ketrampilan mengintegrasi adalah ketrampilan meletakkan secara bersama-sama bagian-bagian atau aspek-aspek yang relevan dari suatu solusi, pemahaman, prinsip, atau komposisi. Ada dua kegiatan yang anda lakukan untu menguasai ketrampilan mengintegrasi yaitu,
(1)   membuat ringkasan
(2)   merekontruksi.
Melalui kegiatan ini anda diajak meletakkan secara bersama-sama butir-butir informasi yang telah anda temukan dengan membuat ringkasan dan merengkonstruksinya.
4.      Ketrampilan Mengevaluasi
Ketrampilan mengevaluasi melibatkan penilaian kerasionalan dan kulaitas ide-ide dari teks yang anda baca. Ada dua kegiatan untuk menguasai ketrampilan mengevaluasi yaitu,
(1)   menetapkan criteria
(2)   memverifikasi.
Menetapkan kriteria adalah menetapkan acuan yang digunakan untuk menilai teks. Memverifikasi adalah kegiatan memberikan penilaian terhadap kualitas tulisan dengan menggunakan kriteria yang telah anda pilih.
Kedelapan ketrampilan berpikir inti tersebut adalah ketrampilan yang bersifat continuum, yang anda perlukan sebagai seorang pembaca kritis agar anda dapat mengumpulkan informasi, kemudian mengolah informasi secara kritis, menganalisis, menggeneralisasi, dan mengintegrasikanya untuk mendapatkan pemahaman menyeluruh atas isi bacaan , dan diikuti dengan penyikapan atas gagasan penulisnya.

Teknik Membaca Kritis
Membaca kritis adalah membaca untuk memahami isi bacaan secara rasional, kritis, mendalam, dan disertai keterlibatan pikiran untuk menganalisis bacaan. Di sini pembaca akan mencamkan lebih dalam meteri yang dibacanya. Seorang pembaca kritis menggunakan empat cara secara efektif. Keempat hal itu meliputi bertanya (seolah-olah berdialog dengan teks bacaan), menyimpulkan, menghubungkan satu keterengan dengan keterangan lain, serta menilai ide-ide dalam becaan (Agus Trianto, 2006).
Persiapan Sebelum Membaca Kritis
Membaca dengan menggunakan metode membaca kritis akan menjadi menyenangkan bagi Anda. Anda tidak hanya diminta untuk memhami isi buku bacaan tapi juga diajak berpikir kreatif mengenai isi bacaan. Berikut langkah-langkah melakukan teknis membaca kritis:
(1)   Pilihlah waktu yang sesuai untuk membaca
Waktu yang sesuai di sini adalah waktu di mana tidak terdapat gangguan baik dari luar maupun dari dalam diri. Oleh karena itu waktu yang sesuai di sini hanya Anda sendiri yang tahu kapan itu. Namun sebagian besar orang percaya bahwa waktu yang baik untuk membaca, khusunya buku pelajaran adalah di pagi hari. Di sini mungkin bisa Anda lakukan setelah Sholat Subuh.
(2)   Pilihlah suasana yang sesuai untuk membaca.
Dalam membaca  pemilihan suasana ini sangat memegang pernanan penting dan tidak bisa dikesampingkan begitu saja. Usahakan Anda membaca dalam kondisi yang terang, karena hal ini akan berpengaruh pada kemampuan Anda melihat buku bacaan yang And abaca. Kondisi yang kurang terang akan membuat diri Anda cepat dan mata cepat lelah. Selain itu Anda juga harus memperhatikan kebersihan, kenyamanan dan ketengangan tempat yang Anda gunkana untuk membaca.  Jika semua itu bisa Anda kendalikan dengan baik, maka membaca akan lebih mudah dan daya konsentrasi akan meningkat.
(3)   Perhatikan posisi membaca
Posisi membaca baik adalah duduk. Posisi duduk sangat berpengaruh dalam membaca cepat. Selain bisa melihat bahan bacaan secara menyeluruh, posisi duduku yang benar juga bisa membuat Anda santai dan tidak mudah lelah.
(4)   Siapkan alat-alat pendukung dalam membaca
Ada baiknya sebelum Anda membaca buku, Anda mempersipkan alat-alat pendukung lainnya seperti pensil, bulpoin, spidol atau buku catatan. Alat-alat bisa Anda gunakna untuk menggaris bawahi dan mencatat beberapa hal penting yang anda temukan saat anda membaca buku.
(5)   Lakukan survey isi buku
Langkah pertama yang harus anda lakukan adalah membaca terlebih dahulu bahan bacaan secara sepnitas pada bagian-bagian tertentu sajaa. Tujuannya adalah mendapatkan gambaran umum mengenai bacaan tersebut. Bagian-bagian yang perlu diperhatikan adalah parhatikan adalah Paragraf awal, paragraf akhir dan juga beberapa paragraph di tengah, bagian daftra isi, gambar tabel dan grafik.
(6)   Membuat Pertanyaan
Pertanyaan-pertanyaan ini biasanya akan muncul pada saat kita melakukan survey. Usahakan cari apa yang tidak kita pahami, minimal ada sebuah kata yang tidak tahu artinya dan beri tanda pada bagian-bagian yang tidak dimengerti tersebut.
(7)   Membaca teliti
Lakukan sebagai langkah untuk mncari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul daam proses survey. Baca dengan teliti dan seksama paragraf demi pararaf, bagian demi bagian untuk menangkap pokok-pokok pikiran dari tiap bagian. Usahakan jangan pindah bagian jika belum mengerti dan memaham bagian tersebut.
(8)   Lakukan evaluasi
Merupakan langkah dimana terdapat pertanyaan apakah anak sudah menguasai bahan? Yakinkan bahwa anak sudah memahami bahan bacaan tersebut. Jika belum, coba cari apa cari apa yang anak tidak mengerti dan temukan jawabannya.
Teknik-teknik membaca kritis
a.       Kemampuan mengingat dan mengenali bacaan
b.      Kemampuan menginterpretasi makna tersirat
c.       Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep
d.      Kemampuan menganalisis bacaan
e.       Kemampuan menilai bacaan
f.       Kemampuan mengkreasi bacaan atau mencipta bacaan

Tujuan Membaca Kritis
a.       Memahami tujuan penulis atau pengarang
b.      Memanfaatkan kemampuan membaca pemahaman dengan  kemampuan membaca kritis
c.       Memahami organisasi tulisan atau bacaan
d.      Memberikan penilaian terhadap penyajian penulis atau pengarang
e.       Menerapkan prinsip-prinsip kritis terhadap bacaan

Kemampuan yang dituntut dalam membaca kritis, yaitu:
(1)   Keterampilan menemukan informasi
(2)   Keterampilan menemukan ide pokok
(3)   Keterampilan menemukan organisasi tulisan
(4)   Keterampilan menemukan suasana batin bacaan
(5)   Keterampilan menyimpulkan bacaan
(6)   Keterampilan menemukan maksud dan tujuan penulis
(7)   Keterampilan mengadakan prediksi
(8)   Keterampilan membedakan antara fakta dan opini
(9)   Keterampilan menemukan dan membedakan antara realitas dan fantasi

Karakteristik Membaca Kritis
Pernahkan Anda membaca, kemudian mengomentari bacaan atau bahkan ingin membuat/menulis bacaan tanggapan? Jika Anda pernah mengalami hal ini berarti Anda sudah menerapkan membaca kritis.
1.      Berpikir dan Bersikap Kritis
Membaca kritis pada dasarnya merupakan langkah lebih lanjut dari berpikir dan bersikap kritis. Adapun kemampuan berpikir dan bersikap kritis meliputi:
a.       menginterpretasi secara kritis;
b.      menganalisis secara kritis;
c.       mengorganisasi secara kritis;
d.      menilai secara kritis;
e.       menerapkan konsep secara kritis (Nurhadi, 1987:143).
Adegan teknik-teknik yang digunakan untuk meningkatkan setiap kritis adalah sebagai berikut (cf. Nurhadi, 1987:145-181), yaitu (a) Kemampuan mengingat dan mengenali bahan bacaan, (b) kemampuan menginterpretasi makna tersirat, (c) kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep dalam bacaan, (d) Kemampuan menganalisis isi bacaan, (e) kemampuan menilai isi bacaan, (f) kemampuan meng-create bacaan atau mencipta bacaan. Keenam sikap kritis tersebut sejalan dengan ranah kognitif dalam taksonomi Bloom yang sudah direvisi oleh Anderson dan krathwhol (2001:268). Berikut ini adalah penjelasan masing-masing.
a.       Kemampuan mengingat dan mengenali
Kemampuan mengingat dan mengenali meliputi kemampuan:
(1)   Mengenali ide pokok paragraph
(2)   Mengenali tokoh-tokoh cerita dan sifat-sifatnya
(3)   Menyatakan kembali ide pokok paragraph
(4)   Menyatakan kembali fakta-fakta atau detil bacaan
(5)   Menyatakan kembali fakta-fakta perbandingan, unsur-unsur hubungan sebab-akibat, karakter tokoh dan sebagainya.
b.      Kemampuan memahami/menginterpretasi makna tersirat
Tidak semua gagasan yang terdapat dalam teks bacaan itu dinyatakan secara tersurat atau secara eksplisit pada baris kata-kata atau kalimat-kalimat.
2.      Kegiatan Dalam Membaca Kritis
Ada tiga kegiatan yang terdapat dalam membaca kritis
(1)   Membaca Dengan Berpikir
Membaca hendaknya memikirkan persoalan-persoalan atau fakta-fakta yang ditampilkan dalam bacaan. Pembaca memikirkan maksud dan tujuan penulis mengemukakan fakta-fakta tersebut. Tujuan pembaca dengan cara berpikir ini supaya pembaca dapat menentukan batasab-batasan dari persoalan-persoalan atau fakta-fakta yang dikemukakan oleh pengarang
(2)   Membaca Dengan Menganalisis
Analisis merupakan kunci membaca kritis. Dengan menganalisis pembaca dapat mengetahui apakah gagasan atau fakta-fakta yang dikemukakan pengarang sungguh di sokong oleh detail-detail yang diberikannya atau tidak. Pembaca selanjutnya dengan cara itu akan dapat memisah-misahkan mana detail-detail yang penting, mana detail yang cocok dan detail yang tidak cocok.
(3)   Membaca Dengan Penilaian
Tugas pembaca kritis adalah menilai fakta atau pernyataan yang dapat menyokong gagasan pokok yang dikemukakan. Pembaca harus sanggup menentukan apakah fakta yang dibacanya ada hubungannya satu dengan yang lainnya atau mungkin pembaca nenemukan dua atau lebih fakta yang seharusnya dipandang sebagai fakta yang terpisah. Akhirnya pembaca menentukan penilaian terhadap fakta-fakta yang disajikan oleh penulis.
3.      Bahan-bahan Membaca Kritis
Bahan-bahan yang dibaca secara kritis meliputi hal-hal sebagai berikut:
a.       Esai
b.      Biografi dan autografi
c.       Drama
d.      Laporan-laporan yang bertentangan atau kesimpulan-  kesimpulan yang berbeda dalam lapangan sejarah, ekonomi, hukum dan politik
e.       Peristiwa-peristiwa yang dijumpai dalam koran, majalah, propaganda dan lain-lain.
4.      Teknik Membaca Kritis
Menurut sudarso (1988:72) ada empat teknik yang dapat digunakan dalam membaca kritis.
a.       Mengerti Isi Bacaan
Mengenali fakta dan menginterprestasikan apa-apa saja yang dibaca dengan kata lain mengerti ide pokok, mengetahui fakta penting dan dapat membuat kesimpulan serta menginterprestasikan ide-ide tersebut. Fakta berguna untuk menambah informasi sedangkan ide bermanfaat untuk menambah pemahaman. Mendapat informasi bertujuan sekedar mengetahui sesuatu itu fakta sebaliknya pemahaman bertujuan mengetahui segalanya tentang fakta.
b.      Menguji Sumber Penulis
Apakah penulis dapat dipercaya?. Kita harus mencari tahu kebenarannya misalnya mengetahui di bidang apa penulis itu berkompeten, dalam hal ini termasuk uji pandangan, tujuan dan asumsi penulis yang terdapat dalam tulisannya untuk membedakan apakah tulisan itu fakta atau opini.
c.       Interaksi Antara Penulis Dengan Pembaca
Pembaca tidak hanya mengetahu maksud penulis tetapi juga membandingkan dengan pengetahuan yang dimilikinya dari penulis-penulis lain. Pembaca juga perlu menilai dan membandingkan isi bacaan dengan pengetahuan yang ada padanya
d.      Terbuka Terhadap Gagasan Penulis
Pembaca hendaknya menghargai pendapat yang dikemukakan oleh penulis kemudian pembaca juga mengevaluasi teknik penulisannya. Akhirnya penulis mempertimbangkan dan mengujinya alasannya dengan alasan yang logis dan interprestasi yang berdasar
5.      Faktor Yang Mempengaruhi Membaca Kritis
Faktor Penunjang Membaca. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca dapat di identifikasi dari dua aspek yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal berkaitan dengan diri pembaca secara langsung, sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri pembaca. Faktor eksternal masih dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor keadaan/linkungan dan faktor teks.Faktor Internal yang mempengaruhi kemampuan  membaca adalah motivasi, pengetahuan/pengalaman, ketertarikan, kebermanfaatan, kesehatan dll. Untuk factor eksternal yang terkait dengan lingkungan, seperti suasana, cahaya, suara, waktu, dan ruangan.
Faktor eksternal berkaitan dengan teks yaitu pada bahasa, pilihan kata, setting/tata tulis, keterbacaan, dan isi bacaan. Aspek-aspek di atas tersebut yang harus dikenali seoarang pembaca agar tujuan proses membaca yang dilakukan dapat diperoleh pemahaman yang baik.
6.      Strategi K-W-L dalam Pembelajaran Membaca Kritis
Keberhasilan dalam pembelajaran ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu guru, siswa, bahan, media, metode dan evaluasi. Proses pembelajaran  akan tercapai jika terjadi saling keterkaitan antara komponen-komponen  tersebut secara baik. Begitu pula dengan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajaran membaca kritis. Saat pembelajaran di kelas yang memegang peranan penting adalah pendidik/guru. Pendidik harus merencanakan tujuan, melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran. Untuk mencapai pembelajaran yang maksimal, pengajar harus memilih metode yang tepat agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, guru harus menguasai metode mengajar, memilih dan menerapkannya sesuai dengan kondisi dan tujuan yang ingin dicapai. Berbagai upaya sudah dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan membaca kritis. Khusus untuk pembelajaran membaca telah dikenalkan metode-metode seperti SQ3R, PORPE, PReP, ICOLA, K-W-L, dan sebagainya. Metode-metode tersebut di atas bukanlah sesuatu yang benar-benar baru, hanya saja belum kesemuanya pernah diuji terapkan.
Metode K-W-L adalah salah satu metode pembelajaran membaca yang menekankan pada pentingnya latar belakang pengetahuan pembaca. Dimana sebagian besar pendidik di lapangan mengabaikan latar pengetahuan dan kepentingan pembaca (D. Ogle, 1986, Via Tierney 1990: 283). Metode K-W-L terdiri  dari tiga langkah, yaitu langkah K- What I Know (apa yang saya ketahui), langkah W- What I Want to Learn (apa yang ingin saya pelajari), dan langkah L- What I Learned (apa yang telah saya pelajari). K-W-L dikembangakan dan diuji terapkan untuk mengetahui kerangka kerja guru untuk mengetahui kemampuan siswa. Langkah-langkah kerja tersebut meliputi penggagasan, pengelompokan ide, hasil pertanyaan-pertanyaan, membimbing dan mempelajari  untuk lebih memahami dan menganalisis sesuatu yang dibaca. Pelaksanaan metode ini, terdiri dari tiga tahapan, yaitu;
pertama mengakses apa yang telah diketahui siswa, kedua; menentukan apa yang ingin diketahui sebelum membaca, dan ketiga; memahami apa yang dipelajari dan direkan dari bahan bacaan.
Penerapan metode K-W-L dalam pembelajaran membaca kritis dapat di jabarkan sebagai berikut.
1.      Langkah K-
Pada tahap ini ada empat langkah utama yang dilakukan guru dalam pembelajaran yaitu, pertama; membimbing siswa menyampaikan ide-ide tentang topik bacaan yang akan di baca,kedua; mencatat ide-ide siswa tentang topik yang akan dibaca, ketiga; mengatur diskusi tentang ide-ide yang diajukan siswa, keempat; Memberikan stimulus atau penyelesaian contoh mengategori ide.
2. Langkah W-
Pada langkah kedua ini yang dilakukan adalah membimbing mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan topik bacaan. Selain itu, dosen juga membimbing mahasiswa untuk membuat skala prioritas tentang pertanyaan-pertanyaan yang benar-benar mereka inginkan jawabannya.
3. Langkah L-
Pada langkah L- guru hanya membimbing siswa menuliskan kembali apa yang telah dibaca dalam bahasanya masing-masing. Untuk lebih lengkapnya tentang penerapan metode K-W-L akan dikaji dalam siklus kerja di kelas.

Menurut Ahmad Slamet (1988:11.3) untuk dapat melakukan kegiatan membaca kritis, ada empat macam persyaratn pokok, yakni:
1) pengetahuan tentang bidang ilmu yang disajikan dalam bahan bacaan yang sedang dibaca;
2) sikap bertanya dan sikap menilai yang tidak tergesa-gesa;
3) penerapan berbagai metode analisis yang logis atau penelitian ilmiah;
4) tindakan yang diambil berdasarkan analisis dan pemikiran tersebut.
Jika sorang pembaca memiliki keempat persyaratan pokok tersebut maka sorang pembaca kritis akan dapat menarik manfaat yang sssngat penting, antara lain:
1) pemahaman yang mendalam dan keterlibatan yang padu sebagai hasil usah menganalisis sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan bacaan;
2) kemampuan mengingat yang lebih kuat sebagai hasil usaha memahami berbagi hubungan yang ada didalam bahan bacaan itu sendiri dan hubungan antara bahan bacaan itu dengana bahan bacaan lain atau dengan pengalaman membaca
3) kepercayaan terhadap diri sendiri yang mantap untuk memberikan dukungan terhadap berbagi pendapat tentang isi bacaan.

Selanjutnya,Ahmad Slamet juga menyatakan dalam proses membaca kritis dikenal tiga cara membaca, yakni:
1) membaca pada baris, yakni untuk dapat mengikhtisarkan keseluruhan bacaan dan mengenal bagian- bagian sebagai bahan pijakan yang kuat untuk memberikan penilaian terhadap isi bahan bacaan tersebut;
2) memmbaca diantara baris, yakni menganalisis apa  yang dimaksud oleh pengarang yang
sesungguhnya, khususnya yang tersirat;
3) ddan membaca diluar baris, yakni untuk mengevaluasi relevansi ide-ide yang dituangkan didalam bahasan bacaan tersebut.
Kedua cara membaca diantara baris dan membaca diluar baris tersebut meliputi penggunaan empat macam cara, yakni dengan menanyakan, menyimpulkan,  menghubungkan, dan menilai/menempatkan. Dengan jalan bertanya, pembaca membuat sebuah dialog denagn pengarang; dia melacak sebab- sebab yang menjadikan suatu ide tidak jelas, tidak runtut, ajeg, atau tidak relevan bahkan tidak dinyatakan sama sekali. Dengan jalan membuat kesimpulan inferensi, pembaca dapat menampakkan berbagai asumsi dan implikasi yang tersirat diantara baris. Pembaca sambil membaca membuat kesimpulan atau inferensi, pembaca dapat menampakkan berbagai assumsi dan implikasi yang tersirat diantara baris.
Pembaca sambil membaaca membuat hubungan antara pikiran yang satu dengan pikiran yang lainnya yang diungkapkan dalam bacaan itu atau pikiran- pikiran yang ada dalam karya tulis lainnya, ataupun dengan hal-hal yang pernah dialaminya, akan dapt melahirkan dasar-dasar untuk membandingkan berbagai macam pendapat. Dan dengan jalan menilai,  pembaca akan sampai pada suatu pengambilan keputusan tentang nilai bahan bacaan berdasarkan ukuran-ukuran tertentu. Penggunaan teknik membaca kritis memberikan manfaatberupa penilaian yang beralasan serta pemahaman mantap sebagai akibat keterlibatan yang mendalam dengan bahan bacaan. Teknik membaca kritis juga dapat membebaskan orang dari cengkeraman sikap berpikir yang sempit dan mengembangkan kemampuan untuk melihat dan menghargai keindahan, keteraturan, dan kebenaran, apapun yang membawa kepada kesempurnaan.

Aneka Kemampuan Untuk Meningkatkan Sikap Kritis
Nurhadi (1987: 145-181) memberikan jurus-jurus latihan untuk meningkatkann sikap kritis
sebagai berikut :
(1)  Kemampuan Mengingat dan Mengenal
Kemampuan-kemampuan yang termasuk ke daaalam kemampuan mengingat dan mengenali
ini meliputi :
-  Kemampuan mengenali ide pokok paragraf
-  Mengenali tokoh-tokoh cerita berserta sifat-sifatnya
-  Menyatakan kembali ide pokok paragraf
-  Menyatakan kembali gagasan utama yang terdapat dalam bacaan
-  Menyatakan kembalii perbandingan, unsur hubungan, sebab akibat, karakter tokoh
dan sejenisnya.

(2)  Kemampuan menginterpretasikn makna tersirat
Tidak semua gagasan yang terdapat dalam teks bacaan itu dinyatakan secara tersurat atau
eksplisit pada baris kata-kata atau kalimat-kalimat. Seringkali pula,, gagasan serta makna tersebut terkandung di balik baris kata-kata atau kalimat-kalimat tersebut, dan untuk menggalinya diperlukan sebuah interpretasi dari pembacanya. Pembaca harus mampu memberikan ide-ide pokok dan ide-ide penunjang yang secra eksplisit tidak dinyatakan oleh pengarangnya, serta harus mampu memberikan fakta-fakta yang disajikan secara kritis.
Yang termasuk kemampuan ini antara lain :
-  Kemampuan menafsirkan ide pokok paragraf,
-  Menafsirkan gagasan utama bacaan,
-  Menafsirkan ide-ide penunjang,
-  Membedakan fakta-fakta atau detail bacaan,
-  Memahami secara kritis hubungan sebab akibat,
-  Memahami secara kritis unsur-unsur perbandingan.

(3) Kemampuan mengaplikasi konsep-konsep dalam bacan
Seorang pembaca kritis tidak boleh berhenti sampai  pada aktivitas menggali makna tersirat
melalui pemahaman dan interpretasi secara kritis saja, tetapi dia juga harus mampu menerapkan konsep-konsep yang terdapat dalam bacaan ke dalam situasi baru yang bersifat problematis.
Kemampuan-kemampuan pada tarap ini meliputi:
- Kemampuan mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam bacaan,
- Menerapkan konsep-konsep atau gagasan-gagasan utama bacaan ke dalam situasi baru yang
problematis,
- Menunjukan kesesuaian antara gagasan utama dan situasi yang dihadapi.

(4) Kemampuan menganalisis isi bacaan
kemampuan menganalisis ialah kemampuan pembaca melihat komponen-komponen atau
unsur-unsur yang membentuk suatu kesatuan. Sebagaimana kita ketahui, kessatuan dalam bacaan meliputi gagasan utama, kesimpulan-kesimpulan, pernytaan-pernyataan dan sebagainya, lalu pembaca diharapkan melihat fakta-fakta, detil-detil penunjang, atau unsur-unsur pembentuk yang lain yang tidak tersebutkan secara eksplisit.
Kemamppuan menganalisis inti bacan ini meliputi hal-hal berikut
-kemampuan memberikan gagasan utama bacaan,
-memberi detil-detil atau data-data penunjang,
-mengklasifikasikan fakta-fakta,
-membandingkan antara gagasan yang terdapat dalam bacaan,
-  memberikan detil-detil atau data- data penunjang,
-  mengklasifikasikan fakta-fakta,
-  membandingkan antar gagasan yang terdapat dalam bacaan,
-  membandingkan karakteristik tokoh yang terdapat dalam bacaan.

(5). Kemampuan membuat sintesis
kemampuan membuat sintesis merupakan kemampuan pembaca melihat kesatuan gagasan melalui bagian- bagiannya. Sebagaimana kita ketahui, sebuahteks bacaan, apapun bentuknya, pada dasarnya didalamnya membuat sebuah kesatuan gagasan yng bulat dan utuh. Hanya saja akibat cara dan gaya pengungkapan yang pengungkapannya yang berbeda terkadang gagasan atau pesan tersebut terlihat samar-samar atau berpencaran. Dalam kasus semacam itu, kewajiban pembaca adalah melakukan penyintesisan. Bentuk- bentuk penyintesisan tersebut, misalnya, berupa kesimpulan atau ringkasan, ide pokok, gagsana utama bacaan, tema atau kerangka karangan.
Secara rinci kemampuan tersebut meliputi:
- kemampuan membuat kesimpulan bacaan,
- mengorganisasikan gagasan utama bacaan,
- mementukan tema karangan,
- menyuseun kerangka karangan,
-menghubungkan data-data sehingga diperoleh suatu kesimpulan,
- membuat ringkasan atau ikhtisar.

(6). Kemampuan menilai isi bacaan
kemampuan yang perlu disahkan berikutnya sebagai sarana pembentukan sikap kritis, yakni
kemampuan menilai isi dan penataan bacaan secara kritis. Maksudnya, seorang pembaca kritis harus mampu melakukuan penilaian- penilaian terhadap keseluruhan isi bacaan melalui aktivitas- aktivitas mempertimbangakn, menilai, dan menentukan keputusan- keputusan. Caranya antara lain dengan mengajukan penilaian atas kebenaran gagasan atau pernyataan yang dikemukakan oleh penulis lewat pertanyaan- pertanyaan seperti: apakah pernyataan tersebut benar? Apa maksud yang ingin dituju oleh pengarang lewat tulisan yang dibuatnya tersebut?
Kemampuan menilai bacaan ini merupakan kemampuan tertinggi pada tingkatan intelektual
seorang pembaca karena dia tidak begitu saja mempercayai terhadap apa-apa yang dibacanya sebelum dilakukan proses pengkajian terlebih dahulu. Secararinci, kemampuan yang menyangkut sikap kritis dalam menilai bacaan, terutama terhadap aspek isi dan penggunaan bahasa dalam karangan ini meliputi:
- kemampuan menilai kebenaran gagasan utama atau ide pokok paragraf atau bacaan secara
keseluruhan,
- kemampuan menilai dan menentukan bahwa pernyataanadalah sebuah fakta atau sekedar sebuah opini saja,
- kemampuan menilai dan menentukan apakah sebuah bacaan diangkat berdasarkan realitas atau hanya didasarkan atas fantasi pengarangnya saja
- kemapuan menentukan tujuan pengarang dalam menulis karangannya,
- kemempuan menentukan relevansi antara tujuan dengan pengembangan gagasan,
kemempuan menentukan keselarasan antara data yangdiungkapkan dengan kesimpulan yang dibuat oleh pengarang,
-  kemampuan menilai keakuratan penggunaan bahasa yangdilakukan oleh
pengarang, baik pada tatar kata, frasa, kalimat, maupun pada tatar kalimat.

Untuk mengakhiri bahasan membaca kritis ini berikutakan dikutipkan uraian tjuh prosedur
dengan komentarnya ihwal membaca kritis sebagaimanadikatakan oleh Ahmad Slamet (1988:11.20).
1.  Berpikirlah secara kritis
Komentar : Membaca kritis menunutu aktivitas, kewaspadaan dan kebijaksanaan pembaca. Ini berarti apresiasi/penghargaan terhadap ketepatan penyajian penullis ataupun rencana terhadap segala kelemahan dan kekurangannya. Memikirkan membaca secara demikian memberi makna tentang bedanya membaca itu dari sekedar membeo kata-kata pengarang.
2.  Lihatlah apa yang ada dibalik kata-kata itu untuk mengetahui motivasi penulis dalam usahanya itu.
Komentar : Apa yang hendak diusahakan oleh penulisitu terhadap pikiran pembahasannya? Efek apa yang dimiliki kata-kata penulis itu dalam usahanya mempengaruhi pembacanya. Kadang- kadang tampak perbedaan yang besar antara apa yang  dikatakan pengarang dengan apa yang dimaksud olehnya
3.  Waspadailah terhadap kata- kata yang mempunyai sifat berlebihan: yang tidak tentu batasannya, yang emosional, yang ekstrim, atau yang merupakan generalisasi yang berlebihan.
Komentar: Kata-kta seperti hanya, mustahil, pasri sempurna seluruhnya, setiap, tidak ada
bandingannya, luar biasa, dan kata-kata sejenis lainnya selalu menimbulkan keraguan bagi pembaca yang kritis. Waspadailah terhadap generalisasi yangterlalu luas cakupannya.
4.  Waspadailah terhadap perbandingan yang tidak memenuhi persyaratan .
5.  cermati logika yang tidak logis.
Komentar: kadang-kadang penulis menggunakan kalimat-kalimat dan jalan pikiran yang tidak hati-hati. Kesalhan seperti itu merupakan muslihat mereka yang bermaksud mengacaukan jalan pikiran anda, dan mengabutkan permaslahan.
6.  Perhatikan pernyatan yang anda baca itu secara persegi dan tidak emosional
Komentar: serinkalli khayalan pembaca berada di antara kata-kata di atas kertas dan pemahanan atas kata-kata itu. Keadaan tersebut sangat berbahaya, sebab dengan demikian pembaca mencamkan makna-makna yang sesungguhnya tidak tertera pada halamanan yang sedang dibaca itu. Berhati-hatilah jangan sampai mencoba mencari  sesuatu di dalam suatu pernyataanyang tidak ada sangkut pautnya dengan kat-kata yang ada pada baris-baris yang anda baca itu.
7.  Janganlah anda menjadi bimbang karena anda mengetahui apa yang anda baca itu mesri sesuai dengan pikiran penulis.
Komentar: anda tidak usah harus selalu setuju dengan apa yang anda baaca. Namun demikian, anda dituntut untuk memahami apa yang anda itu sebaik-baiknya. Ada dua proses yang sangat berbeda sekali: yang bersifat emosional dan yang bersifat intelektual. Janganlah sekali-kali keduanya itu dikacaukan.

Membaca Ide
            Membaca ide adalah kegiatan pembaca yang ingin mencari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan. Kemudian menurut Anderson (1972) sebagaimana dikutip oleh Tarigan (2008:117) membaca ide merupakan kegiatan membaca yang bertujuan untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut dari suatu bacaan:
a) mengapa hal itu merupakan judul atau topic yang baik.
      b) masalah apa saja yang dikupas atau dibentangkan dalam bacaan tersebut.
c) hal-hal apa yang dipelajari dan dilakukan oleh sang tokoh.
            Dalam mencari ide-ide dalam suatu bacaan kita dapat menikmati keunikaan yang terkandung dalam bacaan tersebut. Keunikan dari ide-ide tersebut kadang kala membuat pembaca berimajinasi dengan pikirannya. Dengan adanya kegiatan tersebut muncul  ide-ide baru dari hasil kegiatan membaca ini.
Ide dalam sebuah bacaan terkandung dalam paragraf yang disebut ide pokok. Dalam bahasa Indonesia, ide pokok bersinonim dengan istilah pikiran utama, pokok pikiran, kalimat pokok, yang semuanya mempunyai arti yang sama serta mengacu pada pengertian kalimat topik. Gagasan pokok yang menjadi bahasan sebuah paragraf disebut pokok bahasan atau topik (Sakri 1992:3). Dalam sebuah paragraf pastilah terdapat kalimat pokok atau kalimat utama, kalimat tersebut merupakan kunci dan pokok bahasan.
Zainuddin (1992:46) paragraf adalah satuan bahasa yang mengandung ide untuk mengungkapkan buah pikiran yang dapat berupa satu atau beberapa kalimat. Buah pikiran tersebut dapat diuraikan ke dalam beberapa kalimat. Namun, pada umumnya dalam suatu paragraf terdapat satu ide pokok atau gagasan pokok yang dijabarkan sehingga terdapat pikiran utama dan pikiran penjelas. Pikiran utama biasanya terdapat pada awal paragraf, tengah paragraf, awal dan akhir paragraf atau pun terdapat pada seluruh paragraf.
Hal senada juga disampaikan oleh Mustakim (1994:112) paragraf sebagai suatu bentuk pengungkapan gagasan yang terjalin dalam rangkaian beberapa kalimat. Dalam praktiknya, paragraf terkadang hanya terdiri dan beberapa kalimat atau pun hanya satu kalimat. Namun, jumlah kalimat tersebut bukanlah menjadi ukuran dalam penyebutan paragraf. Hal tersebut karena yang terpenting dalam sebuah paragraf adalah kesatuan gagasan yang diungkapkannya.
Paragraf adalah bagian bacaan yang mengandung satu satuan gagasan, yang biasanya disebut dengan ide pokok paragraf (Nurhadi 2005b:69). Lebih lanjut menurut Nurhadi, beberapa teinpat kalimat utama atau ide pokok antara lain (1) ide pokok di awal paragraf (kalimat pertama); (2) ide pokok di akhir kalimat (kalimat penutup); (3) kalimat topik terdapat pada kalimat pertama dan terakhir; (4) ide pokok menyebar di seluruh paragraf.
Haryanta (2008) mengungkapkan, inti atau ide pokok paragraf merupakan gagasan yang secara struktural maknawi membawakan gagasan yang lain. Oleh karena itu, inti atau ide pokok merupakan suatu konsep yang secara ordinatif mencakup konsep gagasan lain mengubordinasi gagasan kalimat.
Soedarso (2004:66) paragraf adalah kumpulan kalimat yang berisi satu gagasan. Satu paragraf mengandung satu ide, satu pokok pikiran, satu tema, dan satu gagasan. Paragraf merupakan jalan yang ditempuh oleh penulis untuk menyampaikan buah pikirannya. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan membaca. Dalam satu paragraf ada kalimat pokok atau kalimat kunci. Kalimat itu mengandung ide pokok paragraf. Kalimat lainnya adalah kalimat pendukung, yang menguraikan, menjelaskan, melukiskan, menjabarkan, atau menyajikan contoh-contoh ide pokok.
Gagasan utama atau ide pokok dalam paragraf merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam paragraf. Gagasan utama atau ide pokok paragraf biasanya terdapat dalam kalimat utama. Kalimat utama pada umumnya berupa kalimat yang pertanyaannya paling umum dalam sebuah paragraf. Dilihat dari segi tempatnya kalimat utama pada umumnya berada pada awal atau akhir paragraf. Gagasan utama atau ide pokok dapat ditemukan dengan menghilangkan bagian atau membuang bagian yang tidak penting.
Karena masih bersifat umum, gagasan utama atau ide pokok perlu penjelasan atau rincian. Rincian inilah yang disebut dengan gagasan penjelas. Gagasan penjelas dapat berupa rincian, contoh, perbandingan, atau pertentangan. Dalam suatu wacana biasanya terdapat beberapa kalimat topik yang berasal dari pengembangan paragraf demi paragraf. Satu paragraf hanya mengandung satu kalimat topik. Secara garis besar teknik pengembangan paragraf ada dua macam. Teknik pertama, menggunakan “ilustrasi”. Apa yang dikatakan kalimat topik itu dilukiskan dan digambarkan dengan kalimat-kalimat penjelas, sehingga di depan pembaca tergambar dengan nyata apa yang dimaksud oleh penulis. Teknik kedua, dengan “analisis”, yaitu apa yang dinyatakan kalimat topik dianalisis secara logis, sehingga pernyataan tadi merupakan sesuatu yang meyakinkan.
Dalam praktik pengembangan paragraf, kedua teknik di atas dapat dirinci lagi menjadi beberapa cara yang lebih praktis, diantaranya dengan (a) memaparkan hal-hal yang khusus (umum-khusus/khusus-umum); (b) memberikan contoh; (c) menampilkan fakta-fakta; (d) memberikan alasan-alasan; dan (e) dengan perbandingan, definisi luas, atau campuran (Wagiran dan Doyin 2005:57).
Soedarso (2004:64-65) menjelaskan bahwa ide pokok dapat ditemukan di semua bagian buku. Buku secara keseluruhan mempunyai ide pokok yang umum, kemudian tiap bab mempunyai ide pokok yang agak spesifik. Setiap bab terbagi lagi menjadi bagian bab yang mempunyai ide pokok yang lebih spesifik lagi dan setiap bagian bab terbagi menjadi paragraf yang mengandung ide pokok yang amat spesifik.
Untuk memudahkan Anda mendalami sebuah buku, hendaklah Anda selalu menemukan ide pokok pada setiap buku yang meliputi: (1) ide pokok buku keseluruhan; (2) ide pokok bab; (3) ide pokok bagian bab/sub-bab; dan (4) ide pokok paragraf. Jika ide pokok sulit dikenali, Anda perlu membaca semua detail secara hati-hati agar lebih mudah memahami. Jika ide pokok sudah Anda dapatkan, Anda dapat menjabarkan detail yang mendukung atau Anda dapat membaca detail itu dengan kecepatan yang tinggi.
Menurut Nurhadi (2004:69) tujuan membaca adalah menangkap gagasan utama atau ide pokok yang melandasi pengembangan bacaan itu. Maksudnya adalah ide-ide yang membangun keseluruhan bacaan. Pada dasarnya sebuah teks bacaan yang utuh adalah sebuah bangun yang terdiri atas gagasan-gagasan yang lebih kecil. Untuk menangkap ide dasar itu secara cepat yang terpenting bagi seorang pembaca adalah menyerap ide-ide yang lebih kecil. Ide pokok paragraf, misalnya. Untuk ini ada semacam petunjuk atau indikator dalam mengenalinya.
Ide pokok paragraf pada umumnya berada pada kalimat-kalimat topik (kalimat utama). Kalimat ini yang biasanya menjadi tumpuan pengembangan paragraf. Oleh karena itu, untuk menemukan ide pokok paragraf ini, caranya adalah dengan mencari kalimat utama. Setelah itu, pembaca bisa mengabaikan kalimat yang lain. Tempat kalimat utama atau kalimat topik biasanya dapat dilacak di beberapa tempat, yaitu:
1)   Kalimat topik di awal paragraf (kalimat pertama)
Membaca kalimat pertama, kemungkinan ide pokok itu ada di awal paragraf. Paragraf induktif biasanya berciri demikian. Simpulan dulu baru penjelasan.
2)   Kalimat topik ada pada akhir kalimat (kalimat penutup)
Bila tidak ditemukan pada kalimat pertama, maka pembaca dapat mencari pada kalimat yang terakhir. Paragraf deduktif, pada umumnya berciri demikian. Penjelasan dulu, baru kemudian simpulan. Simpulan ini tertampung pada kalimat terakhir.
3)   Ide pokok terdapat pada kalimat pertama dan terakhir. Pembaca dapat mencari pada gabungan antara kalimat pertama dan kalimat terakhir, jika prosedur kedua juga gagal.

4)   Ide pokok paragraf menyebar di seluruh paragraf. Jika tidak menemukannya melalui prosedur satu, dua, dan tiga, maka pembaca harus mencari ide pokok sendiri, sebab ide pokok menyebar di seluruh paragraf. Artinya pengarang hanya menyatakan ide pokok secara implisit. Pembaca sendiri yang harus membuat simpulan.

Tarigan (2009:25-28) mengatakan bahwa berdasarkan letak ide pokoknya paragraf dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) paragraf yang berpolakan umum-khusus (deduktif); (2) paragraf yang berpolakan khusus-umum (induktif); dan (3) paragraf yang berpolakan campuran, seperti umum-khusus-umum dan khusus-umum-khusus.
Pertama, paragraf yang berpolakan umum-khusus (deduktif). Kerangka paragraf yang termasuk dalam kategori deduktif adalah sebagai berikut.
1)      transisi (berupa kata), kalimat topik, dan kalimat pengembang;
2)      transisi (berupa kalimat), kalimat topik, dan kalimat pengembang;
3)      kalimat topik dan kalimat pengembang.
Kedua, paragraf berpolakan khusus-umum (induktif). Kerangka paragraf yang tergolong dalam kategori induktif adalah kalimat pengembang dengan kalimat topik.
Ketiga , paragraf yang berpolakan campuran, seperti umum-khusus-umum dan khusus-umum-khusus. Kerangka paragraf yang termasuk dalam kategori ini adalah sebagai berikut.
1)      transisi (berupa kata atau kalimat), kalimat topik, dan kalimat pengembang.
2)      kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat penegas.
Paragraf yang berpola umum-khusus, dengan atau tanpa transisi (berupa kata atau kalimat), terdiri atas bermacam-macam jenis. Beberapa diantaranya, yaitu paragraf deduksi, paragraf induksi, dan paragraf campuran.
1)      Paragraf Deduksi
Paragraf deduksi adalah paragraf yang kalimat topiknya terletak di awal paragraf. Kalimat topik tersebut dikembangkan dengan pemaparan atau pun deskripsi sampai bagia-bagian kecil sehingga pengertian kalimat topik yang bersifat umum menjadi jelas.
2)      Paragraf Induksi
Paragraf induksi adalah paragraf yang kalimat topiknya terletak di akhir paragraf. Paragraf dimulai dengan penjelasan bagian-bagian kongkret atau khusus yang dituangkan dalam beberapa kalimat pengembang. Berdasarkan penjelasan itu, pengarang sampai pada simpulan umum yang dinyatakan dengan kalimat topik pada bagian akhir paragraf.
3)      Paragraf Campuran
Paragraf campuran adalah paragraf yang kalimat topiknya terdapat pada kalimat pertama dan kalimat terakhir. Paragraf dapat dimulai dengan kalimat topik disusul dengan kalimat pengembang dan diakhiri kalimat penegas.
Sebuah bacaan umumnya memiliki gagasan pokok dan gagasan penjelas. Gagasan pokok suatu paragraf merupakan ide pokok yang terkandung dalam paragraf. Sebuah paragraf tidak akan sempurna jika hanya memiliki ide pokok saja tanpa adanya gagasan penjelas. Nurhadi (2004:72) menjelaskan untuk mengetahui apakah kalimat dalam suatu paragraf mengandung ide pokok atau penjelas, dapat diketahui dengan melihat kata-kata kunci yang mengawali kalimat tersebut. Berikut ini deretan kata-kata kunci itu.

Setelah mengetahui kata-kata kunci ide pokok paragraf, selanjutnya adalah cara menemukan ide pokok dalam paragraf. Untuk menemukan ide pokok, seseorang harus melakukan latihan. Latihan tersebut meliputi (1) latihan menemukan letak ide pokok dalam paragraf; (2)  latihan yang menyatakan ide pokok sebuah paragraf; (4) latihan menemukan ide pokok dengan kecepatan membaca tinggi.
Setelah mengetahui kata-kata kunci ide pokok paragraf, selanjutnya adalah cara menemukan ide pokok dalam paragraf. Untuk menemukan ide pokok, seseorang harüs melakukan latihan. Latihan tersebut meliputi
a)      latihan menemukan letak ide pokok dalam paragraf
b)      latihan menyatakan ide pokok sebuah paragraf;
c)      latihan menangkap maksud paragraf;
d)     latihan menemukan ide pokok dengan kecepatan membaca yang tinggi.
Hayon (2007:59) memaparkan bagaimana cara untuk mengetahui ide pokok paragraf secara cepat dan tepat yaitu pembaca terlebih dahulu hams memiliki pengetahuan dasar mengenai penyusunan sebuah paragraf. Pengetahuan tersebut diantaranya :
a)      mengetahui letak-letak kalimat utama, kalimat utama biasanya terletak pada awal paragraf (pada kalimat pertama atau kedua), bagianbagian akhir (pada kalimat terakhir atau kedua dan terakhir), dan gabungan (pada bagian awal dan akhir);
b)      mengetahui ide pokok, biasanya berbentuk kata atau frase, kadangkala ide pokok terlihat jelas atau tersurat, tetapi ada juga yang tersirat;
c)      mengetahui cara menentukan ide pokok, ide pokok dapat dilihat dan kata pada kalimat utama yang diulang kembali, diganti dengan kata ganti persona atau kata yang sama arti, dan diikuti kata ganti penunjuk pada kalimat-kalimat penjelas;
d)     mengetahui ide-ide penjelas yang terdapat pada kalimat-kalimat penjelas. Dengan mengetahui ide pokok suatu paragraf, pembaca dapat mengikuti cara berpikir dan seorang penulis.
Penulis dalam mengungkapkan idenya, biasanya dalam bentuk satu atau dua kalimat. Kalimat-kalimat tersebut merupakan pokok pikiran penulis untuk menyampaikan sesuatu. Dalam menyampaikan sesuatu, penulis menyertakan topik paragraf karena topik itu menjadi subjek pembicaraan. Namun, sering kali ide pokok tidak dapat diketahui dengan mudah, karena tidak se1manya ide pokok selalu tersurat dalam sebuah kalimat. Untuk memudahkan dalam menemukan ide pokok, dapat dilakukan dengan cara  (1) menemukan topik terlebih dahulu; (2) tanyakan pada diri Anda dengan sejumlah pertanyaan, Apa ide pokok paragraf ini apa sebenarnya yang ingin penulis katakan dengan topik seperti ini? Kalimat mana yang menyatakan ide pokok itu? (Nuriadi 2008:149). Dalam hal ini, pembaca dituntut berpikir kritis dalam memahami isi suatu bacaan.
Dan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa cara untuk menemukan ide pokok dapat dilakukan dengan cara :
1)      terlebih dahulu mengetahui topik dalam bacaan;
2)      dapat menggunakan kata kunci sesuai dengan tabel di atas,yaitu kata kunci untuk mengetahui mana yang termasuk ide pokok atau hanya sebagai kalimat penjelas saja.
3)      mengetahui letak-letak ide pokok dalam suatu paragraf.

 Membaca Telaah Bahasa
Membaca telaah bahasa mencakup membaca bahasa asing dan membaca sastra. Tujuan membaca bahasa asing dalam tataran rendah adalah memperbesar daya kata (increasing word power) dan mengembangkan kosa kata (developing vocabulary. Dalam tataran yang lebih tinggi tentu saja bertujuan mencapai kefasihan (fluency). Membaca sastra (literary reading) merupakan kegiatan membaca karya-karya sastra, baik dalam hubungannya dengan kepentingan apresiasi maupun dalam hubungannya dengan kepentingan studi atau kepentingan pengkajian.
Dalam karya sastra unsur keindahan sangat menunjang terhadap hasik karya sastra. Unsur keindahan sangat menunjang terhadap hasil karya sastra. Unsur keindahan antara bentuk dan isi pada karya sastra mempengaruhi keserasian, keharmonisan pada hasil karya sastra. Oleh karena itu penguasaan teknik membaca sangatlah dibutujkan. Selain membaca teknik yang tepat kita menelaah tang terkandung dalam bahan bacaan.
Soedjono (1983:109-124) berpendapat bahwa kegiatan membaca sebagai suatu keterampilan, membaca dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain membaca bahasa, membaca cerdas atau membaca dalam hati, membaca teknik, membaca emosional dan membaca bebas. Membaca bahasa adalah membaca yang mengutamakan bahasa bacaan. Dalam hal mi mementingkan segi bahasa bacaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kesesuaian pikiran dengan bahasa, perbendaharaan yang meliputi kosa kata, struktur kalimat dan ejaan. Membaca teknik adalah membaca dengan menguraikan bacaan secara wajar, Wajar maksudnya sesuai ucapan, tekanan, dan intonasinya. Pikiran perasaan dan kemampuan yang tersimpan dalam bacaan dapat diaktualisasikan dengan baik. Membaca ermosional adalah sebagai sarana untuk memasuki perasaan, yang dimaksud membaca emosiohal adalah keindahan isi d keindahan bahasanya.
 

Sumber:


Haryadi. 2006. Retorika Membaca. Rumah Indonesia : Semarang
Haryadi. 2012. Dasar-dasar Membaca. Semarang
http://tugaskampuss.blogspot.com/2010/02/model-dan-metode-membaca.html
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2060360-jenis membaca/#ixzz2DbeJmSv3

 

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Lengkap sekali. Terima kasih, sangat membantu

Posting Komentar